Banjir Rob dan Cuaca Ekstrem di Jakarta hingga Awal Desember
Ada ancaman banjir rob di Jakarta Utara dan cuaca ekstrem di Jakarta pada periode akhir November hingga awal Desember.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melaporkan adanya potensi banjir rob dan cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Jakarta Utara. Potensi banjir rob ini diprediksi akan terjadi pada 26 November hingga 2 Desember 2023 akibat fenomena pasang maksimum air laut yang bertepatan dengan fase bulan purnama.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengungkapkan adanya potensi banjir pesisir atau banjir rob imbas fenomena fase Bulan perigee. Fase ini terjadi ketika Bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi sehingga bisa berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut.
”Kedekatan jarak kedua benda langit ini berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum,” lanjutnya, Selasa (28/11/2023).
Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, banjir rob berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir, yakni pesisir Sumatera Utara pada 23 November-1 Desember, pesisir Bandar Lampung pada 27 November-1 Desember, dan pesisir barat dan selatan Banten pada 26-30 November.
Selanjutnya, potensi banjir rob juga akan terjadi di pesisir utara Jakarta pada 26 November-2 Desember, pesisir Jawa Tengah (Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang) pada 19-23 November, dan pesisir Maluku (Teluk Ambon, Saumlaki, Kepulauan Kai, Kepulauan Dobo, dan Kabupaten Seram bagian timur) pada 25-30 November.
Selain banjir rob, BMKG juga menyebutkan adanya peningkatan cuaca ekstrem dan curah hujan lebat di berbagai wilayah setidaknya sepekan ke depan. Hal ini dampak dari sejumlah fenomena atmosfer yang terjadi.
”Sejumlah fenomena atmosfer akan berpengaruh besar terhadap peningkatan cuaca ekstrem dan curah hujan di berbagai wilayah setidaknya sepekan ke depan,” ujar Guswanto.
Guswanto mengatakan, sejumlah dinamika atmosfer memengaruhi fenomena ini. Pertama, adanya Madden Julian Oscillation (MJO). Saat ini, fenomena atmosfer tersebut mulai memasuki wilayah Indonesia bagian barat dan diprediksi dapat terus aktif di sekitar wilayah Indonesia hingga awal Desember 2023.
”Dinamika ini dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia,” kata Guswanto.
Kedua, gelombang Equatorial Rossby (ER) terpantau aktif di sebagian wilayah Indonesia, terutama di bagian tengah dan timur hingga akhir November 2023. Ketiga, adanya penguatan angin monsun Asia. Hal ini terlihat dari indikasi penguatan angin lapisan atas dari wilayah Laut China Selatan hingga lebih dari 25 knot (47 km per jam).
Keempat, munculnya Bibit Siklon Tropis 99W di Laut Natuna Utara dan Sirkulasi Siklonik di barat Sumatera dan Selat Karimata yang memicu pembentukan daerah pertemuan dan perlambatan angin.
Lalu kelima, adanya anomali positif suhu muka laut di wilayah Laut China Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar, dan Laut Sulawesi hingga 3 derajat celsius. Anomali ini menjadi sumber uap air dalam pembentukan awan hujan.
BMKG menyebutkan bahwa sejumlah wilayah RI, termasuk kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), akan terdampak efek beberapa dinamika atmosfer tersebut. Hal ini mengakibatkan wilayah tersebut berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat pada periode 28 November–1 Desember.
Sejumlah antisipasi
Merespons adanya potensi hujan lebat dan banjir rob di periode yang sama, BMKG menyarankan sejumlah antisipasi terhadap warga. Warga harus memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
Selanjutnya, warga harus melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon, serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.
Kemudian, warga diimbau melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh, serta menguatkan tiang dan baliho agar tidak roboh tertiup angin kencang.
”Sosialisasi, edukasi, dan literasi harus lebih masif dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi. Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antarpihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi,” kata Guswanto.
Terakhir, warga diimbau harus rutin memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG melalui saluran resmi BMKG, termasuk akun media sosial @infobmkg.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menyiapkan langkah-langkah antisipatif dalam menghadapi musim hujan dan ancaman banjir rob. Selain menyiagakan personel, Pemprov DKI juga memastikan kesiagaan pompa air di Jakarta, terutama di titik rawan banjir.
Siapkan semua pompa air, pastikan pompa-pompa di tempat strategis itu berfungsi dengan baik.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meminta Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta memastikan semua pompa air berfungsi dengan baik. Dengan demikian, potensi banjir akibat intensitas hujan yang tinggi bisa cepat teratasi.
”Siapkan semua pompa air, pastikan pompa-pompa di tempat strategis itu berfungsi dengan baik. Jakarta Utara dan Jakarta Barat perlu mendapat lebih banyak perhatian,” katanya saat Apel dan Gladi Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Hujan di Pintu Air Malaka Sari Kanal Banjir Timur, Jakarta Timur, Jumat (24/11/2023).