Dinkes DKI: Gigitan Nyamuk ”Wolbachia” Aman bagi Manusia
Dinas Kesehatan DKI Jakarta menjamin gigitan nyamuk ”Wolbachia” aman bagi manusia. Pihaknya tengah gencar melakukan sosialisasi ini di Jakarta Barat.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·4 menit baca
Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM Riris Andono Ahmad menempelkan tangannya di atas kotak berisi nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi bakteri Wolbachia, di Gedung Pusat UGM, Yogyakarta, Rabu (22/11/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Inovasi untuk menekan penyebaran demam berdarah dengue atau DBD menggunakan nyamuk berbakteri Wolbachia di Jakarta Barat masih disosialisasikan kepada warga. Dinas Kesehatan DKI Jakarta menjamin gigitan nyamuk Wolbachia yang sedang diujicobakan aman bagi manusia, serta ramah lingkungan.
Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama, Senin (27/11/2023), mengatakan, rencana penyebaran nyamuk Wolbachia di Jakarta Barat dilakukan karena kasus demam berdarah tinggi di daerah itu.
Jumlah kasus DBD di Jakarta Barat selama Januari-Agustus 2023 mengalami fluktuasi, tetapi cenderung menurun. Pada Januari terdapat 132 kasus, Februari 94 kasus, Maret 105 kasus, April 125 kasus, Mei 95 kasus, Juni 80 kasus, Juli 66 kasus, dan Agustus 39 kasus.
Kasus DBD terbanyak ditemukan di Kecamatan Cengkareng, yaitu 238 kasus. Berikutnya di Kecamatan Kembangan, yaitu tercatat 135 kasus dan Kalideres 112 kasus. Kemudian di Kebon Jeruk 81 kasus, Tambora 76 kasus, Palmerah 51 kasus, Grogol Petamburan 45 kasus, dan Taman Sari 33 kasus.
Penyebaran nyamuk berbakteri Wolbachia ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue.
Sebagai permulaan, nyamuk Wolbachia itu bakal disebar di lima kota di Indonesia. Selain Jakarta Barat (DKI Jakarta), penyebaran juga dilakukan di Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (Nusa Tenggara Timur). Penyebaran jentik nyamuk Wolbachia dilakukan di 47.251 titik di Kota Semarang, 20.513 titik di Kota Bandung, 18.761 titik di Kota Jakarta Barat, 9.751 titik di kota Kupang, dan 4.917 titik di Kota Bontang.
Ngabila menyebutkan, implementasi penyebaran nyamuk Wolbachia di Indonesia sebelumnya berhasil menekan kasus DBD di Yogyakarta pada 2014. Keberhasilan itu menjadi salah satu alasan penyebaran nyamuk Wolbachia dilakukan kembali untuk menekan kasus DBD, termasuk di DKI Jakarta.
”Implementasi di Jakarta Barat masih proses sosialisasi kepada warga bersama para ketua RT, ketua RW, hingga tokoh masyarakat agar implementasi ini berjalan,” kata Ngabila.
Salah satu inovasi yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan penularan dengue adalah dengan menerapkan teknologi nyamuk berbakteri Wolbachia. Teknologi ini memanfaatkan bakteri alami Wolbachia yang banyak ditemukan pada 60 persen serangga.
Bakteri itu selanjutnya dimasukkan dalam nyamuk Aedes aegypti, hingga menetas dan menghasilkan nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia. Dengan demikian, perlahan populasi Aedes aegypti berkurang dan berganti menjadi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia.
Bila menggigit, nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia tidak akan menularkan virus demam berdarah kepada manusia. Sebab, perkembangan virus dengue tersebut berhasil dihambat oleh bakteri Wolbachia.
Ngabila mengatakan, teknologi menyebar nyamuk Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia. Ngabila menegaskan, manusia tidak menjadi kelinci percobaan pada program ini, serta tidak ada rekayasa genetik pada nyamuk.
”Nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia akan tetap berkembang biak dan tidak membawa virus demam berdarah sehingga kasus DBD ke depan akan bisa ditekan menjadi nol pada tahun 2030 mendatang sesuai target yang ditetapkan WHO,” lanjutnya.
Bakteri aman
Peneliti utama riset nyamuk Wolbachia yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Adi Utarini, menambahkan, bakteri Wolbachia yang ada di dalam tubuh nyamuk tidak berbeda dengan bakteri yang ada di inang asli di lalat buah. Teknologi Wolbachia tersebut sudah dibuktikan aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan.
Nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia akan tetap berkembang biak dan tidak membawa virus demam berdarah sehingga kasus DBD ke depan akan bisa ditekan menjadi nol pada tahun 2030 mendatang sesuai target yang ditetapkan WHO.
”Wolbachia bukan rekayasa genetik. Bakteri ini ada di lebih dari 50 persen serangga yang ada di sekitar kita. Jadi, Wolbachia itu merupakan bakteri alami yang saat dimasukkan ke telur nyamuk Aedes (aegypti) akan mengalami mekanisme yang menghambat perkembangan virus dengue,” katanya.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono sebelumnya juga meminta agar Dinas Kesehatan memberikan penjelasan tentang nyamuk tersebut kepada masyarakat, khususnya warga Jakarta Barat. Hal ini perlu dilakukan agar publik tidak salah paham.