Menanti Wajah Baru Terminal Blok M yang Akan Direvitalisasi
Terminal Blok M dulu bagian dari kawasan Blok M sebagai hub yang menyedot banyak orang datang. Revitalisasi terminal tahun depan agar tempat ini kembali hidup dengan menjadi hub integrasi angkutan umum modern Ibu Kota.
Terminal Blok M pernah menjadi area tersibuk di Jakarta Selatan dengan ribuan penumpang yang hilir mudik datang dan pergi dengan berbagai bus kota dan angkutan kota yang lebih kecil. Kondisi serupa diharapkan dapat menjelma kembali saat terminal ini sudah berganti wajah seusai direvitalisasi menjadi hub angkutan perkotaan yang lebih modern.
Terminal Blok M merupakan terminal bus tipe B di Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Terminal ini memiliki enam jalur angkutan umum. Dulu beraneka bus penghubung berbagai kawasan di dalam kota hingga ke kota tetangga merajai terminal ini. Setelah jaringan bus Transjakarta mulai dibangun pada awal 2004, perlahan Terminal Blok M dikuasai oleh moda angkutan massal tersebut.
Saat ini, di terminal tersebut ada tiga jalur untuk layanan Transjakarta, dua jalur untuk mikrotrans Jaklingko, dan satu jalur untuk bus Damri menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kawasan ini berlokasi di Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Administrasi Jakarta Selatan, seluas lebih kurang 113,7 hektar (ha).
Baca juga: Blok M: Komplet sejak Dulu
Gubernur Ali Sadikin pada Senin, 17 Juni 1968, meresmikan penggunaan Pasar Blok M dan Terminal Bus di Blok M yang dibangun untuk menggantikan pemberhentian bus di Blok A. Luas terminal bus Blok M sepertiga dari stasiun bus Lapangan Banteng yang diresmikan pada Sabtu, 18 November 1967.
Perkembangan kawasan Blok M dari tahun ke tahun pun pesat. Pada 1992, Gubernur DKI saat itu Wiyogo Atmodarminto meresmikan Blok M Mall atau Mal Blok M sebagai pusat belanja bawah tanah. Pada masa tersebut, pusat belanja itu tergolong paling modern dan jajaran awal mal bawah tanah di Indonesia.
Selanjutnya, pertumbuhan pusat perbelanjaan di sana pesat terjadi. Kini masih terdapat beberapa jejak tempat populer seperti Blok M Plaza, Blok M Square, Taman Literasi Blok M, Melawai Plaza, dan Pasaraya Grande. Kehadiran dan berfungsinya stasiun kereta Moda Raya Terpadu (MRT) massal di Blok M Plaza sejak akhir Maret 2019 juga menambah kelengkapan kawasan ini.
Pada Rabu (22/11/2023), puluhan bus Transjakarta masih memadati area Terminal Blok M, beserta sejumlah warga yang turut mengantre di dalamnya. Antrean paling padat terlihat berada di jalur dua, yakni Transjakarta arah Kampung Rambutan dan Manggarai.
Meskipun demikian, antrean ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan puluhan tahun silam, saat terminal ini masih jaya-jayanya. Masa kejayaan Terminal Blok M itu pun menyisakan cerita bagi sejumlah warga Jakarta, seperti Syahrul (45).
Baca juga: Terminal Blok M Direvitalisasi Tahun Depan
Mendengar nama Terminal Blok M, ingatan warga Jakarta Selatan itu langsung menerobos era awal 2000-an. Kala itu, ia baru saja menjadi warga Jakarta. Menurut dia, Terminal Blok M merupakan tempat asyik untuk nongkrong bareng teman-teman, apalagi terhubung dengan Mal Blok M.
”Kalau sudah begitu (nongkrong), bisa lupa pulang. Tidak ada yang sadar, tahu-tahu sudah malam,” katanya.
Di masa jayanya, Terminal dan Mal Blok M merupakan tempat yang menyedot banyak orang. Pusat perbelanjaan di sana menjadi rujukan anak muda dan juga kalangan warga lain karena menyediakan beragam kebutuhan, dari baju, kaset, hingga gawai. Kini, terjadi pergeseran pola pembeli, kemudian diperburuk dengan imbas pandemi yang membuat Mal Blok M ditinggal sejumlah pembeli.
Terminal Blok M juga dulu terkenal dengan para penumpang yang hilir mudik naik Kopaja dan metromini. Setiap hari, terminal itu tidak pernah sepi. Kini, kondisi terminal tersebut sudah berbeda, tak seramai dulu.
Kopaja dan metromini yang melalui jalur di terminal itu tidak ada lagi. Kedua angkutan umum tersebut sudah tergantikan dan semua jalurnya digunakan oleh angkutan umum Mikrotrans, Transjakarta, Royaltrans, dan Transjabodetabek.
Semoga, setelah Terminal Blok M direvitalisasi, kunjungan di sini semakin banyak, dan perlahan pulih.
Seiring dengan berjalannya waktu dan munculnya moda transportasi lain yang lebih layak, metromini pun semakin terdesak. Akhirnya, metromini benar-benar berhenti beroperasi pada tahun 2019. Dengan demikian, metromini hadir di Jakarta selama 57 tahun, yakni 1962-2019.
Syahrul mengatakan, jika jam pulang sekolah atau kantor, metromini pasti terisi penuh oleh penumpang. Banyak penumpang yang berdiri hingga bergelayutan di pintu metromini.
”Dulu, saat masih ada metromini dan sejenisnya, banyak sekali pengamen, pengemis, pedagang kaki lima, dan pedagang asongan di sini. Bahkan, ketika sudah duduk di kursi metromini, tak lama mereka akan datang. Sekarang sudah tidak begitu,” ujarnya.
Baca juga: Terminal Blok M Riwayatmu Kini
Pedagang di Mal Blok M, Sumiyati (48), mengatakan, dulu mal tersebut menjadi mal unik karena berlokasi di bawah Terminal Blok M dan menjadi tempat tongkrongan anak muda yang ngehits pada tahun 1992 hingga 2008.
Namun, hadirnya pusat perbelanjaan dan pesaing yang lebih modern membuat kondisi Terminal Blok M kian sepi, apalagi saat pandemi Covid-19. Beberapa penyewa kios pun mulai meninggalkan lokasi.
”Semoga, setelah Terminal Blok M direvitalisasi, kunjungan di sini semakin banyak dan perlahan pulih,” katanya.
Seorang penumpang bus Transjakarta dari Jakarta Barat, Anjani Hania (23), menyambut baik rencana revitalisasi Terminal Blok M. Ia menilai, alur naik turun penumpang di Terminal Blok M cukup susah. Selain itu, nomor tujuan rute masih belum detail.
”Aturan untuk jalur dan arahan rute-rutenya juga sudah ada. Namun, untuk secara detailnya, seperti nomor sekian itu tujuan ke mana, itu belum ada detailnya,” tuturnya.
Anjani berharap, selain memiliki akses langsung ke Stasiun MRT, hasil revitalisasi nantinya akan menjadikan tampilan Terminal Blok M lebih estetik. Dengan demikian, banyak warga tertarik untuk ke sana.
Menurut Anjani, tampilan, desain, dan model pada terminal nantinya bisa menarik minat masyarakat untuk naik transportasi umum. Selain modern, fasilitasnya juga harus lebih bagus, banyak, dan terawat dari sebelumnya.
Revitalisasi
Rencananya Terminal Blok M akan direvitalisasi mulai tahun 2024. Area tersebut dikembangkan menjadi kawasan berorientasi transit Blok M dan Sisingamangaraja.
Kepala Satuan Pelayanan Terminal Blok M Joni Budhi menyampaikan, Terminal Blok M akan direvitalisasi untuk meningkatkan kenyamanan penumpang, sekaligus mengintegrasikan bus dengan moda transportasi lain, MRT Jakarta di Stasiun Blok M BCA. Kemudian, ada hunian modern di kawasan tersebut.
”Revitalisasi akan dilakukan di sejumlah titik di Terminal Blok M. Salah satunya, bakal ada pembangunan ruang tunggu untuk penumpang bus Transjakarta dari arah Taman Literasi Marta Christina Tiahahu,” katanya.
Baca juga: Peran dan Fungsi Terminal Blok M Menurun
Revitalisasi direncanakan mulai tahun 2024 seiring dengan berakhirnya kerja sama dengan pihak ketiga, PT Langgeng Ayomlestari. Kerja sama tersebut telah berlangsung selama 30 tahun, sejak tahun 1990 sampai 2022.
Revitalisasi itu merujuk Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 55 Tahun 2020 tentang Panduan Rancang Kota Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit Blok M dan Sisingamangaraja. Berdasarkan masterplan, revitalisasi akan berlangsung sampai lima tahun.
Proses revitalisasi memakan waktu setidaknya empat sampai lima tahun. Proses pembenahan dimulai 2024 dan diperkirakan selesai 2028-2029.
Joni mengatakan, pihaknya sudah merancang sejumlah mitigasi untuk pengoperasian bus Transjakarta saat Terminal Blok M direvitalisasi. Tidak semua jalur bus Transjakarta ditutup. Hanya saja, beberapa pintu masuk dan keluar akan ditutup saat proses revitalisasi. Mitigasi lainnya, adanya pemindahan sementara lokasi pemberhentian bus ke Jalan Melawai Raya, Jalan Panglima Polim, dan Jalan Sultan Hassanuddin.
”Kawasan ini, kan, bentuknya melingkar. Jika ada pembangunan, maka bus bisa diarahkan ke titik-titik tertentu di Jalan Melawai, Panglima Polim, dan Sultan Hassanuddin. Kemudian, pintu keluar Blok M yang di depan Gedung Gojek juga bisa menjadi bus stop darurat,” tuturnya.
Bangunan di kawasan Terminal Blok M juga rencananya akan dipersempit. Akan tetapi, bentuknya tetap dipertahankan untuk menyambung simpul transportasi terintegrasi.
Revitalisasi tersebut akan mengakomodasi aksesibilitas yang memudahkan pejalan kaki dari dan ke stasiun MRT Blok M dan terminal bus Blok M, seperti yang sudah dilakukan pada kawasan TOD Dukuh Atas.
PT MRT Jakarta menangani pembangunan revitalisasi Terminal Blok M, sedangkan pengelola Terminal Blok M sebagai pelaksana teknis lapangan. Pihak PT MRT Jakarta pun sudah memiliki konsep revitalisasi area Terminal Blok M menjadi kawasan TOD dengan desain modern.
Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat mengatakan, rencananya, dari Stasiun MRT Blok M, Taman Literasi Martha Christina Tiahahu hingga ke Terminal Blok M akan terhubung sesuai konsep perencanaan tata ruang. Selain itu, kawasan transit ini akan ditambahkan fasilitas seperti hunian berupa apartemen, kawasan perbelanjaan, tempat jalan kaki, hingga lajur sepeda.
”Revitalisasi tersebut akan mengakomodasi aksesibilitas yang memudahkan pejalan kaki dari dan ke stasiun MRT Blok M dan terminal bus Blok M, seperti yang sudah dilakukan pada kawasan TOD Dukuh Atas,” ujarnya.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta Iskandar Abubakar mengatakan, peran dan fungsi Terminal Blok M justru semakin menurun. Padahal, ada dua fasilitas baru di lokasi tersebut, yaitu MRT dan bus Transjakarta Koridor 13. Akses di Blok M ini dinilai belum sepenuhnya dimanfaatkan. Padahal, jika bisa dimanfaatkan, pengaruhnya bisa sangat bagus.
Meski tak sejaya dulu, Terminal Blok M masih memberikan kesan dan kenangan indah terhadap sejumlah warga. Rencana revitalisasi pun diharapkan dapat mengembalikan riuh dan ramai terminal itu.