Tak Ciut walau Harga Cabai Melambung
Kala harga cabai melambung, sekelompok warga menanam cabai sendiri. Usaha ini terus ditularkan kepada warga sekitar.
Dengan hati-hati, Firdaus Haris (33), pengelola kebun di ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) di Kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, memetik beberapa cabai rawit yang sudah bisa dipanen, Rabu (22/11/2023). Setelah ditimbang, di hari itu, ia bisa memanen sekitar 700 gram cabai merah.
Pria asal Brebes, Jawa Tengah, itu merasa senang karena cabai yang ia tanam mulai Juli 2023 itu sudah 14 kali panen dengan hasil 4 kilogram (kg) sampai 6 kg per sekali panen. Hasil dari kebun cabai itu kemudian dijual kepada masyarakat sekitar dengan harga 50 persen lebih murah dibanding di pasaran.
Baca juga : Bersiasat agar Hidangan Tetap Pedas
Saat ini harga cabai di pasaran melambung tinggi, yakni Rp 100.000 per kg sampai Rp 120.000 per kg. Namun, di RPTRA ini, warga bisa mendapatkan cabai dengan harga Rp 60.000 per kg.
”Itulah sebabnya saat panen tiba, warga sampai mengantre untuk membeli cabai. Apalagi harga cabai sekarang sedang mahal-mahalnya,” kata Haris. Saat warga berkunjung itulah, Haris kerap memberikan edukasi kepada warga tentang bagaimana menanam cabai yang benar agar bisa diterapkan di rumahnya masing-masing.
Menurut Haris, tidaklah mudah menanam cabai rawit terpedas di kelasnya itu. Butuh perawatan yang rutin, seperti pemupukan dan penyemprotan pestisida setidaknya seminggu sekali. Jika tidak teratur dirawat, tanaman ini rentan terserang hama seperti penyakit keriting dan rontok daun, kutu kebul, dan rentan layu.
Sama seperti manusia, tanaman juga butuh nutrisi agar bisa berbuah dengan baik kata Haris yang sudah mengelola kebun di sana sejak enam tahun yang lalu.
Kepala Seksi Bidang Ekonomi Pembangunan Kelurahan Pondok Kopi Asti Sitorus mengatakan, cabai yang ada di RPTRA ini merupakan hasil pembagian 1 juta bibit cabai varietas rawita yang dilakukan pada awal 2023. Selain untuk penanaman di tiga RPTRA, pihaknya juga membagikan sekitar 1.500 bibit cabai ke seluruh RW se-Kelurahan Pondok Kopi.
Dengan penanaman ini, pemerintah berharap banyak warga yang bersemangat untuk menanam cabai di rumahnya sendiri. Dengan begitu, warga juga turut berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Namun, dalam penerapannya, banyak permasalahan yang menghadang, seperti banyak warga yang gagal panen karena perawatan yang kurang baik. ”Meski begitu, dengan mulai menanam mereka bisa tahap demi tahap belajar (menanam),” katanya.
Baca juga : Memasuki Musim Hujan, Penanaman Pohon di Jakarta Akan Diakselerasi
Sub Koordinator Bidang Pariwisata, Pertanian dan Ketahanan Pangan Sekretariat Kota Jakarta Timur Artika Ristiana menjelaskan, tidak hanya Kelurahan Pondok Kopi, bibit cabai rawita ini juga dibagikan ke 63 kelurahan yang ada di Jakarta Timur. Itulah sebabnya cabai ini dinamakan ”rawita peti” yang berarti rawita pedaskan timur.
Artika menilai gerakan ini sangat krusial mengingat cabai rawit merupakan salah satu komoditas yang menjadi salah satu pemicu inflasi tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di Indonesia. ”Dengan membudidayakan cabai rawit secara mandiri, kita turut menekan risiko inflasi di Jakarta,” kata Artika.
Jika semakin banyak warga yang menanam sendiri cabai rawit di rumahnya, ketika harga melonjak pun, kita tidak gentar.
Data Tim Pengendali Inflasi Daerah menyebutkan, konsumsi cabai rawit di Jakarta 92 ton per hari. Teringat ketika panen raya di Jakarta Timur, awal November lalu, saat itu terkumpul sekitar 3,1 ton cabai rawit. Dengan produksi itu, Jakarta Timur berkontribusi menekan inflasi sekitar 3 persen.
”Jika semakin banyak warga yang menanam sendiri cabai rawit di rumahnya, ketika harga melonjak pun, kita tidak gentar," kata Artika.
Tidak hanya di Jakarta Timur, gerakan menanam tanaman pangan terutama cabai juga dilakukan di Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Apoy (55), Ketua RT 03 RW 03 Kelurahan Rawajati menanam beragam tanaman pangan, seperti cabai, terong, daun singkong, kangkung, dan ikan lele.
Di lahan yang berada persis di tepi Sungai Ciliwung itu, ia dibantu beberapa warga merawat tanaman pangan tersebut. Ketika panen, hasilnya dijual kepada warga sekitar dengan harga di bawah harga pasar. ”Tujuannya agar warga lebih bersemangat untuk menanam,” katanya.
Selain dari bantuan pihak kelurahan, di atas lahan seluas 1.000 meter itu, warga juga diajak untuk berkontribusi dengan memberikan bantuan tanaman pangan secara sukarela. ”Bagi mereka yang tidak memiliki lahan, bisa turut menanam di tempat ini,” kata Apoy.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan, pertanian perkotaan (urban farming) merupakan salah satu cara untuk mengendalikan harga cabai yang saat ini tengah melambung.
”Kegiatan urban farming atau pertanian perkotaan bisa dilakukan dengan menanam tanaman cepat panen, seperti cabai dan sayur di lahan sekitar tempat beraktivitas,” katanya.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah menerapkan diversifikasi olahan pangan. Misalnya dengan menerapkan teknologi pangan untuk memperpanjang umur simpan dan menambah nilai produk.
Kemudian ada kolaborasi dengan pihak lain, terutama swasta untuk mengembangkan pertanian perkotaan melalui penyediaan sarana produksi tanaman dan pelatihan.
Pemprov DKI Jakarta juga berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk menambah pasokan cabai ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur. Pasokan ini melalui pengiriman cabai dari binaan pemerintah pusat.
Mengacu pada laman Informasi Pangan Jakarta, harga semua jenis cabai di sejumlah pasar, Rabu (22/11/2023), kembali melonjak. Harga cabai rawit merah merupakan komoditas yang paling tinggi kenaikannya, yakni menyentuh Rp 100.955 per kg atau lebih mahal Rp 3.614 per kg dibanding harga di hari sebelumnya.
Kenaikan harga juga terjadi di komoditas lain seperti cabai merah keriting yang kini mencapai Rp 85.600 per kg atau naik Rp 1.690 per kg dibanding hari sebelumnya. Begitu pula harga cabai rawit hijau yang naik Rp 1.955 per kg ketimbang hari sebelumnya sehingga harganya kini menjadi Rp 68.955 per kg.
Jangan biarkan lahan tidak produktif. (Listyo Sigit Prabowo)
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono berharap warga terus menggalakkan penanaman tanaman pangan demi terwujudnya kemandirian pangan. Seberapa pun luas lahannya bisa dimanfaatkan untuk menanam sejumlah tanaman pangan. ”Apalagi saat ini musim hujan, waktu yang tepat untuk menanam,” kata Budi.
Menurut dia, gerakan ini harus diterapkan oleh semua pihak mulai dari warga, pemerintah, dan swasta. Jika hal itu terjadi secara serentak, maka kemandirian pangan bisa terwujud.
Dalam arahannya pada pergelaran kick off penanaman 10 juta pohon di Madiun, Jawa Timur, Selasa (15/11/2023), Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo menginstruksikan setiap jajarannya di 34 polda untuk gencar menanam pohon. ”Jangan biarkan lahan tidak produktif,” kata Kapolri.
Menurut dia, jika berhasil, program ini dapat menstimulasi masyarakat untuk melakukan gerakan serupa di kalangan akar rumput. Selain untuk memanfaatkan lahan telantar, gerakan ini juga dapat mendukung pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Kapolri berharap gerakan ini tidak hanya seremonial belaka, tetapi juga bisa terus dipantau perkembangannya. ”Kalau pohonnya banyak terawat, mungkin kawasan itu bisa dijadikan obyek wisata untuk healing para warga,” kata Kapolri.