Dengan LRT, Jakarta Utara ke Jakarta Pusat Hanya 26 Menit
Proyek pembangunan LRT Jakarta fase 1B Velodrome ke Manggarai dimulai setelah mandek dan molor.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — LRT Jakarta fase 1B Velodrome ke Manggarai digadang mempercepat waktu tempuh hanya dalam 26 menit dari Kelapa Gading, Jakarta Utara, ke pusat Jakarta. Proyek pembangunannya menurut rencana berlangsung selama 36 bulan dengan target beroperasi pada 2026.
Proyek pembangunan LRT Jakarta fase 1B Velodrome ke Manggarai dimulai Senin (30/10/2023) di Stasiun Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur. Pembangunan konstruksi layang sepanjang 6,4 kilometer itu menelan anggaran Rp 5,5 triliun dari APBD DKI Jakarta.
LRT Jakarta fase 1B Velodrome ke Manggarai terdiri dari lima stasiun, yaitu Pemuda Barat, Pramuka BPKP, Pasar Pramuka, Matraman, dan Manggarai. Hasil studi kelayakannya atau feasibility study (FS) menunjukkan potensi penumpang di lintas tersebut sebanyak 50.000-70.000 orang per hari.
”Jika sudah terhubung (selesai), maka dari Pegangsaan Dua ke Manggarai ditempuh dalam waktu 26 menit,” ujar Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
Heru dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi terlebih dulu menjajal LRT Jakarta fase 1 Pegangsaan Dua ke Velodrome sepanjang 5,8 kilometer dengan waktu tempuh 13 menit. Fase 1 terdiri dari enam stasiun, yakni Pegangsaan Dua sekaligus depo, Boulevard Utara, Boulevard Selatan, Pulomas, Equestrian, dan Velodrome.
Budi Karya mengatakan, Jakarta jadi model atau contoh kota yang mendukung angkutan massal perkotaan. Proyek pembangunan LRT Jakarta fase 1B Velodrome ke Manggarai bakal mengurangi kemacetan, menyerap tenaga kerja, dan meningkatkan perekonomian.
”Secara bertahap diselesaikan. Nanti disiapkan integrasi antarmoda supaya warga mau beralih ke angkutan massal perkotaan,” ucapnya.
Tantangan
Proyek pembangunan LRT Jakarta fase 1B Velodrome ke Manggarai lebih kompleks ketimbang fase 1 Velodrome ke Kelapa Gading. Kompleksitas itu antara lain kepadatan di Jalan Pramuka, Jalan Pemuda, Jalan Tambak, jalan layang (flyover) dan terowongan (underpass) di Matraman, bypass di Jalan Pemuda, dan ketersediaan lahan di Manggarai, serta integrasi antarmoda transportasi, analisis dampak lalu lintas, rekayasa, dan manajemen rekayasa lalu lintas.
Sekretaris Dewan Transportasi Kota Jakarta Adrianus Satrio Adi Nugroho menyebutkan, kondisi fase 1B Velodrome ke Manggarai penuh tantangan, termasuk jalan Tol Dalam Kota dan jalur saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) di atas BPKP.
Jakarta jadi model atau contoh kota yang mendukung angkutan massal perkotaan.
”Ini tantangan teknis yang seharusnya sudah dipikirkan oleh kontraktor. Jadi, pengguna jalan tidak terkunci atau terjebak imbas proyek pembangunan,” ujarnya.
Tak kalah penting juga memperhitungkan integrasi antarmoda di kawasan Manggarai. Menurut Adrianus, komunikasi antara Pemprov DKI Jakarta, LRT Jakarta, dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian harus lebih intens dan cermat, khususnya terkait desain kawasan Manggarai agar integrasi mulus.
”Manggarai sudah punya area concourse (pertemuan) baru yang bisa diperpanjang untuk akses integrasi dengan LRT Jakarta,” ucapnya.
Adrianus juga mendorong perpanjangan LRT Jakarta fase 1B sampai fase 1C Manggarai ke Dukuh Atas supaya integrasi antarmoda lebih luas sekaligus meningkatkan jumlah pengguna.
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang juga berharap demikian. Fase 1B Velodrome ke Manggarai yang sempat mandek bisa berjalan lancar. Dengan begitu, penumpang bertambah karena jadi alternatif bagi warga dari utara ke pusat dan sebaliknya.
”Seharusnya LRT Jakarta bisa angkut 100.000 penumpang jika pembangunannya lancar. Tidak hanya 2.000 penumpang karena masih minim,” ujarnya.
Deddy juga mengingatkan pentingnya integrasi antarmoda di kawasan Manggarai agar warga berminat menggunakan LRT Jakarta nantinya. Kawasan tersebut punya risiko sosial yang besar terkait kepadatan dan kepemilikan lahan sehingga harus disimulasikan supaya tidak ada gesekan sosial.
Maka, jalur perpindahan antarmoda ini disarankan dekat dengan Stasiun Manggarai. Jika memungkinkan, kurang dari 250 meter untuk pejalan kaki.
Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Perseroda) Iwan Takwin memastikan belajar dari pembangunan LRT Jakarta fase 1 Pegangsaan Dua ke Velodrome. Kontraktor mengakselerasi pekerjaan agar efisien dan cepat sehingga minim gangguan bagi pengguna jalan.
”Tantangannya di situ. Metode kerja lebih bagus. Jangan sampai terlalu lama menutup dan mengurangi akses pengguna jalan,” katanya.
Jakarta Propertindo (Perseroda) menargetkan fase 1B Velodrome ke Manggarai beroperasi pada 2026. Maka, sosialisasi pembangunannya terus digencarkan demi meraih dukungan warga, terutama kawasan terdampak pembangunan.