”Groundbreaking” LRT Jakarta Fase 1B Velodrome ke Manggarai
LRT Jakarta fase 1B dari Velodrome ke Manggarai berupa konstruksi layang (elevated) sepanjang 6,4 kilometer.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Proyek pembangunan LRT Jakarta fase 1B dari Velodrome ke Manggarai akan dimulai pada Senin (30/10/2023). Dimulainya proyek pembangunan ini molor dua bulan dari rencana awal Agustus lalu. Sejumlah pihak mengingatkan agar pembangunan tak kejar tayang, tetapi memenuhi aspek keamanan, keselamatan, dan kelayakan agar andal saat beroperasi.
Presiden Joko Widodo dan Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono akan menandai dimulainya proyek pembangunan LRT Jakarta fase 1B dari Velodrome ke Manggarai di Stasiun LRT Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur.
Kelanjutan pembangunan ini sudah diputuskan dalam rapat kerja Presiden dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Heru pada 3 November 2022. PT Jakarta Propertindo (Perseroda) sebagai pemegang proyek pun mengubah rencana awal membangun LRT Jakarta dari Kelapa Gading ke Jakarta International Stadium dan Velodrome ke Klender yang berlanjut ke Halim.
Peletakan batu pertama (groundbreaking) pada Senin pagi ini juga kelanjutan dari proyek pembangunan LRT Jakarta fase 1 Pegangsaan Dua ke Velodrome medio Juni 2016. Dua tahun berselang, tepatnya Agustus 2018, LRT Jakarta memulai pengoperasian untuk uji terbatas dengan penumpang umum dan operasi terbatas selama Asian Games.
Setahun kemudian, Desember 2019, LRT Jakarta resmi beroperasi secara komersial. Trase saat ini sepanjang 5,8 kilometer dari Pegangsaan Dua ke Velodrome selama Januari-Desember 2022 telah melayani 685.237 penumpang atau rata-rata 1.877 penumpang per hari.
Pada tahun 2023, LRT Jakarta berupaya mencapai target rata-rata penumpang harian sebanyak 2.500 orang.
Andal
Pembangunan LRT Jakarta fase 1B dari Velodrome ke Manggarai menurut rencana berlangsung selama 36 bulan dengan target beroperasi tahun 2026. Kebutuhan anggaran pembangunan mencapai Rp 5,5 triliun untuk konstruksi layang (elevated) pada trase sepanjang 6,4 kilometer.
Konstruksi layang ini terdiri atas lima stasiun, yakni Pemuda Barat, Pramuka BPKP, Pasar Pramuka, Matraman, dan Manggarai. Hasil studi kelayakannya atau feasibility study (FS) menunjukkan potensi penumpang di lintas tersebut sebanyak 50.000-70.000 orang per hari.
Sejumlah pihak mengingatkan agar pembangunan tak kejar tayang. Pembangunan harus benar-benar memenuhi aspek keamanan, keselamatan, dan kelayakan agar andal saat beroperasi.
Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia Aditya Dwi Laksana juga mengingatkan, trase fase 1B jauh lebih kompleks ketimbang trase fase 1 dari Velodrome-Kelapa Gading. Kompleksitas itu antara lain kepadatan di Jalan Pramuka, Jalan Pemuda, Jalan Tambak, jalan layang (flyover) dan terowongan (underpass) di Matraman, serta bypass di Jalan Pemuda.
Sejumlah pihak mengingatkan agar pembangunan tak kejar tayang.
Kemudian, ketersediaan lahan Manggarai dan integrasi dengan moda transportasi lainnya serta analisis dampak lalu lintas, rekayasa, dan manajemen rekayasa lalu lintas mesti disiapkan.
Aditya menyarankan PT Jakarta Propertindo (Perseroda) belajar dari MRT Jakarta terkait proses konstruksi. Tujuannya, agar jangan sampai proyek menghilangkan rambu lalu lintas, jalur pedestrian, konstruksi menutupi toko atau gedung, dan tidak ada jalur alternatif.
Komisi B DPRD DKI Jakarta juga mengingatkan hal serupa setelah kunjungan ke lokasi titik kelanjutan LRT Jakarta. Dalam kunjungan itu, ada sejumlah tantangan terkait aspek teknis konstruksi.
Tantangan pertama terkait lengkungan dari Velodrome ke Jalan Pemuda berupa track lintasan berbelok ke kanan untuk masuk Jalan Pemuda. Pada lengkungan tersebut, diingatkan supaya LRT Jakarta belajar dari LRT Jabodebek agar longspan atau track lengkung tidak bermasalah.
Tantangan kedua adalah area menyempit di kawasan Manggarai sehingga membutuhkan teknologi konstruksi. Berikutnya, ada terowongan Matraman dan jalan layang Pramuka. Kondisi demikian membuat ketinggian konstruksi LRT Jakarta mesti disesuaikan dengan infrastruktur eksisting.
Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Perseroda) Iwan Takwin mengatakan, pembangunan LRT Jakarta dari Velodrome hingga Manggarai memiliki kesulitan konstruksi yang tinggi. Selain lengkungan ke kanan dari Velodrome ke Jalan Pemuda, lintasan juga bertemu Simpang Matraman yang padat dan jalan tol layang.
Pihaknya melakukan analisis engineering supaya tidak ada ketidaksesuaian dalam konstruksi. Begitu pun keamanan dan keselamatan bagi warga yang berkegiatan di sekitar lokasi konstruksi.
Di sisi lain, target terdekat ialah trase terbangun sampai Pramuka pada 2024. Dengan begitu, bisa dilakukan uji coba parsial. Simultan dengan konstruksi, juga akan diadakan kereta dan sistem perkeretaapian.