Asyiknya Hidup Hemat Plastik
Botol plastik guna ulang punya berbagai keuntungan. Mulai dari mengurangi sampah plastik sampai menambah pundi-pundi rupiah.
Pertengahan tahun ini, Siti (35) mulai berkenalan dengan kemasan guna ulang. Awalnya, warga RT 011 RW 007 Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, itu melihat layanan isi ulang detergen cair, sabun cuci, dan cairan pembersih di bank sampah setempat.
Warga yang datang tak hanya membawa sampah. Mereka juga membawa wadah untuk diisi ulang dengan produk sesuai keperluan masing-masing. Prosesnya sederhana. Warga memilih produk yang tersedia dalam jeriken ukuran 4,5 liter. Pengelola bank sampah lantas menuangkannya ke dalam botol plastik bening ukuran 500 mililiter.
Soal harga lebih murah Rp 1.000 sampai Rp 2.000 ketimbang di warung atau kios. Selisih harga ini jadi salah satu penarik minat warga beralih dari plastik sekali pakai ke kemasan guna ulang. Warga juga bisa ketambahan potongan harga jika membawa sampah plastik.
”Saya lihat warga pada semangat tukar sampah plastik. Ya sudah, coba. Ternyata lumayan hemat,” ujar Siti, Kamis (19/10/2023).
Selain menghemat biaya, sampah plastik di rumahnya juga perlahan berkurang. Sudah tidak ada lagi saset detergen, sabun cuci, dan cairan pembersih dalam tong sampah. Siti bahkan punya kebiasaan baru. Memilah sampah plastik untuk didaur ulang ketimbang jadi timbulan sampah.
Dua bulan berselang, Siti membuka layanan isi ulang itu di rumahnya. Dia menyetok masing-masing satu jeriken ukuran 4,5 liter detergen cair, sabun cuci, dan cairan pembersih. Sasarannya masih sanak saudara dan tetangga terdekat. Jumlahnya 10 orang.
”Saudara sama tetangga kanan-kiri sudah mulai coba isi ulang. Mereka kurangi sampah plastik, saya dapat uang jajan. Lumayan, bisa beli bakso semangkuk,” ujarnya berseloroh.
Kurangi plastik
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, timbulan sampah harian di Jakarta mencapai 8.527 ton per hari pada tahun 2022. Sampah itu terdiri dari kayu atau ranting 31,59 persen, sisa makanan 25,5 persen, plastik 19,18 persen, kertas atau karton 12,17 persen, dan lainnya.
Dengan jumlah 19,18 persen, berarti ada 1.635 ton sampah plastik per hari. Belum semua sampah ini terkelola sehingga berakhir di TPST Bantargebang di Jawa Barat, badan air, dan laut.
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mendata, volume sampah di badan air (sungai, kali, waduk, setu, embung, dan saluran penghubung) sebanyak 247 ton per hari. Sementara hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional selama 2015-2017 dan 2022 menunjukkan, sampah yang dihasilkan dari tujuh sungai di Jakarta 7 ton per hari.
Baca juga: Kemasan Guna Ulang Putar Cuan buat Bumi dan Bisnis
Sampah plastik tersebut mengancam biota air karena akan pecah menjadi butiran yang lebih kecil dan mikroplastik. Mikroplastik ini berpotensi dimakan hewan air, seperti ikan.
Sukini (58), pengelola Bank Sampah Bumi Lestari, di Kelurahan Srengseng, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, turut memanfaatkan layanan isi ulang. Dia sudah empat kali memesan detergen, sampo, dan sabun sejak pertengahan tahun ini.
Upaya tersebut untuk memperkuat kebiasaan memilah hingga mengumpulkan sampah plastik untuk ditabung di bank sampah yang berdiri sejak tahun 2015 itu. Sudah 60 warga aktif sebagai nasabah. Sebagian besar merupakan ibu rumah tangga dan warga lansia. Terkadang juga ada beberapa warga luar Jakarta Barat yang menitipkan sampah melalui pengiriman daring atau dikirim langsung menggunakan mobil.
”Saya harap ke depannya generasi muda antusias bergabung dalam upaya mengurangi sampah plastik. Setidaknya lebih peka dengan mulai tidak membuang sampah sembarangan,” kata Sukini, Rabu (18/10/2023).
Jaring warga
Selain perseorangan dan bank sampah, ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) juga menjadi tempat kampanye penggunaan kemasan guna ulang di Jakarta. Letaknya yang di tengah permukiman sekaligus tempat berlangsungnya pelbagai aktivitas warga cocok sebagai tempat edukasi dan sosialisasi.
Fira Erlita dan pengurus RPTRA Beringin di Jagakarsa sudah setahun menyosialisasikan kemasan guna ulang hingga pertengahan tahun ini menyediakan layanan isi ulang detergen, sabun cuci, dan cairan pembersih. Perlahan-lahan warga hingga perangkat kelurahan mulai melirik dan memanfaatkan layanan tersebut.
”Warga mulai tanya-tanya. Kami jelaskan. Ada yang sudah mencoba, buka sendiri di rumahnya. Lumayan, mengurangi sampah di lingkungan. Ke depan harus lebih giat lagi,” kata Fitri di RPTRA Beringin.
Biasanya pengelola RPTRA Beringin menyetok 3-10 jeriken 4,5 liter produk isi ulang. Setiap hari ada saja satu-dua warga yang mengisi ulang produk 500 mililiter sampai 1 liter.
Pelan-pelan, tapi pasti bisa jadi kebiasaan. Jadi gaya hidup minim sampah.
Jumlahnya bakal bertambah ketika ada acara, terutama akhir pekan. Misalnya, kelompok senam ibu-ibu yang berjumlah 20 orang kerap memborong produk isi ulang. Jika sedang berhalangan, mereka memesan lewat layanan pesan instan. ”Pelan-pelan, tapi pasti bisa jadi kebiasaan. Jadi gaya hidup minim sampah,” ujar Fitri.
Baca juga: Teluk Jakarta, Tempat Berlabuh Sampah Plastik
Pemanfaatan kemasan guna ulang ini merupakan bagian dari tanggung jawab produsen terhadap produk mereka. Sisi lainnya menjadi bagian dari ekonomi sirkular atau pengolahan sampah melalui upaya mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin sehingga meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan.
Salah satunya program isi ulang besutan Transform dan Alner. Transform merupakan aliansi skala global yang didirikan pada tahun 2015 serta dipimpin oleh Unilever, Foreign, Commonwealth & Development Office Britania Raya, dan Ernst & Young. Sedangkan Alner ialah usaha rintisan yang bergerak di bidang kemasan guna ulang.
Kolaborasi keduanya berlangsung sejak awal tahun 2023. Sampai pertengahan tahun sudah ada 180 titik pengisian ulang di Jabodetabek. Capaiannya mengurangi pembuangan 300 kilogram sampah kemasan sekali pakai.
Ke depan kolaborasi tersebut menargetkan 2.000 titik pengisian ulang sehingga dapat mencegah timbulan 100.000 ton sampah kemasan sekali pakai pada 2024. Jumlah konsumen yang dilayani diharapkan dapat mencapai 25.000 konsumen dengan total sabun yang diisi ulang menyentuh angka 2,6 juta liter.
Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Novrizal Tahar menyebut, semua upaya yang bergulir baik oleh pemerintah, produsen, dan warga bertujuan untuk mewujudkan bebas sampah pada tahun 2040-2050. Maka, kebijakan pengelolaan sampah harus simultan dari hulu dan hilir.
Peraturan Menteri KLHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah Oleh Produsen, misalnya. Kebijakan tersebut mewajibkan industri yang menghasilkan sampah, seperti industri barang konsumen, manufaktur, pusat perbelanjaan, hotel, dan restoran untuk menarik kembali sampah kemasan yang dihasilkan.
Upaya ini dibarengi dengan terus mendorong pelibatan masyarakat dalam berbagai kampanye pengurangan, pengelolaan, dan daur ulang sampah plastik.