Darurat, 24 dari 29 Kecamatan di Kabupaten Tangerang Kekeringan
Hasil panen turun akibat kekeringan yang melanda 24 dari 29 kecamatan di Kabupaten Tangerang, Banten. Petani hanya sedikit beruntung karena harga gabah sedang bagus.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Kekeringan melanda 24 dari 29 kecamatan di Kabupaten Tangerang, Banten. Akibatnya, sebanyak 1.276 hektar lahan pertanian terdampak kekeringan ringan, sedang, berat, dan puso atau gagal panen. Pemerintah Kabupaten Tangerang mengajukan bantuan pompa air dan sumur pantek untuk pengairan serta benih padi bagi lahan terdampak kekeringan.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang melaporkan, sampai 19 September 2023, sebanyak 590 hektar lahan pertanian mengalami kekeringan ringan, 335 hektar kekeringan sedang, 207 hektar kekeringan berat, dan 144 hektar puso.
Lahan pertanian terdampak kekeringan itu tersebar di 24 kecamatan. Salah satunya Kecamatan Mauk. Dari 1.864 hektar lahan yang ditanami, 162 hektar terdampak kekeringan. Rinciannya, 28 hektar mengalami kekeringan ringan, 90 hektar kekeringan sedang, 39 kekeringan berat, dan 5 hektar puso.
Kemarau enggak kebagian air. Kalau hujan kelebihan air, sampai terbuang. Sementara berhenti tanam dulu, tunggu hujan, takut kering di tengah jalan.
Kosim (44) dibantu dua buruh tani tengah memanen sisa padi pada areal sawah seluas 2,5 hektar di Desa Mauk Barat, Rabu (4/10/2023) siang. Hasil panen kali ini tidak begitu memuaskan sebab kurangnya air dampak kemarau panjang.
”Dapat 4 ton. Kalau air bagus bisa dapat 6 ton. Ini sudah syukur karena sawah saya lainnya, 1,5 hektar puso. Enggak ada bulir padinya, enggak bagus,” ujarnya.
Kemarau panjang membuat sawah milik Kosim dan warga Mauk Barat lainnya jarang kebagian air dari saluran irigasi. Saluran irigasi ini mengalir ke 12 desa yang ada.
Mereka juga tak bisa mengandalkan kobak resapan air karena tak kunjung turun hujan. Kobak merupakan cekungan untuk menampung air yang sewaktu-waktu dialirkan ke sawah.
”Kemarau enggak kebagian air. Kalau hujan kelebihan air, sampai terbuang. Sementara berhenti tanam dulu, tunggu hujan, takut kering di tengah jalan,” katanya.
Sejauh ini, Kosim belum mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah. Menurut dia, mungkin saja bantuan baru menjangkau kelompok-kelompok tani. Namun, dia sedikit lega karena harga gabah kering dan basah di tingkat petani sedang bagus.
Harga gabah kering mencapai Rp 700.000 per kuintal, sedangkan gabah basah Rp 600.000 per kuintal. Dari panen 4 ton padi, Kosim bisa mengantongi Rp 20 juta setelah dipotong biaya tanam dan perawatan serta upah buruh tani.
Petani lainnya, Sapri (55), warga Desa Marga Mulya, juga terdampak kemarau panjang. Hasil panen dari sawah seluas 5 hektar turun nyaris setengahnya.
”Kami di sini setahun dua kali panen. Cuma lagi kekurangan air dari irigasi. Air di kobak sedalam 5 meter sisa sedikit. Hemat-hemat air, belum ada bantuan tangki,” ucapnya.
Meskipun hasil panen turun, Sapri terbantu harga gabah yang sedang bagus. Dia mengantongi Rp 10 juta setelah bagi hasil panen dengan kenalannya.
Untuk sementara, dia beralih ke tanaman hemat air seperti palawija, semangka, dan pare. Hal itu dilakoninya karena tidak punya alternatif pekerjaan lain.
Penanganan kekeringan
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang terus memantau kondisi lahan terdampak kekeringan. Saat ini tengah diajukan bantuan untuk 148 titik sumur dan 58 pompa air berbagai ukuran, serta bantuan benih untuk lahan seluas 4.747 hektar.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Asep Jatnika Sutrisno menambahkan, 25 ton benih telah dibagikan ke 22 desa terdampak kekeringan. Juga telah dibagikan 5 unit pompa.
”Untuk lahan masih banyak yang bisa ditanami. Target pada September dan Oktober ini area tanam seluas 4.747 hektar. Kami terus berkoordinasi dengan Provinsi Banten dan Kementerian Pertanian,” ucapnya.
Secara keseluruhan, Dinas Pertanian Provinsi Banten mendata, kekeringan terjadi sejak 7 Mei 2023. Hingga 27 September tercatat 6.174,45 hektar lahan kering dengan luasan puso mencapai 560,1 hektar. Dalam periode waktu tersebut, sudah 1.000 hektar lahan pulih dan panen pada areal seluas 390,95 hektar.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid menyebut, sudah disalurkan bantuan benih dari cadangan benih daerah bagi lahan puso. Lalu klaim Asuransi Jasindo bagi petani yang masuk asuransi usaha tanaman padi, bantuan pemberian alat mesin pertanian, seperti pompa air, sumur pantek, traktor tangan, pupuk organik, dan perlindungan tanaman melalui gerakan pengendalian hama penyakit.
"Target gerakan nasional antisipasi El Nino mempercepat tanam pada September dan Oktober di Serang, Pandeglang, Lebak, dan Tangerang," katanya.
Target percepatan tanam itu pada September seluas 10.916 hektare dan 28.076 hektare lahan di Oktober. Realisasinya sampai 15 September mencapai 19.969 hektare luas area tanam.