Kondisi Alvaro Kritis, Keluarga Berencana Lapor Polisi
Kondisi Alvaro belum menunjukkan tanda membaik setelah didiagnosis mengalami mati batang otak. Keluarga akan melaporkan pihak rumah sakit ke polisi.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
Albert Francis (38) bersama Delima Sinaga (36) berpacu mengejar waktu dalam penanganan medis anak mereka, Alvaro Derren (7), yang masih belum sadar atau koma pascaoperasi pengangkatan amandel di Rumah Sakit Kartika Husada Jati Asih, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (19/9/2023).
Kondisi Alvaro hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda membaik setelah didiagnosis mengalami mati batang otak. Sebuah ventilator masih terpasang di tubuh kecilnya.
”Belum siuman. Malah ada tanda-tanda vital mengalami penurunan. Paru sebelah kanan infeksi,” kata Albert, Minggu (1/10/2023).
Di tengah kondisi kesehatan Alvaro yang menurun, Albert dan istrinya hanya bisa berdoa agar anaknya yang duduk di kelas dua sekolah dasar itu kembali sadar serta bisa bermain bersama kakak dan adiknya. Salah satu harapan lainnya, pihak rumah sakit bisa bergerak cepat dalam tindakan dan penanganan medis untuk Alvaro. Sebagai orangtua, hati mereka begitu sedih melihat anaknya terbaring lemah tak sadarkan diri.
Saya tidak hanya berkejaran dengan hari, tetapi waktu jam ke detik. Saya berkejaran dengan detik demi detik. Jadi, rumah sakit harus cepat bertindak untuk Alvaro. (Albert Francis)
Tindakan dan penanganan cepat itu sangat dinanti oleh Albert karena sampai saat ini pihak rumah sakit masih terkesan sangat lambat. Janji untuk mendatangkan dokter ahli dan merujuk Alvaro ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap belum juga dilakukan.
”Saya tidak hanya berkejaran dengan hari, tetapi waktu jam ke detik. Saya berkejaran dengan detik demi detik. Jadi, rumah sakit harus cepat bertindak untuk Alvaro,” katanya dengan suara bergetar.
Alvaro harus dirujuk karena perlu ada penanganan lebih lanjut seperti melakukan computerized tomography scan (CT scan) untuk melihat kondisi otak dan penyebab Alvaro sampai mengalami sakit lanjutan.
Pihak rumah sakit masih mempertimbangkan risiko jika harus merujuk ke rumah sakit lainnya, seperti ke Rumah Sakit EMC Pekayon.
Selain pertimbangan risiko, masalah lainnya Alvaro belum bisa dirujuk karena rumah sakit beralasan harus mengikuti sistem rujukan nasional dan menunggu daftar tunggu. Alasan ini dinilai Albert sangat tidak masuk akal karena kondisi Alvaro sangat mendesak untuk segera ditangani.
”Opsi rujukan ini sudah saya sampaikan sampai jauh hari. Kenapa baru sekarang? Tetapi, saya hargai karena ini menyangkut anak saya. Saya mengajukan persyaratan jika dirujuk dan CT scan harus tetap di situ jangan bolak balik untuk meminimalkan risiko itu, meski katanya CT scan tidak lama sekitar 10 menit saja,” kata ayah tiga anak itu.
Laporkan polisi
Atas kondisi kesehatan anaknya yang tak sadarkan diri pascaoperasi, Albert pun akan melaporkan Rumah Sakit Kartika Husada Jati Asih kepada pihak kepolisian. Albert ingin rumah sakit bertanggung jawab.
”Kami akan layangkan laporan tuntutan ke polisi,” ucapnya tegas.
Dalam tuntutan itu, selain tanggung jawab, Albert juga meminta rumah sakit menanggung semua biaya perobatan dan semua yang telah ia keluarkan untuk keluarganya.
”Laporan ke polisi masih mau dibicarakan dengan pengacara. Pastinya kapan belum tahu, tetapi secepatnya,” ujar Albert.
”Rumah sakit juga harus membayar biaya lainnya. Sebab, saya tetap harus membiayai keluarga. Saya tidak lagi bisa kerja karena fokus pada penyembuhan anak,” lanjutnya.
Diberitakan sebelumnya (Kompas.id, 30/9/2023), Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bekasi Fikri Firdaus menjelaskan, setelah mendengar klarifikasi dari pihak RS berupa kronologi penanganan medis yang dilakukan pada pasien, pihaknya bersama pihak terkait akan membentuk tim investigasi untuk menelusuri kasus ini. ”Selanjutnya, kami akan mendengar keterangan dari keluarga pasien,” ujar Fikri.
Menurut dia, kejadian ini tergolong cukup langka. Selama 16 tahun dirinya menjadi dokter, baru kali ini operasi amandel bisa berdampak pada henti jantung. ”Oleh karena itu, dalam proses penanganannya harus melibatkan dokter ahli, terutama neurologi anak,” ungkapnya.
Ia juga melihat peristiwa ini tergolong kasuistis. Sebab, sang kakak yang juga menjalani operasi yang sama tidak mengalami permasalahan. Padahal, tindakan operasi dilakukan oleh dokter dan metode yang sama serta pada hari yang sama.
Di sisi lain, Kota Bekasi terkendala keterbatasan tenaga medis dan juga ruang perawatan intensif untuk anak-anak (pediatric intensive care unit/PICU). Ketersediaan ruang perawatan intensif di Bekasi hanya 4 persen dari total ketersediaan tempat tidur.
Pemindahan pasien ke RS yang memiliki alat yang lebih lengkap juga sedang diupayakan sembari melihat kondisi Alvaro. ”Upaya bersama ini kita lakukan untuk keselamatan pasien,” ujarnya.