Sistem tiket berbasis akun (”account based ticketing”/ABT) diujicobakan sejak Agustus lalu. Tujuan akhirnya mendata pengguna agar subsidi penumpang tepat sasaran.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY, FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·2 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Ilustrasi. Rombongan jurnalis menempelkan kartu Jaklingko pada mesin pemindai kartu Jaklingko di Stasiun LRT Velodrome, Jakarta Timur, saat turut dalam uji coba penggunaan kartu Jaklingko untuk empat jenis moda transportasi publik, Senin (4/10/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menguji coba sistem tiket berbasis akun (account based ticketing/ABT). Sistem integrasi tarif dan pembayaran antarmoda Transjakarta, MRT, dan LRT Jakarta melalui Jaklingko itu untuk mendata pengguna berdasarkan asal sekaligus memudahkan perpindahan antarmoda.
Sistem ABT telah diujicobakan sejak Agustus lalu. Dinas Perhubungan DKI Jakarta masih mendata jumlah penggunanya.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menyebutkan, masyarakat bisa memanfaatkan sistem ABT melalui aplikasi Jaklingko. Aplikasi tersebut merekam data pribadi pengguna dan saldo untuk pembayaran moda dengan metode pemindaian QR code yang tersedia.
”Pengguna melakukan tap in dan tap out QR code di halte atau stasiun. Mobilitas jadi lebih mudah sekaligus bisa dipantau penggunaannya,” ujarnya di Balai Kota Jakarta, Senin (25/9/2023).
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Laman muka aplikasi navigasi Jaklingko, seperti yang terlihat pada Rabu (2/2/2022) sore, di Jakarta. Aplikasi Jaklingko dapat membantu warga melihat opsi moda dan rute yang harus diambil dari empat moda angkutan umum Jakarta, yaitu bus Transjakarta, MRT, kereta komuter, dan LRT Jakarta.
Kelebihan lain dari sistem ABT ialah meminimalkan saldo terpotong dua kali saat perpindahan moda dan mengamankan saldo pengguna saat kartu fisik hilang karena saldo bisa diamankan serta dimasukkan ulang dari aplikasi.
Syafrin menambahkan, tujuan jangka panjang dari sistem ABT untuk mengetahui seberapa banyak pengguna moda transportasi umum asal Jakarta dan luar Jakarta. Data tersebut akan dimanfaatkan untuk menghitung subsidi penumpang atau dana layanan publik (public service obligation).
”Subsidi lebih efisien. Nanti menjadi lebih tepat sasaran. Intinya tahap uji coba ini untuk tahu manfaat ABT,” katanya.
Harus bisa menandakan juga yang mana warga Jakarta yang berhak disubsidi oleh Pemda DKI. (Ellen SW Tangkudung)
RIZA FATHONI
Ilustrasi. Rombongan jurnalis memindai kartu Jaklingko di Halte Transjakarta Manggarai, Jakarta Selatan, saat turut dalam uji coba penggunaan kartu Jaklingko untuk empat jenis moda transportasi publik, Senin (4/10/2021).
Sistem ABT diyakini bisa meringankan subsidi penumpang. Sebab, dapat diketahui mana pengguna yang berhak mendapatkan subsidi ataupun tidak.
Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung, menuturkan, penerapan ABT bisa meringankan subsidi tiket yang selama ini digelontorkan oleh Pemprov DKI Jakarta terhadap ketiga moda transportasi tersebut. Dengan adanya pendataan, dapat diketahui penumpang mana yang berhak mendapatkan subsidi tiket.
”Kalau subsidi diberikan kepada orang yang punya rumah mewah tidak akan cocok. Harus bisa menandakan juga yang mana warga Jakarta yang berhak disubsidi oleh Pemda DKI,” katanya, Senin sore.
Menurut Ellen, fitur tersebut juga dapat mendukung penerapan tarif integrasi di mana penumpang bisa dengan mudah berpindah-pindah moda transportasi umum. Sistem ABT juga menguntungkan untuk masyarakat karena tarif akan disesuaikan dengan perjalanan orang, baik satu kali maupun dua kali pindah.
Dia merujuk beberapa kota dan negara di dunia yang telah lebih dulu menerapkan sistem serupa. Misalnya, di Singapura yang memberlakukan tarif berbeda terhadap turis luar dan warga lokal serta di Inggris yang menggratiskan tarif bagi warga lanjut usia pada waktu tertentu.