Pasar Santa, Eksistensi di Tengah Sepi
Meski tak sejaya sembilan tahun silam, Pasar Santa masih memiliki sisa eksistensi dengan beragam keunikan. Pasar ini masih asyik dijadikan tempat ”nongkrong”, berburu kuliner, dan berburu pernak-pernik incaran.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F20%2Fc9a789f2-8657-4582-96da-08c4ef2daacd_jpg.jpg)
Pedagang menunggu pembeli di kiosnya di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Rabu (20/9/2023).
Sempat kembali ramai dan beralih rupa menjadi tempat nongkrong favorit anak muda Jakarta pada tahun 2014-an, pamor Pasar Santa di Jakarta Selatan kini sulit dikatakan masih berjaya. Satu demi satu pedagang telah meninggalkan Pasar Santa, seolah membawa serta keramaian pengunjung. Hanya mereka yang memiliki ”pelanggan setia” yang tetap bisa menikmati lancarnya pundi-pundi rupiah.
Rabu (20/9/2023) siang, banyak kios di dalam Pasar Santa yang telah terkunci rapat. Kios yang tutup menyebar dari bagian depan hingga belakang pasar. Beberapa kios harus tutup karena penjual tidak mampu membayar biaya operasional. Bahkan, beberapa di antaranya dipasang surat imbauan untuk membayar tunggakan.
Lihat juga : Pasar Santa, Tempat ”Nongkrong” yang Mulai Sepi
Meskipun begitu, pasar berlantai tiga itu tetap menawarkan atmosfer berbeda bagi setiap pengunjung yang memasukinya. Daya tarik Pasar Santa terletak pada kombinasi antara pasar tradisional dan sentuhan modern yang dihadirkan.
Hadirnya kedai kopi kekinian dan sejumlah kios yang menjual pernak-pernik unik membuat pasar itu mendobrak stigma pasar tradisional. Harum aroma kopi itu akan menyapa pengunjung saat memasuki area lantai basemen pasar.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F20%2Ff8be1df3-a5af-424b-a938-0d4c394e3223_jpg.jpg)
Warga memilih kopi yang akan dibeli di salah satu kios di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Rabu (20/9/2023).
Pasar Santa mengalami pasang surut dengan rekam jejak panjang. Pasar ini diresmikan pada tahun 1971. Rehabilitasi pasar tradisional yang dikelola oleh Perumda Pasar Jaya ini dilakukan pada tahun 2007. Sampai tahun 2013, hanya 312 kios yang aktif dari total 1.151 kios.
Pasar yang terletak di Jalan Cipaku I dan Jalan Cisanggiri II itu tiba-tiba booming beberapa tahun lalu. Puncak keramaian Pasar Santa terjadi pada September 2014 hingga pertengahan 2015 dan menjadi ikon wisata di kawasan Jakarta Selatan, terutama bagi pencinta seni, musik, dan kuliner.
Kala itu, beberapa anak muda mengambil peluang membuka kedai kekinian, seperti kedai kopi dan tempat makan, di pasar yang tengah kehilangan pelanggan ataupun penyewa. Upaya itu berhasil dan menarik penyewa-penyewa baru dengan beragam usaha yang turut menjadikan Pasar Santa tempat nongkrong asyik, murah, meriah, dan berjiwa muda.
Catatan Kompas, kenaikan harga sewa dan harga jual kios menyurutkan perkembangan Pasar Santa. Data akhir Mei 2016 menyebutkan, 546 kios atau sekitar separuh dari total kios di sana tutup. Para pedagang tutup rata-rata karena tidak mampu membayar sewa kios. Seiring waktu berjalan, kondisi Pasar Santa tidak membaik, apalagi ketika pandemi Covid-19 melanda sepanjang 2020-2022.
Baca juga : Sepenggal Cerita dari Pasar Santa
Meskipun saat ini pelanggan mulai kembali ke Pasar Santa dan beberapa pedagang viral dengan sajian uniknya, keramaian masih belum sepenuhnya kembali, seperti pada Rabu (20/9/2023) sekitar pukul 12.00. Lantai tiga Pasar Santa hanya dikunjungi sekitar lima pengunjung yang tengah menikmati hidangan makan siang. Selain itu, dua pengojek daring tengah duduk dan bercengkerama di depan salah satu kedai, menunggu pesanan pelanggannya.
Rata-rata para pedagang dan penjaga kios berinteraksi untuk menghilangkan kepenatan menunggu pembeli. Sebab terlampau sepi, dentuman musik diputar salah satu penjaga kios untuk memecah keheningan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F20%2Ff2f3c57c-d157-4339-af8f-27b1878f5fff_jpg.jpg)
Pekerja menyiapkan ramen di kedai miliknya di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Rabu (20/9/2023).
Beberapa pedagang lama masih setia berjualan di sana. Chandra Dewi merupakan salah satu yang masih bertahan. Pemilik kedai Dimsum Santa Vegetarian itu mengatakan masih berjualan karena sudah mengontrak kios selama 12 tahun. Sepinya pembeli membuat hasil penjualannya hanya cukup untuk membeli kebutuhan berjualan.
Dalam satu hari, ia hanya mendapatkan Rp 100.000 hingga Rp 200.000. Menurut Dewi, kebanyakan pengunjung yang datang adalah pegawai kantor sekitar pasar yang sudah menjadi pelanggan tetap.
Baca juga : Desain Ulang Simpang Santa Prioritaskan Pejalan Kaki dan Pesepeda
Ia pun sudah memiliki segmen pasar sehingga tetap optimistis melanjutkan usaha. Dewi menawarkan produk kuliner vegetarian tanpa tambahan penyedap, bawang, dan telur. Dengan begitu, tokonya akan dicari kaum vegetarian, terutama yang tinggal di Jakarta Selatan.
Dewi menuturkan, beberapa pedagang masih ingin membuka kios karena biaya sewa yang relatif murah. Pandemi membuat harga sewa kios kembali normal di kisaran Rp 7 juta-Rp 10 juta per tahun, bergantung pada besar kecil dan lokasi kios.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F20%2Fee592bab-b4cf-4b9b-93a3-c90cbc6fa3e3_jpg.jpg)
Surat peringatan dari PD Pasar Jaya ditempel di salah satu kios di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Rabu (20/9/2023).
Hal senada diutarakan penjaga kedai kopi bernama Kopi Dari Akuh di lantai tiga, Rizky (20). Saat sepi pembeli, ia hanya bisa menjual lima gelas kopi. Namun, dalam keadaan ramai pun, penjualan tidak jauh berbeda, yakni hanya 10 gelas kopi. Bahkan, pada Senin (18/9/2023) lalu, ia tidak mendapatkan pelanggan sama sekali.
Untuk menggaet banyak pengunjung, Rizky berharap pihak pengelola pasar dapat membuat kegiatan rutin setiap tahun, seperti mengadakan Santa Fest. Selain itu, kondisi kebersihan dan penerangan di lantai tiga juga menjadi perhatian para pedagang.
Lihat juga : Pasar Santa yang Kian Sepi
Banyaknya kios yang tutup menjadikan kurangnya penerangan. Akibatnya, banyak pengunjung baru yang tidak mengetahui ada kehidupan di sana.
”Kalau malam, penerangannya bisa sangat redup di sini. Beberapa bulan yang lalu sebelum beberapa kios buka, keadaan di lantai atas pojok sangat gelap, terlebih saat malam hari. Saya sebagai penjual saja merasa ngeri,” katanya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F22%2F55df23e1-19f4-43ce-a132-37c4f9e539c0_jpeg.jpg)
Suasana Pasar Santa di Jakarta Selatan, Kamis (21/9/2023) sore.
Magnet baru
Pertengahan tahun 2023, tepatnya bulan Juni, Pasar Santa kembali viral. Peran media sosial sangat signifikan dalam memperkenalkan kembali Pasar Santa kepada khalayak luas. Video mengenai suasana pasar, kuliner lezat, serta barang-barang unik menyebar dengan cepat.
Viralnya video-video tersebut membawa gelombang baru pengunjung, termasuk pengunjung dari luar kota yang ingin merasakan pengalaman belanja dan kuliner di Pasar Santa. Akan tetapi, hanya beberapa pedagang yang merasakan ramainya pembeli hingga saat ini.
Baca juga : Pasar Tradisional Semakin Kehilangan Pelanggan
Salah satu kios yang menjadi magnet baru di Pasar Santa ialah kedai kopi milik kakek berusia 75 tahun, yakni Augustinus Sollohin atau lebih akrab disapa Solihin. Kedai kopi yang diberi nama Senior Coffee Stall itu menawarkan menu-menu sederhana yang tidak begitu banyak. Hanya beberapa minuman dan makanan ringan. Salah satu makanan yang banyak digandrungi ialah puding karamel seharga Rp 9.500.
Solihin baru mulai berjualan di Pasar Santa tiga tahun silam. Saat berjualan pada awal tahun 2020, kedai kopinya tidak begitu ramai. Namun, saat ini ia berhasil menggaet banyak pengunjung.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F22%2F3df30904-90fb-4aee-bdc3-23eb3482a1ed_jpeg.jpg)
Solihin (75) membereskan dagangannya di Pasar Santa, Kamis (21/9/2023) sore.
Meski banyak diminati, Solihin hanya menyediakan 20 puding karamel lembut dengan lumuran sirop maple itu setiap hari. Ia bahkan hanya berjualan sekitar 30 menit setiap hari, mulai dari pukul 17.00 hingga pukul 17.30. Solihin mengatakan, jumlah dagangannya terbatas karena dia hanya melayani sendirian.
Selain puding karamel Kakek Solihin, tempat yang kerap menjadi incaran pengunjung di Pasar Santa ialah toko aksesori unik bernama A Craft milik Adam. Ia mengatakan, konsistensi jam operasional toko perlu diperhatikan untuk mendapatkan pelanggan.
Baca juga : 30 Pasar Tradisional di Seluruh Indonesia Direvitalisasi Tahun Ini
Toko A Craft buka mulai dari pukul 13.00 hingga 21.00. Toko tersebut menjual aneka aksesori, seperti kacamata, gelang, jam tangan, kalung, cincin, pirate hat, baju, dan celana. Selain berjualan di pasar, Adam kerap mengunggah dagangannya di media sosial.
Tidak hanya pengunjung biasa, para figur publik juga kerap mengunjungi toko milik Adam. Saking ramainya, ia bahkan mencari karyawan untuk membantunya pada Juli 2023. Toko Adam pun dijadikan patokan para pedagang, khususnya di lantai tiga. Mereka melihat keramaian pasar berdasarkan toko A Craft.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F20%2F3456e877-b033-42c8-ad72-0b584a46c29f_jpg.jpg)
Seorang pedagang tertidur di salah satu kios di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Rabu (20/9/2023).
Toko Dunia Kopi milik Suradi juga masih dicari-cari pelanggan. Kios kopi yang berdiri sejak tahun 2000 itu menawarkan berbagai varian biji kopi Nusantara. Ratusan kilogram ia siapkan setiap hari untuk memenuhi pesanan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Suradi mengatakan, awalnya pembeli yang datang ke tokonya kebanyakan justru orang luar negeri, seperti Jepang, Korea, Rusia, Jerman, dan Arab Saudi. Perlahan, pembeli lokal pun mulai banyak berdatangan dan usahanya semakin maju.
Pasar Santa dapat kembali berjaya dan tidak menghilangkan unsur ’vintage’ dan uniknya.
Dikunjungi kembali pada Kamis (21/9/2023) sore, Pasar Santa terlihat lebih ramai. Beberapa karyawan sepulang kerja duduk menikmati makanan favorit masing-masing di sejumlah kios. Meski tak terlalu ramai, pedagang pakaian dan aksesori juga mendapat kunjungan.
Pengunjung Pasar Santa, Cindy Gania (26), merasakan perbedaan Pasar Santa dulu dan kini. Sembilan tahun yang lalu, ia menjadikan pasar tersebut sebagai tempat nongkrong favorit sepulang sekolah. Dulu, harga-harga di Pasar Santa juga lebih murah dibandingkan dengan pasar mana pun. Ia berharap Pasar Santa dapat kembali berjaya dan tidak menghilangkan unsur vintage dan uniknya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F20%2F4d532a45-aa50-4acd-91c6-ffda2c0f4b70_jpg.jpg)
Beberapa kios yang tutup di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Rabu (20/9/2023).
Aktivasi pasar
Menurut Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Reynaldi Sarijowan, sebagai pasar tematik, Pasar Santa memiliki target konsumen yang senang akan budaya dan jajanan khas. Oleh sebab itu, Pasar Santa akan terus bertahan karena memiliki konsumen yang spesifik.
Akan tetapi, di tengah modernisasi, beberapa pedagang di Pasar Santa belum mampu beradaptasi, khususnya mengenai digitalisasi. Sebagai pasar tematik, kebanyakan yang dijual di Pasar Santa juga bukan kebutuhan primer.
Baca juga : Saat Pedagang Pasar Tradisional Menyediakan QRIS
Saat ini, lebih dari 50 persen pedagang telah menutup kios. Reynaldi menuturkan, pihaknya tetap berupaya agar pemerintah memberikan pendampingan terhadap pedagang agar mampu bertahan dan bisa menggunakan platform media sosial untuk berjualan.
Salah satu cara yang ditempuh Reynaldi ialah berkomunikasi kepada kementerian terkait. Pihaknya juga berupaya memberi pelatihan terhadap pedagang sebab omzet mereka menurun drastis. Banyak pula pedagang yang beralih mata pencarian.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F22%2F46308ebe-619f-4a76-a2df-fe268ed82127_jpeg.jpg)
Pedagang aksesori berjualan di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Kamis (21/9/2023).
Banyaknya kios yang tutup dengan cahaya yang redup juga menjadi tamparan keras bagi Perumda Pasar Jaya. Reynaldi menilai, seharusnya pihak Perumda Jaya mencari cara dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk kembali meramaikan Pasar Santa dengan memanfaatkan beberapa momentum.
Perumda Pasar Jaya terus melakukan aktivasi pasar dengan melakukan beragam kegiatan untuk lebih menarik minat masyarakat datang berkunjung dan berbelanja. Manajer Humas Perumda Pasar Jaya Agus Lamun mengatakan, aktivasi pasar tersebut juga dilakukan dengan bersinergi bersama sejumlah pihak, termasuk perbankan.
Aktivasi biasanya diisi dengan acara hiburan hingga pembagian door prize atau hadiah. Agus berharap aktivasi tersebut dapat membantu pedagang dalam meningkatkan omzet.
Agus juga berharap ada perlindungan terhadap produk lokal, khususnya yang dijual oleh pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM), agar tidak kalah bersaing dengan barang-barang impor atau produsen besar.
Mempertahankan pasar unik seperti Pasar Santa memang butuh kolaborasi antara pedagang, pengelola pasar, dan pemerintah. Asa digantungkan agar pasar tematik yang memiliki penggemar khusus tak terus tergerus sepi.