Periksa Saksi, Polisi Rangkai Kesimpulan Kasus Kematian di Cinere
Belum ada kesimpulan penyebab kematian Grace dan David, apakah karena mati alamiah, kecelakaan, bunuh diri, ”homicide” (pembunuhan), atau ada unsur gabungan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyidik gabungan masih mendalami penyebab kematian ibu dan anak di dalam rumah di Cinere, Depok, Jawa Barat. Tim penyidik juga telah memeriksa 12 saksi, termasuk keluarga korban berinisial S dan K. Diketahui hubungan mereka tak terlalu dekat.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Hengki Haryadi mengatakan, penyelidikan kasus kematian Grace Arijani Harahapan (64) dan anaknya, David Ariyanto Wibowo (38), masih terus berlanjut. Penyelidikan dilakukan oleh tim penyidik gabungan yang beranggotakan tim kimia biologi forensik dari laboratorium forensik Bareskrim Polri, dokter forensik dari RSCM dan Polda Metro Jaya, Inafis dan tim apsifor, serta labfor digital forensik.
Pemeriksaan tim gabungan belum bisa memberikan kesimpulan apakah kematian Grace dan David karena mati alamiah, kecelakaan, bunuh diri, homicide (pembunuhan), atau ada unsur gabungan.
Berdasarkan penyelidikan sementara dari selembar kertas atau surat dan laptop yang ditemukan di ruang kerja suami Ibu Grace, ada kesamaan konteks.
”Tentang curhat keluhan yang terjadi pada keluarga. Saat ini isi laptop dan surat itu masih terus didalami tim penyidik,” kata Hengki, Senin (11/9/2023).
Dari sejumlah alat bukti yang ditemukan, seperti dua senter, dua dupa yang berisi bebatuan, serta kertas dan isi laptop, tim penyidik masih berusaha merangkai dan menarik kesimpulan penyebab kematian dua jenazah.
Tim penyidik juga masih berusaha mengungkap hubungan keluarga Grace dan David dengan dua saksi keluarga yang telah dimintai keterangan.
Tim penyidik juga telah memeriksa 12 saksi. Beberapa di antaranya keluarga korban berinisial S dan K. Dari keterangan sementara keluarga terakhir ketemu pada 2011.
”Keluarga ini cukup tertutup. Anaknya belum menikah,” ujar Hengki.
Psikolog forensik juga masih mendalami kaitan hubungan keluarga dengan motif yang kemudian memengaruhi sikap batin sehingga terjadi peristiwa ini.
Sementara berdasarkan saksi lainya, yaitu tukang galon, kata Hengki, terakhir dia mengantar pesanan galon pada pukul 08.00, 25 Juli lalu ke rumah keluarga Grace. Galon itu harus diantar tepat waktu, jika telat atau lewat pukul 08.00, keluarga tidak akan terima. Keluarga korban selalu memesan galon setiap hari Selasa.
Satu minggu kemudian, pada 1 Agustus, tukang galon datang seperti biasa. Namun, keluarga tidak merespon panggilan tukang galon. Keesokan hari tukang galon datang kembali, tetapi tetap tidak ada jawaban. Pada Selasa selanjutnya, tukang galon tetap datang, tetapi keluarga korban tidak membuka pintu lagi.
”(Dari keterangan saksi tukang galon) kemudian dicocokkan dengan surat tertulis pada 28 Juni. Sedangkan file (laptop) pada 29 Maret di-update file itu pada 27 Juli. Pada 28 Juli listrik diputus Setelah dapat peringatan dari PLN pada 21 Juli. Ini hampir sama. Namun masih dalam penelitian,” ujar Hengki.
Sementara itu, Kepala Bidang Dokter dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Hery Wijatmoko mengatakan, pihaknya telah melakukan rangkaian pemeriksaan. Dari salah satu hasil pemeriksaan menggunakan crime lite (alat penyidik forensik berupa teknologi lampu LED), tidak ditemukan bekas luka. Dari temuan itu, belum ada dugaan ke arah tindak kekerasan.
“Dalam penyelidikan kami juga menggunakan crime lite untuk mendeteksi bercak darah dan luka di tubuh. Hasilnya negatif. Artinya bekas itu tidak terdeteksi. Namun, ini masih terus kami selidiki,” kata Hery.
Hingga saat ini, timnya bersama tim penyidik gabungan lainnya telah dua kali olah TKP dan ada kemungkinan untuk olah TKP lanjutan.
Dalam olah TKP itu, katanya, cukup sulit untuk mengetahui kapan dan penyebab kematian Grace dan David karena kondisi tubuh membusuk dan rusak. Meski begitu, pihaknya tetap akan terus berusaha untuk mengungkap berapa lama mereka telah meninggal, ada atau tidaknya tindak kekerasan pada tubuh. Jika ada unsur kekerasan diakibatkan oleh benda tumpul, tajam, atau kekerasan lainnya seperti kimia. Lalu kematian wajar atau tidak.
Tak hanya itu saja, timnya juga fokus pada penyelidikan profil korban dari sisi medis dan kebiasaan dari rekam jejak korban di rumah sakit atau dari dokter.
Diberitakan sebelumnya, warga perumahan umum Bukit Cinere Indah, Depok, Jawa Barat, dikejutkan dengan penemuan mayat seorang ibu dan anaknya di dalam rumahnya.
Penemuan Grace dan anaknya, David, itu bermula dari warga yang merasa curiga dengan rumah nomor 39 karena penghuninya lama tidak terlihat. Seorang petugas keamanan perumahan, M Jafar, lalu mendatangi rumah itu untuk memeriksa apakah ada orang di dalam rumah, Kamis (8/9/2023), sekitar pukul 09.30.
Karena tak ada jawaban dari penghuni rumah, Jafar membuka pagar dan berusaha masuk dari pintu garasi. Saat itu, Jafar semakin curiga karena mencium bau tak sedap dari dalam rumah.
”Jadi penghuni itu tidak pernah kelihatan. Saya juga tidak pernah lihat keluar kompleks. Ada sekitar satu bulan sepertinya tidak keluar rumah. Jendela dan pintu tidak pernah dibuka. Saya bersama Pak RT ke sana kemarin (Kamis) pagi. Pas mau masuk bau busuk. Langsung menghubungi Polsek (Cinere),” tutur Jafar, Jumat (8/9), tak jauh dari rumah itu.
Saat polisi datang dan masuk ke dalam rumah, lanjut Jafar, mereka menemukan dua mayat kering di kamar mandi. ”Tinggal tengkorak, kering mayatnya,” kata Jafar.
Jafar melanjutkan, rumah itu juga sudah lama dalam keadaan gelap saat malam. ”Makanya kami pikir tidak ada orang di dalam karena kalau malam gelap. Tapi kok saya dan lainnya tidak pernah lihat orang di rumah itu keluar dari kompleks. Terakhir lihat pertengahan Juli kemarin,” ucap Jafar.