Sebanyak 331.947 orang menggunakan LRT Jabodebek sejak diresmikan hingga Rabu (6/9/2023). Ditemukan juga ada empat gangguan utama selama operasi dan harus menjadi evaluasi untuk perbaikan layanan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejak diresmikan pengoperasiannya pada 28 Agustus 2023 sampai dengan 6 September 2023, sebanyak 331.947 orang sudah menggunakan LRT Jabodebek. Ada empat gangguan utama yang ditemukan dan diupayakan perbaikan.
Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati melalui keterangan tertulis yang diterima pada Kamis (7/9/2023) malam menjelaskan, sejak peresmian pada 28 Agustus hingga Rabu sore, jumlah penumpang yang dilayani LRT Jabodebek mencapai 331.947 orang.
”Ini menunjukkan animo masyarakat yang sangat tinggi untuk mencoba LRT Jabodebek dan berharap kehadiran moda transportasi ini dinikmati oleh lebih banyak masyarakat,” kata Adita.
Hal ini jelas suatu hasil yang positif. Namun, ada beberapa catatan yang perlu dievaluasi terkait operasionalisasi LRT Jabodebek.
”Ada empat gangguan utama yang telah kami terima laporannya, yaitu terkait pintu kereta, layar informasi penumpang, kelistrikan, hingga sistem operasi,” kata Adita.
Proses tindak lanjut oleh pemangku kepentingan terkait, seperti Inka dan Divisi LRT Jabodebek dari PT KAI, masih terus berlangsung di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.
”Penanganan ditargetkan selesai awal September hingga akhir Oktober,” ujarnya.
Terpisah, Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana memberikan catatan terkait beberapa gangguan operasional. Gangguan seperti pintu tidak presisi, entakan akselerasi, dan pengereman yang tajam masih bisa ditoleransi.
Namun, gangguan sarana atau sistem operasi yang berpotensi membahayakan, seperti pintu membuka di lintas, bagian roda penggerak berasap, serta pada faktor keamanan, seperti kelistrikan, harus dievaluasi kembali.
”Petugas Inka harus siaga untuk antisipasi gangguan sarana dan petugas Siemens harus siaga untuk melancarkan sistem operasi,” kata Aditya.
Gangguan operasional terjadi lantaran LRT Jabodebek mengadopsi teknologi otomasi derajat tiga atau Grade of Automation 3 (GOA 3).
”Sementara teknologi ini masih asing dan perlu penguasaan teknologi yang memadai. MRT Jakarta saja dengan GOA 2 perlu waktu kalibrasi sistem lebih dari satu tahun. Untuk GOA3 tentu perlu rentang waktu yang lebih panjang untuk kalibrasinya supaya smooth,” lanjutnya.
Faktor uji coba dengan membawa penumpang, imbuh Aditya, sebenarnya masih minim dilakukan. Uji coba hanya dilakukan pada 13-15 Juli dan 26-27 Agustus.
Padahal, uji coba itu bukan hanya untuk sarana dan prasarana, melainkan juga sistem operasi yang dikendalikan secara otomatis.
”Itu butuh waktu lama. Jika kereta rawan gangguan, padahal operasional masih terbatas dan sistem informasi belum bagus, maka akan rawan kepadatan dan membeludaknya penumpang,” katanya.
Meski begitu, ia optimistis LRT Jabodebek akan sangat diminati masyarakat. ”Dengan catatan, frekuensi tinggi, jeda antarperjalanan rapat, dan akses serta konektivitas antarmoda di stasiun sudah bagus. Dan tersedia kantong parkir yang terjangkau (di beberapa lokasi), meski tarif akan diberlakukan normal,” ujarnya.
Adita melanjutkan, untuk saat ini terdapat 12 rangkaian kereta atau train set (TS) yang dioperasikan dan siap melayani penumpang. Jumlah rangkaian kereta secara bertahap akan ditambah hingga semua rangkaian kereta yang berjumlah 31 TS dioperasikan. Rinciannya, 27 TS dioperasikan untuk melayani penumpang, 2 TS dilakukan perawatan berat, dan 2 TS disiagakan sebagai cadangan.
”Dengan jumlah rangkaian tersebut, untuk saat ini LRT Jabodebek dioperasikan dari pukul 05.00 hingga 18.58 dengan headway 10-20 menit,” kata Adita.
Ia optimistis ke depan LRT Jabodebek dapat dioperasikan sesuai dengan pola operasi ideal dengan jam operasi lebih lama dan headway 4-8 menit. Tepatnya ketika keseluruhan rangkaian kereta sudah dijalankan secara bertahap. Masyarakat diharapkan dapat terus memantau jadwal LRT Jabodebek ini.
Terkait tarif promosi yang diberlakukan oleh Kementerian Perhubungan, Adita menjelaskan, promo tersebut masih berlaku hingga 30 September 2023. Dengan adanya promo ini, penumpang hanya dikenai tarif dasar Rp 5.000 untuk semua lintas pelayanan.
”Setelah September ini, kami akan berlakukan skema tarif maksimal Rp 20.000 untuk seluruh lintas pelayanan. Namun, tetap kami buka opsi untuk pemberlakuan promo dengan skema lain jika ada masukan lebih lanjut,” ujarnya.
Adita berharap subsidi PSO dan tarif promosi yang diberikan oleh DJKA Kementerian Perhubungan pada tarif LRT Jabodebek ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
”Semoga kehadiran LRT Jabodebek dengan tarif yang sudah disubsidi ini dapat memberikan alternatif moda transportasi kepada masyarakat sehingga tidak bergantung pada kendaraan pribadi,” katanya.