LRT Jabodebek Bukan Kereta Ringan Pertama di Indonesia Tapi Perdana Beroperasi Tanpa Masinis
Perkembangan teknologi menyentuh berbagai bidang, termasuk sektor transportasi. Salah satunya, otomatisasi yang memungkinkan kendaraan melaju tanpa pengemudi.
Oleh
AGNES RITA SULISTYAWATY, PRADIPTA PANDU MUSTIKA, HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
LRT Jabodebek menjadi yang pertama beroperasi tanpa masinis. Penumpang bisa melihat kabin masinis yang kosong saat kereta bergerak. LRT Jabodebek mengadopsi sistem kontrol berbasis komunikasi (communication based train control/CBTC) dengan Grade of Automation (GoA) 3.
CBTC bekerja menggunakan sinyal komunikasi radio antara perangkat di sepanjang jalur rel dan rangkaian kereta sehingga posisi setiap rangkaian dapat diketahui secara akurat danń ditampilkan pusat kendali atau operation control center (OCC). Selain dengan sinyal radio, ada perangkat penunjang yang dipasang di jalur kereta ataupun di rangkaian kereta serta di OCC.
Dengan data yang terpantau ini, sistem di OCC mengirimkan perintah untuk menambah atau mengurangi kecepatan setiap kereta.
Alat yang dipasang di jalur disebut balise atau alat sensor, dipasang pada jarak tertentu sebagai pengirim data ke sensor. Kemudian di semua kereta dipasang perangkat penerima atau receiver komunikasi, lalu ada antena radio yang dipasang di sepanjang jalur untuk mengirimkan sinyal komunikasi ke OCC.
Pergerakan akan terpantau saat kereta melewati alat sensor. Alat sensor akan mengirimkan sinyal kepada OCC terkait posisi kereta. OCC kemudian mengirimkan informasi ke kereta-kereta di depan ataupun di belakangnya. Dengan demikian, rangkaian kereta yang berada di depannya dan di belakangnya dapat melaju sesuai dengan kecepatan aman.
Apabila satu kereta mengalami kendala, laju rangkaian itu akan terhenti. Rangkaian kereta di belakangnya akan menyesuaikan hingga akhirnya berhenti total dalam batas aman.
Secara sederhana, sistem persinyalan yang menggantikan fungsi masinis dalam LRT Jabodebek. Sistem persinyalan yang digunakan dalam LRT Jabodebek merupakan produk yang dikembangkan perusahaan manufaktur dan teknologi asal Jerman, Siemens, dan berkolaborasi dengan PT LEN Industri.
Persinyalan yang diatur secara otomatis ini juga memungkinkan kereta berhenti secara presisi di depan pintu pengaman peron stasiun.
Model persinyalan ini memungkinkan jarak antarrangkaian kereta lebih rapat, tetapi tetap dalam batas aman.
Pengamanan berlapis
Untuk aspek keamanan dan keselamatan operasi, Kepala Divisi LRT Jabodebek Mochamad Purnomosidi mengatakan, kereta dilengkapi dengan automatic train stop (ATS). ATS memiliki perlindungan kereta otomatis (ATP) sebagai proteksi awal apabila terjadi kegagalan sistem. ATS bisa diibaratkan sebagai sebuah sistem penggerak utama atau otak yang menjalankan serangkaian operasionalisasi LRT. Sistem ini memiliki puluhan ribu parameter data yang telah terinstal sehingga bisa mengganti berbagai fungsi pekerjaan dari masinis.
”ATP itu ada 7-8 lapis. Kalau ada kegagalan pada satu operasi, masih ada pengaman yang lain,” katanya.
LRT Jabodebek menggunakan sistem operasi GoA 3. Artinya, operasionalisasi LRT dilakukan secara otomatis tanpa peran masinis.
Meskipun demikian, ada seorang train attendant yang berjaga di sekitar kabin masinis. Ia memiliki kualifikasi sebagai masinis, tetapi otomatisasi membuat sistem mengambil alih sebagian besar peran mengemudikan kereta. Hanya saat kondisi darurat atau apabila terjadi kendala, masinis mengambil alih kemudi secara manual.
Apabila terjadi kendala di kereta saat perjalanan, train attendant mengecek bagian yang bermasalah dan berkomunikasi dengan OCC. Petugas OCC akan memandu langkah yang perlu dilakukan.
Apabila OCC mendeteksi gangguan di perjalanan, termasuk gempa bumi, perjalanan kereta akan dihentikan secara otomatis. Proses evakuasi dilakukan apabila diperlukan.
”Jadi, prinsipnya apabila kereta ini mengalami kerusakan akan didorong kereta di belakangnya. Sementara apabila terjadi kereta anjlok, penumpang akan dievakuasi lewat walkway (jalur evakuasi yang ada di sepanjang rel),” ucapnya.
Selain itu, kereta buatan PT INKA yang digunakan di LRT Jabodebek bisa dioperasikan otomatis ataupun manual. Secara kelistrikan, kereta LRT Jabodebek menggunakan daya 750 volt DC, separuh dari daya KRL Commuterline yang mengonsumsi 1.500 volt DC.