Bising Pasar Malam Jakarta Menyulap Kelam Menjadi Keseruan
Peminat pasar malam sebagai hiburan rakyat kelas menengah ke bawah dianggap semakin berkurang, tetapi tetap mendapat tempat di hati sejumlah kalangan.
Langit senja Jakarta semakin gelap bersiap menuju gulita malam. Di saat yang bersamaan, kemilau lampu warna-warni mulai menyala menerangi dan menambah semarak wahana pasar malam di tanah lapang berdebu di kawasan Manunggal, Cibubur, Jakarta Timur. Bising jedhag-jedhug menggelegar mengundang pengunjung mendekat ke wahana hiburan rakyat ini.
Banyak anggapan zaman telah berubah, selera bergeser. Namun, sepertinya pasar malam jalanan tidak akan pernah kehilangan penikmatnya. Daya pikat hiburan rakyat ini masih sulit ditolak oleh sejumlah kalangan.
Selasa (14/8/2023) malam di lokasi pasar malam waktu menunjukkan sekitar pukul 19.00. Masyarakat mulai berdatangan dari berbagai sisi pintu masuk pasar malam. Farid Althaf (30) bersama istri sedang menemani anaknya yang masih berusia lima tahun menikmati wahana komedi putar.
Baca juga : Kembalinya Keceriaan Warna Bianglala di Tanah Lapang
Sembari memantau sang anak yang tengah hanyut berputar di atas kuda komedi putar, Farid sesekali menengok ke wahana lain di sekitarnya. Ada bianglala, kora-kora, hingga ombak banyu tampak menarik perhatiannya.
”Selama hampir sebulan pasar malam (berlangsung), baru kali ini ada kesempatan dapat libur dan datang. Sekalian nostalgia dan hiburan sembari menikmati waktu berkualitas bersama keluarga,” kata Farid.
Farid menceritakan, suasana pasar yang ia saksikan saat ini memang telah berubah. Rombongan keluarga dan antusias muda-mudi tidak seperti dulu lagi. Wahana permainan juga semakin berkurang. Kendati demikian, lampu kerlap-kerlip diiringi musik serta teriakan-teriakan di atas wahana masih membawanya pada nostalgia saat dirinya remaja.
Sekalian nostalgia dan hiburan sembari menikmati waktu berkualitas bersama keluarga.
Sembari menemani sang anak, Farid juga mencoba mengingat kembali wahana pertama yang dinaikinya. Ia membayangkan saat usia remaja berani mencoba wahana ekstrem di sana.
”Kalau diingat kembali, kok, berani saya mencoba permainan ombak banyu. Mungkin dulu sebagai remaja pengin terlihat berani di remaja cewek yang lain,” kata Farid sambil terus menatap wahana-wahana yang diikuti rekah senyum dari bibirnya.
Baca juga: Pasar Malam yang Dirindukan di Tengah Hiruk Pikuk Jakarta
Antusias yang berbeda
Wahana-wahana di pasar malam di kawasan manunggal merupakan milik Cogay Kreasi Jakarta. Operator pasar malam keliling ini kerap mengadakan pasar malam di daerah-daerah pinggiran Jakarta dan sekitarnya.
Koordinator Pasar Malam Cogay Kreasi Jakarta, Yoga Maullana Haryanto, mengungkapkan, setiap tempat di Jabodetabek, antusiasme terhadap pasar malam berbeda-beda. Pesonanya tidak sementereng dulu yang bisa menarik minat hingga dari berbagai penjuru daerah.
Menurut Yoga, wahana-wahana terbaik pasar malam tetap mendapat tempat di hati masyarakat sekitar. Wahana, seperti ombak banyu, bianglala, dan kora-kora, tetap menjadi primadona. Apalagi, harga karcis lebih terjangkau dibandingkan wahana-wahana permainan elite di Ibu Kota. Hanya Rp 15.000-Rp 20.000 untuk setiap wahana permainan.
”Pasar malam selalu punya banyak cerita. Ombak banyu, misalnya, di sana banyak interaksi yang terjadi. Tidak hanya sesama pengunjung, tetapi juga bisa dengan para arjunanya,” ujar Yoga.
Sosok arjuna yang disebutkan Yoga merujuk pada operator dari wahana ombak banyu. Wahana yang berbentuk bangku melingkar dan diputar mengikuti ritme musik jedhag-jedhug yang terpasang di tengah wahana. Para arjuna akan menciptakan efek gelombang saat wahana ini berputar. Di saat itu pula mereka akan melakukan antraksi yang menarik perhatian semua pengunjung.
Baca juga : Hari-hari Kelam Pedagang Pasar Malam
Tidak salah wahana ini menjadi yang paling populer di pasar malam. Interaksi yang terjadi saat ombak banyu berputar meninggalkan pesan dan kesan bagi pengunjung serta para arjuna.
Salah seorang arjuna ombak banyu, Rizal (23), sejak usia 15 tahun telah ikut dengan rombongan pasar malam. Ketangkasan saat mengoperasikan sekaligus beratraksi menjadi bukti kemampuannya terasah sepanjang satu dekade dirinya menggeluti pekerjaannya.
Sembari menunggu bangku melingkar terisi cukup, Rizal sesekali bercengkrama dengan pengunjung yang telah lebih dulu duduk di wahana ombak banyu.
Baca juga : Hari-hari Kelam Pedagang Pasar Malam
”Sekadar basa-basi sekenanya. Kalau direspons bagus ya, bisa jadi hubungannya bakal berlanjut,” katanya sambil mengingat kembali kisah dirinya pernah mempunyai hubungan spesial dengan perempuan lewat pertemuan di wahana ini.
Pengunjung pasar malam lainnya, Ahmad Sadiq (18), mengaku selalu antusias ketika ada pasar di kawasan tersebut. Remaja yang tinggal hanya 300-an meter dari lokasi pasar malam tersebut menganggap pasar malam sebagai ruang bagi kawula muda saling bertemu.
Wahana ombak banyu sekali lagi menjadi pilihan untuk mengekspresikan jiwa semangat muda itu. Memacu adrenalin di atas wahana yang berputar kencang tanpa pengaman sedikit pun. Teriakan-teriakan pengunjung bersahutan dengan musik jedhag-jedhug yang semakin intim mengikuti putaran dari ombak banyu.
Seiring musik jedhag-jedhug, ombak banyu terus berdengung, wahana lain seperti kora-kora dan bianglala juga tak kala memesona menarik minat pengunjung.
Minat orang ke pasar malam semakin bergeser. Pilihan hiburan semakin banyak. Namun, bagi kelas bawah ini masih menarik. Biasanya anak-anak muda yang datang pun cuma yang tinggal di sekitaran daerah tersebut.
Syafika (25), yang datang bersama tiga rekannya, mencoba kora-kora. Wahana berbentuk seperti perahu itu berayun seakan sedang menghadapi ombak ini juga tidak luput meninggalkan banyak kisah bagi para peminatnya.
”Kebetulan diadakan dekat rumah, jadinya dateng bareng teman-teman lagi. Sambil nyobain wahana-wahana yang pernah dimainkan dulu,” katanya.
Baca juga : Pasar Malam di Pusat Bisnis Memikat Warga Ibu Kota
Budaya bergeser
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Asep Suryana, mengungkapkan, meski budaya berkunjung pasar malam sedikit bergeser, hiburan ini selalu menarik bagi peminatnya. Saat ini, pasar malam yang diadakan secara rutin digelar kawasan pinggiran Jakarta banyak diminati masyarakat lokal di sekitar pasar malam tersebut.
”Minat orang ke pasar malam semakin bergeser. Pilihan hiburan semalin banyak. Namun, bagi kelas bawah ini masih menarik. Biasanya anak-anak muda yang datang pun cuma yang tinggal di sekitaran daerah tersebut,” ujar Asep.
Di saat bersamaan, kini lahan tanah lapang di daerah seperti Jabodetabek semakin berkurang. Hal ini juga membuat lokasi tempat penyelenggaraan pasar malam semakin menyempit. Wahana-wahana tersedia pun semakin berkurang.
Menurut Asep, pemerintah perlu hadir untuk menjaga dan merawat semangat penyelenggaraan pasar malam, khususnya di daerah pinggiran yang terbukti masih menarik minat. Apalagi, dengan manfaat ekonomi dan hiburan yang diberikan bagi masyarakat ekonomi kelas bawah.
Baca juga : Sepenggal Malam di Kota Lama Banyumas
Tidak sampai larut
Ketika jalanan sekitar lokasi pasar malam masih bergeliat. Arus lalu lintas masih banyak dilalui masyarakat dan pekerja Ibu Kota, tetapi pengunjung pasar tempat bersiap meninggalkan keramaian.
Para arjuna mulai bersantai dan menempati bangku yang seharusnya menjadi tempat duduk pengunjung. Yoga mulai mendekati anggotanya untuk melakukan koordinasi menyelesaikan acara.
”Ini juga salah satu yang berbeda, jika dulu bisa sampai larut malam pukul 23.00 atau 00.00 malam, sekarang ini belum pukul 22.00 sudah bersiap-siap tutup acaranya,” ucap Yoga sembari merapikan sejumlah perlengkapan pasar malamnya.
Masa operasi pasar malam yang lebih singkat bisa jadi karena memang peminat makin sedikit. Bisa jadi pula, warga Jakarta kian sibuk dan tak bisa berlama-lama meluangkan waktu untuk bermain-main. Mereka harus segera berlabuh di peraduan untuk mempersiapkan diri menggeluti aktivitas rutin esok hari.