Jumlah Kucing Mati di Sunter Terus Bertambah, Penyebab Masih Diinvestigasi
Kasus kematian kucing mendadak di Sunter Agung, Jakarta Utara, terus bertambah. Kini ada 31 kucing mati. Hasil pemeriksaan sementara menyatakan tidak ada indikasi kematian akibat racun. Penyebab utama terus ditelusuri.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah kucing yang mati secara mendadak di kawasan Sunter Agung, Jakarta Utara, terus bertambah sejak pertama kali kasus diketahui pada awal Juli lalu. Dari hasil pemeriksaan sementara, kejadian tersebut bukan akibat racun. Penyebab utama dari peristiwa itu masih terus diperiksa oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama dengan Balai Veteriner Subang Kementerian Pertanian.
Ditemui di Jakarta, Senin (17/7/2023), Ketua RT 012 RW 005 Sunter Agung Abdul Khozim mengatakan, hingga Minggu (16/7/2023), jumlah kucing yang mati di RW 005 ada 31 ekor. Angka ini bertambah cukup signifikan jika dibandingkan laporan awal pada Selasa (11/7/2023), yaitu 21 ekor.
Dari total 31 ekor yang mati, RT 012 menjadi lokasi dengan catatan kematian terbanyak, yaitu 13 kucing. Mayoritas kucing yang mati tersebut adalah kucing liar, berbeda dengan temuan sebelumnya, yakni kucing peliharaan. Abdul mengatakan, warga di wilayahnya sering merawat kucing-kucing liar secara swadaya dan membiarkannya beraktivitas di lingkungan.
Menindaklanjuti peningkatan jumlah kematian tersebut, Suku Dinas Ketahanan Pangan Kelautan Pertanian Jakarta Utara menggelar program sterilisasi dan pemberian vitamin gratis untuk hewan peliharaan di sana. Sekitar 240 kucing dibawa oleh warga untuk mendapatkan pelayanan tersebut. Warga pun diimbau untuk mengandangkan kucingnya selama satu minggu ke depan untuk mengantisipasi hal serupa terus terjadi.
”Paling banyak di wilayah saya karena banyak kucing di sini. Satu warga ada yang membawa delapan ekor. Mengenai penyebabnya, katanya bukan diracun, bisa karena gizi buruk ataupun hal lain. Kita masih tunggu penyebab pastinya. Mudah-mudahan tidak ada lagi,” katanya.
Kasus kematian kucing secara mendadak terakhir terjadi pada Jumat (14/7/2023). Warga RT 012 RW 005 Sunter Agung, Vidyah (49), menuturkan, salah satu kucing liar di wilayahnya mati mendadak. Meski liar atau tanpa kepemilikan, kucing berusia lebih dari tiga tahun tersebut dirawat secara swadaya oleh warga. Vidyah dan tetangga sekitar sering memberikan makanan ataupun minuman untuk si kucing.
Belum ada indikasi racun karena organ normal. Kami temukan cacing di lambung, tetapi penyebab utama masih harus diteliti lebih lanjut.
Saat Vidyah beraktivitas di sekitar gang dekat rumahnya pukul 10.00 WIB, ia melihat kucing tersebut sedang telungkup, sembari menjulurkan lidah, dengan kondisi napas terengah. Melihat hal itu, ia pun membawa kucing tersebut ke dokter hewan dari Dinas KPKP DKI Jakarta, yang kebetulan sedang menggelar vaksinasi dan sterilisasi di sekretariat RW 005.
Mengutip pernyataan dokter hewan, kucing tersebut dinyatakan hanya kelelahan. Kucing pun dibawa pulang oleh Vidyah. Tidak lama berselang, tepatnya pukul 12.30, kondisi kucing memburuk. Tidak hanya napas yang terengah, kucing tersebut mulai kejang. Vidyah pun membawa lagi kucing tersebut ke posko, tetapi nyawa kucing tidak terselamatkan.
”Awalnya saya lihat di berita viral banyak kucing mati di RW 005. Saya kaget ternyata sampai juga ke kucing di wilayah saya. Cepat sekali kejadiannya, padahal pagi harinya masih lari-larian di sekitar gang,” ujarnya.
Kepala Dinas KPKP Pemprov DKI Jakarta Suharini Eliawati menuturkan, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan lanjutan untuk menentukan penyebab utama dari kasus kematian kucing mendadak tersebut.
Dari hasil pemeriksaan awal pada pengambilan sampel bangkai kucing pertama pada Selasa (11/7/2023), tim tidak menemukan adanya indikasi racun dalam lambung kucing tersebut. Organ dalam dinyatakan normal. Namun, ditemukan cacing di lambung sampel kucing itu. Investigasi pun terus dilakukan mengingat kucing di wilayah tersebut mati dalam rentang waktu yang berurutan.
Untuk mengantisipasi semakin banyaknya kucing yang mati, pihaknya pun menggelar vaksinasi dan pemberian vitamin secara gratis bagi ratusan kucing di RW 005. Sterilisasi penting dilakukan untuk mengendalikan populasi kucing yang ada di kawasan tersebut.
”Tidak diracun ya karena organnya normal. Kalau soal virus, itu butuh penelusuran mendalam. Penelusuran tidak hanya ke binatang saja, tetapi juga keseharian pemilik dan hewan tersebut. Nanti akan disampaikan jika ada temuan lagi,” ujarnya.
Kepala Suku Dinas KPKP Jakarta Utara Unang Ruswanto mengatakan, dari keterangan yang diterimanya dari warga, sebelum mati, kucing tersebut kejang dan mengeluarkan cairan dari kelamin. Observasi dan penelitian terhadap bangkai kucing-kucing tersebut pun terus dilakukan.
Selain sterilisasi dan vaksinasi, antisipasi pencegahan penyakit hewan menular tersebut pun perlu memperhatikan higienitas lingkungan. Untuk itu, pemerintah dan pengurus lingkungan setempat juga mulai membersihkan lingkungan dengan cairan disinfektan. ”Kami masih mencari penyebab pasti dari kejadian tersebut,” ujarnya.