Layani 15 Juta Penumpang pada Semester Pertama, MRT Diminta Tetap Jaga Standar Pelayanan
Lebih dari 15 juta orang menggunakan layanan MRT di semester pertama 2023. Namun, MRT diingatkan untuk tetap menjaga kualitas standar layanan dan operasi.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama Januari hingga Juni 2023, MRT Jakarta telah melayani lebih dari 15 juta penumpang. MRT pun diminta tetap harus menjaga standar kualitas layanan dan operasi.
Ketua Forum Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana, Jumat (14/7/2023), menilai, keterangkutan hingga lebih dari 15 juta orang selama Januari-Juni 2023 didorong sejumlah faktor.
Salah satu faktornya adalah kembalinya penumpang MRT Jakarta yang sebelum ini masih menahan diri untuk tidak menggunakan layanan MRT. Faktor pandemi menjadi endemi dan pelonggaran mobilitas juga menjadi pendorong. ”Faktor lainnya karena jalanan kembali macet parah dan moda yang nyaman seperti MRT kembali menjadi pilihan. Ini membuat MRT makin menjanjikan,” katanya.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Muhammad Effendi dalam Forum Jurnalis MRT Jakarta, Rabu (12/7/2023), menerangkan, sampai dengan Juni 2023, ada 15.118.472 penumpang menggunakan MRT Jakarta. Adapun rata-rata penumpang harian sudah mencapai 83.000 orang per hari. Penumpang harian tertinggi terjadi pada 22 Juni 2023 saat HUT DKI Jakarta dengan total penumpang hari itu 149.981 orang.
”Melihat pencapaian sampai tengah tahun 2023, rerata penumpang harian sampai dengan Desember bisa mencapai 90.000 orang per hari,” kata Effendi optimistis.
Terkait layanan beberapa dompet digital yang tidak lagi hadir sebagai metode pembayaran perjalanan MRT Jakarta, menurut Effendi, tidak berdampak. ”Memang ada isu itu. Tetapi kontribusi sejumlah dompet pembayaran itu di bawah 10 persen. Tidak ada dampak terhadap jumlah rata-rata penumpang,” ujar Effendi.
Menurut dia, penumpang MRT Jakarta masih punya banyak pilihan lain untuk membayar jasa MRT. Selain dengan beberapa dompet digital yang masih bekerja sama dengan MRT Jakarta, penumpang juga bisa menggunakan kartu perjalanan MRT, baik kartu perjalanan tunggal ataupun multitrip. Selain itu, juga ada kartu uang elektronik perbankan dan Jaklingko.
”Yang kita kembangkan ke depan adalah potensi mitra dompet digital baru, pembayaran dengan QRIS, serta MRTPay,” jelasnya.
Agus Sujatno dari Yayasan Lembaga Konsument Indonesia (YLKI) mengingatkan bahwa penumpang MRT Jakarta memiliki segmen yang khusus dan beda. ”Baik karena sisi kapasitas dan rute terbatas dan melewati wilayah emas, pengguna MRT juga terbilang kelompok masyarakat dengan kondisi finansial yang baik,” katanya.
Karena itu, tingkat pelayanan MRT Jakarta harus memiliki standar yang tinggi. Mengacu pada data Indeks Kepuasan Penumpang 2022 yang masih di angka 88,30, artinya masih ada ruang untuk meningkatkan layanan.
Agus menyebutkan, layanan yang bisa ditingkatkan adalah penyediaan kantong parkir atau park and ride. Ketersediaan kantong parkir yang aman, nyaman, dan aksesibel ke stasiun menjadi hal penting untuk menarik pengguna kendaraan pribadi ke MRT.
”Itu dibarengi dengan digitalisasi sistem parkir yang andal dan tidak mudah error,” jelasnya.
Peningkatanan layanan lainnya adalah ketersediaan feeder atau angkutan pengumpan yang menjangkau tempat-tempat penting.
Selain itu, juga perlu akses pengaduan dan layanan konsumen yang responsif dan solutif.
Kemudian, aplikasi MRTJ yang bisa dibuat lebih sederhana dan menampilkan menu-menu yang penting saja. Aplikasi MRTJ diikuti dengan inovasi penjualan tiket dalam aplikasi tersebut.
”Selain itu, juga perlu akses pengaduan dan layanan konsumen yang responsif dan solutif,” ujarnya.
Effendi menambahkan, untuk kemudahan akses sekaligus menarik minat dan memudahkan orang menggunakan MRT, MRT Jakarta bekerja sama dengan sejumlah feeder atau operator angkutan pengumpan yang membawa penumpang ke dan dari stasiun MRT Jakarta. Menurut dia, kerja sama dengan operator feeder ini masih bisa ditingkatkan.
MRT Jakarta juga bisa bekerja sama dengan Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK) untuk meningkatkan ridership dan layanan di MRT. Kerja sama itu terkait pengelolan pengunjung GBK.
Dengan mengetahui agenda-agenda itu, MRT dan PPKGBK bisa melakukan operasional bersama saat ada acara besar di GBK guna mengatasi lonjakan penumpang. Kerja sama juga bisa dilakukan terkait fasilitas kantong parkir di area GBK untuk penumpang MRT.
”Dengan begitu, pengunjung tidak perlu bawa mobil saat event. PPKGBK tidak pusing dengan pengaturan parkir, kita dapat tambahan penumpang,” ujar Effendi.
Selama ini, usai acara besar, tumpukan penumpang yang selalu terjadi. MRT saat itu hanya memberlakukan buka-tutup stasiun. Ke depan, MRT Jakarta akan menyediakan petugas yang membawa mobile passenger gate (MPG).
Manakala terjadi antrean panjang usai event di stasiun, petugas akan datang membawa MPG. Penumpang bisa memindai kartu atau alat pembayaran mereka di alat itu kemudian masuk area peron melalui gerbang perawatan (maintenance gate).
”Dengan cara itu, antrean bisa terurai dan tentu saja headway atau waktu tunggu akan dipercepat,” katanya.