Modernisasi Terminal Bus Kampung Rambutan, Awal Pembenahan Terminal di Indonesia
Modernisasi Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, menjadi program terobosan dalam memperbaiki layanan bus di Indonesia. Masyarakat diharapkan kembali melirik bus sebagai moda transportasi yang aman dan nyaman.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Modernisasi Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, dan Terminal Leuwi Panjang, Bandung, Jawa Barat, menjadi upaya awal pemerintah memberikan pelayanan transportasi bus yang dinilai belum banyak terobosan. Dobrakan ini diharapkan memberi kepastian bagi masyarakat pengguna bus, khususnya menghindarkan mereka dari calo dan memberi kepastian mengenai waktu dan keterisian.
Ditemui di Jakarta, Kamis (6/7/2023), Kepala Terminal Kampung Rambutan Yulza Romadhoni mengatakan, pihaknya kini menghadirkan layanan tiket secara terpadu atau satu pintu yang terletak di lantai 2 gedung terminal. Dengan adanya sistem satu pintu tersebut, layanan penjualan tiket bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang dahulu ada di lantai satu akan dipindahkan ke atas secara bertahap.
Adanya sistem satu pintu diharapkan membantu para pengguna bus terhindar dari calo yang menawarkan tiket, di dalam ataupun di luar stasiun. Ia berharap agar masyarakat yang akan membeli tiket menggunakan layanan ini karena perusahaan otobus (PO) tidak akan lagi menjual tiket secara manual dengan cap stempel ataupun tanda tangan.
Dengan adanya sistem takut pintu, tiket yang akan dipegang oleh penumpang hanyalah satu jenis tiket berwarna putih, yang di dalamnya tertera kode batang (barcode) untuk menjamin keasliannya. Hal ini berbeda dengan keadaan sebelumnya, di mana tiket bus AKAP memiliki warna dan jenis berbeda-beda, yang biasanya dikeluarkan masing-masing PO.
”Adanya loket di lantai 2 ini semoga bisa meminimalisir pengaduan dan laporan dari penumpang, yang membeli tiket dari oknum, namun saat berangkat tidak mendapatkan kejelasan. Layanan di lantai 1 itu kan terbuka dan semua orang bisa masuk. Hari ini masih soft launching, nanti baru akan diresmikan secara nasional oleh Kementerian Perhubungan dalam beberapa bulan ke depan,” ucapnya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, pada pukul 11.00 WIB, Kamis, masih sedikit masyarakat yang menggunakan fasilitas ini. Yulza mengatakan, penjualan tiket di lantai 1 gedung terminal memang masih diizinkan, karena program penjualan tiket satu pintu ini masih berada dalam tahap transisi. Ke depan, secara bertahap, semua PO wajib menjual tiketnya di lantai 2.
Di lantai 2, pihak terminal menyediakan puluhan komputer yang digunakan para petugas PO untuk mencetak tiket secara otomatis. Masyarakat yang membeli juga dapat mengecek ketersediaan kursi dan jam keberangkatan yang diinginkan.
Pihaknya masih belum dapat menargetkan kapan layanan di lantai 1 akan ditutup secara menyeluruh, dan dipindahkan ke lantai 2. Ia mengingatkan, bila pemindahan secara menyeluruh sudah dilakukan, seluruh PO wajib menggunakan sistem ini, sehingga penjualan secara manual dihentikan.
“Kalau melanggar, kami akan sanksi. Dalam beberapa waktu ke depan kami juga sediakan vending machine, agar warga bisa mencetak tiket secara mandiri,” katanya.
Kenyamanan
Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan, program modernisasi di dua terminal ini menelan biaya sebesar 5 juta dollar AS, dan menjadi percontohan modernisasi terminal bus di wilayah lain. Program ini merupakan hasil kerjasama antara Kementerian Perhubungan Indonesia dan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan (MOLIT).
Ini perubahan yang sifatnya fundamental, setelah puluhan tahun Terminal Kampung Rambutan beroperasi secara konvensional. Tentu ada tantangan seperti harus mengedukasi masyarakat dan PO.
Secara bertahap, terdapat tujuh sistem yang menjadi bagian dari modernisasi terminal ini meliputi sistem penerbitan tiket, penjualan tiket digital, sistem pemesanaan daring dan sistem manajemen terminal. Selain itu, akan ada perubahan dalam sistem pengumuman suara, papan pemberitahuan dan integrasi antarmoda. PT Network Indonesia Aku, selaku anak perusahaan konglomerasi Korea Selatan, Samchully Networks, ditunjuk sebagai penyedia sistem penertiban tiket.
Sistem modernisasi Terminal Kampung Rambutan dan Leuwi Panjang ini disebut mencontoh sistem yang ada di Terminal Bus Ekspres Gangnam, Seoul, Korea Selatan, dan Kompleks Terminal Daejeon, Daejeon.
Petugas PO Setia Negara, Fahrul Mujtahidin (34) menjelaskan, ia menyambut baik adanya sistem satu pintu ini. Sebelumnya, Fahrul menjual tiket secara manual alias memanggil para calon penumpang untuk menggunakan jasa PO-nya. Namun kini, ia tidak lagi harus melakukan hal tersebut karena setiap penumpang akan diarahkan membeli tiket secara resmi di loket di lantai 2.
Adanya sistem baru ini juga diharapkan meminimalisir keluhan terhadap PO-nya, khususnya mengenai penjualan tiket. Selama ini, ia kerap dirugikan oleh oknum yang menjual tiket dengan mengatasnamakan PO tempat dirinya bekerja. Hal ini masih terjadi, karena para calo masih diizinkan masuk dan beroperasi di Terminal Kampung Rambutan.
“Dengan sistem baru ini, semoga masyarakat jadi lebih aman dan nyaman. Kalau sistemnya seperti ini orang kan jadi yakin untuk naik bus. Bertahun-tahun tidak ada perubahan, sekarang jadi lebih enak, untuk saya dan juga penumpang,” ucapnya.
Neneng Sopiah (45), salah satu penumpang yang hendak berangkat menuju Denpasar, Bali, mengapresiasi adanya sistem baru ini, karena memberikan dia kepastian mengenai harga dan keterisian kursi. Ia mengaku pernah tertipu akibat membeli tiket dari calo. Ia mengaku, saat mengajukan keluhan, pihak PO tidak bisa memberikan kepastian mengenai penggantian, karena tiket tersebut tidak dijual secara resmi oleh mereka.
“Memang perlu sistem seperti ini, apalagi untuk mereka yang baru pertama kali menggunakan bus, biasanya bisa tertipu oleh calo,” ujarnya