Transjakarta Siapkan Integrasi dengan LRT Jabodebek
LRT Jabodebek bersiap untuk layanan angkutan terbatas mulai 12 Juli. Transjakarta bersiap pula supaya halte-haltenya terintegrasi secara fisik dan layanan dengan LRT Jabodebek.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — LRT Jabodebek segera beruji coba dengan mengangkut penumpang secara terbatas pada 12 Juli mendatang. Integrasi LRT dengan moda lain diperlukan untuk memudahkan mobilitas penumpang. Transjakarta mengungkapkan integrasi fisik dan layanan dengan LRT Jabodebek sudah disiapkan.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo, Selasa (4/7/2023), menjelaskan, untuk memenuhi layanan angkutan umum yang terintegrasi dengan LRT Jabodebek, Transjakarta akan mendukung.
”Kami sudah melakukan rapat koordinasi. Jadi, untuk layanan angkutan lanjutan dari stasiun-stasiun LRT Jabodebek akan di-support secara utuh oleh layanan Transjakarta,” kata Syafrin.
Bila peta jaringan layanan Transjakarta disandingkan dengan lintasan pelayanan LRT Jabodebek, trase LRT Jabodebek sebagian besar beriringan dengan layanan Koridor 9 dan Koridor 6 Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta. Namun, ada juga trase yang tidak beriringan dengan koridor, tetapi dengan rute layanan non-BRT Transjakarta.
Direktur Teknik dan TI PT Transportasi Jakarta Mohamad Indrayana secara terpisah menjelaskan, untuk mendukung operasional LRT Jabodebek, Transjakarta sudah melakukan persiapan sejak 2-3 bulan yang lalu. Persiapan dilakukan di koridor dan rute yang beriringan dengan lintasan LRT, di antaranya memastikan integrasi fisik sehingga ketika LRT Jabodebek beroperasi terjadi integrasi layanan.
Di Koridor 9 BRT Transjakarta terdapat halte BNN dan Halte Cawang Cikoko. Di Koridor 6 BRT Transjakarta, terdapat Halte Departemen Kesehatan, Halte GOR Sumantri, dan Halte Setiabudi Utara.
Halte-halte BRT Transjakarta itu terletak di bagian bawah stasiun LRT. Penumpang nantinya langsung dapat memanfaatkan JPO stasiun LRT menuju maupun dari halte. Secara fisik, halte-halte itu sudah terintegrasi dengan LRT Jabodebek.
”Seluruh halte tersebut saat ini sudah beroperasi. Hanya tinggal satu halte, yaitu BNN yang akses pelanggannya masih dikebut penyelesaiannya,” kata Indrayana.
Halte BNN, lanjut Indrayana, dioperasikan manajemen Transjakarta sebagai halte transit. LRT Jabodebek saat ini sedang menyelesaikan akses dari Halte BNN ke Stasiun LRT Jabodebek sehingga secara fisik segera terintegrasi.
Lalu untuk layanan non-BRT Transjakarta juga akan beriringan dengan trase LRT Jabodebek di lintas pelayanan Cawang-Cibubur. Ia menyebutkan, untuk halte Transjakarta di ujung lintasan pelayanan Cawang-Cibubur secara fisik masih terpisah, tetapi akan dilakukan integrasi rute.
Syafrin menambahkan, untuk di lintas pelayanan Cawang-Harjamukti/Cibubur, tepatnya di Stasiun Kampung Rambutan, sudah dilakukan identifikasi untuk integrasi. ”Di sana kami sudah identifikasi, rute mana yang nantinya akan melayani sehingga mobilitas masyarakat yang turun dan akan melanjutkan perjalanan apakah ke kediaman ataupun ke pusat-pusat kegiatan dari kawasan itu bisa dilanjutkan dengan layanan Transjakarta,” ujarnya.
Lalu di stasiun Ciracas, akan ada layanan oleh mikrotrans yang sekarang sudah melintasi di kawasan itu. Hal demikian juga diupayakan di beberapa stasiun lainnya di wilayah DKI Jakarta.
Adapun untuk lintas pelayanan LRT Jabodebek yang melewati area Bekasi dań Depok, menurut Manager Public Relations PT KAI Divisi LRT Jabodebek Kuswardojo, untuk integrasi layanan dengan moda lanjutan, LRT Jabodebek sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah Bekasi dan Depok.
Pemda Bekasi dan Depok, lanjut Kuswardojo, mendukung integrasi layanan dan sudah menyiapkan armadanya. ”Ada re-routing dan pembukaan jalur baru. Rencana nanti di 18 Agustus baru akan dioperasikan bersamaan dengan masa operasi penuh LRT,” kata Kuswardojo.
Wakil Ketua bidang Penguatan dan Pengembangan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno menegaskan, keberhasilan atau kesuksesan pengoperasian LRT Jabodebek ditentukan tersedianya angkutan penghubung (feeder) dari sejumlah kawasan perumahan dan permukiman yang terhubung dengan stasiun. Aksesibilitas dari kawasan permukiman dan komersial wajib ada untuk memberikan kemudahan bagi pengguna LRT Jabodebek.
Selain itu juga harus ada jaminan keselamatan bagi pengguna. Tujuannya supaya penumpang tidak hanya merasakan kelancaran dan kenyaman perjalanan LRT Jabodebek, tetapi jika terjadi musibah kecelakaan juga harus diperhitungkan dengan cermat.
”Jaminan keselamatan bagi pengguna LRT Jabodetabek perlu diberikan mengingat pernah terjadi kecelakaan saat tahapan uji coba beberapa waktu lalu,” kata Djoko.
Dengan konstruksi stasiun dan jalur kereta berupa jaringan melayang (elevated), jelas Djoko, jaminan keselamatan pengguna LRT Jabodebek harus diperhatikan dan pengguna mendapatkan informasi yang lengkap bagaimana cara antisipasinya. Informasi itu dapat disediakan dalam bentuk tayangan video ataupun tulisan, baik di ruang stasiun maupun di dalam kereta.