Program vaksinasi dan sterilisasi hewan penular rabies di Jakarta perlu ditingkatkan karena Ibu Kota dikelilingi daerah endemi rabies. Di Jakarta, kasus gigitan hewan penular rabies juga masih tinggi.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski kasus rabies sudah tidak lagi diketemukan di Jakarta dan Tangerang, upaya antisipasi terus dilakukan. Vaksinasi dan sterilisasi secara gratis dilakukan agar hewan semakin terproteksi dari penyakit rabies. Dukungan berbagai pihak, seperti kelompok pencinta hewan dan masyarakat pemelihara hewan, dibutuhkan mengingat program ini memakan biaya yang besar.
Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Jakarta Selatan Hasudungan Sidabalok menerangkan, meski Jakarta sudah dinyatakan bebas rabies pada 2004, upaya antisipasi kembali munculnya kasus tersebut tetap dilakukan. Pihaknya sendiri menargetkan sekitar 9.724 hewan penular rabies (HPR) di Jakarta Selatan dapat divaksinasi pada 2023.
Hingga Selasa (20/6/2023), sebanyak 3.456 HPR sudah divaksinasi, yang terdiri dari 3.044 kucing, 369 anjing, 27 kera, dan 16 musang. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri menargetkan sebanyak 45.375 HPR bisa divaksinasi pada tahun ini.
”Capaian hingga kini sudah 35,54 persen. Kita akan adakan program vaksinasi ini gratis terus hingga akhir 2023. Warga yang memelihara HPR bisa memanfaatkan program ini,” ucapnya di Jakarta, Selasa (20/6/2023).
Selain vaksinasi, upaya pengendailan populasi HPR juga perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran rabies di masyarakat. Untuk itu, pemerintah juga menggelar program sterilisasi gratis. Sebanyak 1.500 kucing di Jakarta Selatan ditargetkan untuk bisa disterilisasi pada 2023 ini.
Meskipun begitu, tantangan terkait terbatasnya anggaran membuat target yang hendak dicapai lewat program ini tidak sebesar program vaksinasi. Hasudungan menjelaskan, dari anggaran yang disediakan untuk program ini sejatinya hanya untuk 300 kucing saja.
Ditambahkan, biaya sterilisasi kucing memang tidak murah. Bagi kucing betina, biaya sterilisasi di klinik swasta bisa mencapai Rp 500.000-Rp 1.000.000, sedangkan kucing jantan bisa menelan biaya Rp 300.000-Rp 500.000. Untuk itu, dukungan dari pusat penampungan hewan (shelter) ataupun klinik hewan swasta diperlukan untuk mempercepat pelaksanaan program ini.
Sosialisasi mengenai larangan mengonsumsi HBR, khususnya anjing, juga terus dilakukan. Hingga kini, masih ditemukan rumah makan yang menjual daging anjing di Jakarta. Menurut dia, masih belum adanya aturan larangan, baik dari tingkat pusat maupun daerah, membuat praktik tersebut masih terjadi.
”Memang masih ada keterbatasan anggaran. Untuk itu, kita kerja sama dengan semua pihak dibutuhkan. Apalagi, dari pengamatan kami, tren pemelihara kucing di Jakarta Selatan terus meningkat,” ujarnya.
Vaksinasi penting mengingat adanya tren kenaikan kasus gigitan hewan penular rabies di Jakarta. Hingga 19 Mei 2023, jumlah gigitan HPR di Jakarta tercatat sebesar 1.528 kasus, atau sudah mendekati 70 persen total kasus sepanjang tahun 2022 sebesar 2.669.
Sebelumnya, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan, Provinsi DKI Jakarta tetap merupakan daerah berisiko tinggi penularan rabies karena berbatasan dengan daerah endemis dan lalu lintas hewan penular rabies yang tinggi ke wilayah DKI Jakarta (Kompas.id, 1/6/2023).
Ditemui terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kota Tangerang Selatan Pipit Surya Yuniar menjelaskan, pemerintah sedang menargetkan wilayahnya untuk bebas rabies. Dari hasil pendataan terakhir tahun 2021, sudah tidak ditemukan lagi kasus rabies di Tangerang Selatan.
Ia menyebut, kasus rabies di wilayah Tangerang Raya terakhir kali ditemukan pada 2005. Pada 2020, sempat dilaporkan dugaan kasus rabies, tetapi dari hasil pemeriksaan, tersebut bukanlah kasus rabies. Program vaksinasi dan sterilisasi gratis pun rutin dilakukan oleh pihak Puskeswan Tangerang Selatan untuk mencegah rabies ada di wilayahnya.
”Tahun 2022, kita mengirimkan hasil pendataan mengenai rabies ke Kementerian Pertanian. Sekarang sedang menunggu hasil verifikasinya. Apabila sudah ditandatangani menteri, Tangerang Selatan dinyatakan bebas rabies. Kita juga terbantu karena daerah perbatasan, seperti Jakarta, sudah bebas rabies, tetapi beberapa masih belum,” tuturnya.
Khusus sterilisasi, ia mengajak masyarakat mengikuti program ini. Hal ini agar program pencegahan rabies bisa berjalan efektif mengingat program vaksinasi tidak bisa berjalan efektif apabila populasi HPR tidak terkendali. ”Program kebiri (sterilisasi) ini penting untuk mengendalikan populasi. Kalau jumlahnya terus bertambah, jumlah vaksin juga ikut bertambah. Apabila datanya berkejaran seperti ini, program jadi kurang efektif,” ucap pria yang juga berprofesi sebagai dokter hewan ini.
Kepala Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ngabila Salama menerangkan, di Jakarta, pihaknya sudah menyediakan stok vaksin antirabies yang cukup untuk mencegah penyakit tersebut terjadi. Saat ini, di Dinkes DKI Jakarta terdapat 748 vial vaksin antirabies, lalu di RSUD Tarakan sebanyak 100 vial, dan RSPI Sulianti Saroso sebanyak 748 vial.
Dengan rata-rata gigitan HPR 300-400 kasus per bulan, stok vaksin dinilai masih cukup. Vaksinasi bagi HPR juga penting, mengingat adanya tren kenaikan kasus gigitan HPR di Jakarta. Hingga 19 Mei 2023, jumlah gigitan HPR di Jakarta tercatat sebesar 1.528 kasus, atau sudah mendekati 70 persen total kasus sepanjang tahun 2022 sebesar 2.669.
”Masyarakat kami minta tetap waspada, tetapi jangan panik. Cegah sakit dengan mencegah gigitan, terutama pada anak-anak dan kelompok rentan. Perlu sama-sama diupayakan untuk hewan peliharaan dilakukan vaksinasi rabies berkala,” ujarnya.