Setelah Satu Juta Pelanggan, Transjakarta Ditargetkan Capai Empat Juta Pelanggan di 2025
Setelah berhasil mengembalikan angka ”ridership” ke satu juta pelanggan per hari, Transjakarta mendapat target baru. Pada 2025, Transjakarta diminta memenuhi target empat juta penumpang per hari.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah pandemi Covid-19 kian terkendali, Transjakarta melaporkan mencapai kembali satu juta penumpang. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan Transjakarta bisa mencapai dua kali lipat di tahun depan dan mencapai empat juta penumpang di 2025.
Kepala Badan Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah (BP BUMD) DKI Jakarta Nasruddin Djoko Surjono, Minggu (18/6/2023), menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta mendorong peningkatan jumlah penumpang Transjakarta hingga empat juta penumpang pada 2025. ”Tentu saja ada sejumlah dukungan Pemprov DKI Jakarta untuk mencapai target empat juta penumpang itu,” ujarnya.
Dukungan pertama, kata Nasruddin, BP BUMD bersama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta membahas perencanaan tahunan PT Transjakarta. ”Termasuk di dalamnya target penumpang dan kesiapan Transjakarta dan operator bus. Perencanaan ini harus sejalan dengan masterplan transportasi DKI Jakarta dalam hal ini Dishub,” ucapnya.
Kedua, dukungan terkait koordinasi dengan pihak eksekutif dan legislatif untuk monitoring, pengawasan, dan evaluasi berkelanjutan yang diperlukan untuk meningkatkan layanan transportasi kepada masyarakat. Ketiga, jelas Nasruddin, BP BUMD menyiapkan tahapan pelaksanaan dan skema pendanaan jika diperlukan dalam rangka pengembangan transportasi publik perkotaan.
Asisten Perekonomian dan Keuangan Setdaprov DKI Jakarta Sri Haryati mengapresiasi capaian kembali 1 juta pelanggan Transjakarta. Ia menargetkan pada tahun depan jumlah penumpang yang dilayani Transjakarta bisa meningkat dua kali lipat dan mencapai empat juta pelanggan pada 2025.
Menanggapi target empat juta penumpang, Direktur Utama PT Transjakarta Welfizon Yuza mengungkapkan, Transjakarta berupaya mencapai target itu. Strategi yang ditempuh di antaranya dengan meningkatkan ridership dan menambah jaringan-jaringan baru.
Untuk strategi itu, menurut Welfizon, pola perkembangan kota Jakarta dan daerah-daerah penyangga yang saat ini banyak bangkitan-bangkitan baru, di mana daerah-daerah yang selama ini mungkin masih belum terlalu padat sekarang menjadi pusat, bisa menjadi potensi ridership dan jaringan baru.
Ia mencontohkan kawasan TB Simatupang. ”Dulu, pusat perkantoran itu adanya di Sudirman dan Thamrin dan Kuningan. Kalau sekarang kita lihat, di sepanjang TB Simatupang itu sekarang sebagian besar adalah kantor-kantor multinasional. Ini menjadi wilayah atau area yang kita juga harus fokus untuk melihatnya,” ucapnya.
Adanya bangkitan baru akan diikuti permintaan layanan angkutan umum. ”Kita harus melihat demand-nya atau permintaanya. Demand-nya ada di mana ya kita akan siapkan di situ,” katanya.
Jumlah armada yang akan dioperasikan, jelas Welfizon, juga akan mengikuti pada saat ada penambahan jaringan. ”Tentunya akan ada perhitungan armadanya,” ujarnya.
Potensi ridership dan penambahan jaringan, kata Welfizon, juga bisa dicermati dari data mobilitas orang di Jakarta atau di Jabodetabek. Dari data Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration (JUTPI), ada 88 juta pergerakan se-Jabodetabek per hari, baik yang menggunakan sepeda motor, mobil, berjalan kaki, maupun angkutan umum.
Jumlah pergerakan orang hingga perkembangan wilayah yang menumbuhkan bangkitan-bangkitan baru menjadi potensi yang terus dipelajari Transjakarta. ”Kami menghitung, dari potensi yang sedemikian besar, kira-kira berapa yang bisa ditangkap oleh Transjakarta,” kata Welfizon.
Namun, Welfizon juga menyatakan, upaya menangkap potensi penumpang harus dibarengi dengan penerapan strategi yang komprehensif, yaitu strategi push and pull atau strategi untuk menarik dan mendorong orang untuk mau menggunakan angkutan umum ketimbang menggunakan kendaraan pribadi.
Transjakarta sebagai operator, kata Welfizon, akan lebih banyak menerapkan strategi pull atau menarik penumpang. Di antaranya dengan perbaikan layanan, penambahan jaringan. ”Itu untuk membuat orang tartarik untuk menggunakan Transjakarta,” ujarnya.
Pemerintah, utamanya Dishub DKI Jakarta, menerapkan strategi push atau mendorong orang untuk memilih menggunakan angkutan umum. ”Bauran kebijakan antara push dan pull itu menjadi keniscayaan untuk mendukung target memindahkan orang dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum,” tutur Welfizon.