Warga Diimbau Beli Hewan Kurban Sehat Bersertifikat Resmi
Ada tiga penyakit hewan yang diwaspadai, yakni antraks, penyakit kulit infeksius, serta penyakit mulut dan kuku (PMK). Calon pembeli harus teliti memeriksa hewan kurban yang bersertifikat bebas penyakit.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para penjual hewan kurban dari sejumlah daerah mulai menggelar lapak di wilayah DKI Jakarta dua pekan menjelang Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah yang jatuh pada Kamis, 29 Juni 2023. Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI pun gencar melakukan pemeriksaan untuk memastikan hewan kurban yang dijual sehat dan layak dikurbankan. Calon pembeli diimbau untuk teliti memeriksa hewan kurban dengan mengecek sertifikat bebas penyakit.
Kepala Dinas KPKP Suharini Eliawati mengatakan, sejauh ini sudah ada lebih dari 80 pemasok hewan kurban dari sejumlah daerah, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, hingga kawasan Nusa Tenggara yang meminta surat rekomendasi atau izin untuk mendistribusikan sapi dan kambing ke para pedagang di Ibu Kota. Surat izin ini penting untuk mengantisipasi penyebaran penyakit hewan kurban.
”Sebelum memberikan rekomendasi, kami sudah gencar melakukan pemeriksaan fisik hewan, baik di tempat penampungan maupun di tempat penjualan di wilayah DKI Jakarta. Dan sampai sekarang belum dan semoga tidak ada hewan yang ditemukan sakit,” kata Suharini saat dihubungi, Minggu (11/6/2023).
Menurut Suharini, ada tiga penyakit hewan yang diwaspadai masuk ke DKI Jakarta. Ketiga penyakit itu adalah antraks, penyakit kulit infeksius (lumpy skin disease), serta penyakit mulut dan kuku (PMK). Setiap hewan kurban, terutama sapi yang masuk ke DKI, akan diambil sampel darah dan tes usap oleh petugas Dinas KPKP.
Sudah sejak akhir Mei lalu kami melakukan pengawasan dan pemeriksaan, sampai sekarang masih berjalan terus hingga H+3 Hari Idul Adha.
Sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk diperiksa dan hasilnya akan diberikan kepada penjual sebagai sertifikat layak jual. Selain memeriksa kondisi fisik hewan, para calon pembeli juga diimbau untuk memperhatikan kelengkapan surat-surat tersebut sebelum membeli hewan kurban.
”Sudah sejak akhir Mei lalu kami melakukan pengawasan dan pemeriksaan, sampai sekarang masih berjalan terus hingga H+3 Hari Idul Adha,” ucapnya.
Selain itu, Dinas KPKP juga melakukan penilaian kelayakan lapak penampungan atau penjualan hewan kurban, mulai dari atap, pagar pengaman, kandang karantina dan isolasi, hingga pengelolaan limbah. Ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 17 Tahun 2023 tentang Tata Cara Pengawasan Lalu Lintas Hewan, Produk Hewan, dan Media Pembawa Penyakit Hewan Lainnya.
Salah satu penjual sapi kurban di Jalan Pangeran Antasari, Cilandak, Jakarta Selatan, Anton (40), mengatakan, sebanyak 80 ekor sapi miliknya telah menjalani pemeriksaan oleh Dinas KPKP pada 30 Mei lalu. Hasil pemeriksaan menunjukkan semua sapi yang dibawanya dari Bima, Nusa Tenggara Barat, itu sehat dan layak jual untuk kurban.
”Semua sudah diperiksa akhir Mei lalu dan sudah lolos pemeriksaan. Sampai sekarang sudah dipesan 20 ekor, masih ada 60 ekor lagi, biasanya 10 hari atau seminggu menjelang hari raya baru ramai pembeli,” kata Anton.
Puluhan ekor sapi milik Anton ini menempuh perjalanan darat selama empat hari dari Bima dan tiba di Jakarta pada 29 Mei. Sesampainya di Jakarta, semua sapi langsung diturunkan, diberi makan dan vitamin, hingga dipijat agar tidak stres karena perjalanan. Saat ini, sapi-sapi itu terlihat bugar, semuanya bersih, bergerak aktif, dan tidak mengalami penurunan nafsu makan.
Anton menjual sapinya dengan kisaran harga Rp 15 juta sampai Rp 30 juta per ekor, tergantung bobot sapi, 200-450 kilogram. Harga ini tidak mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Menurut dia, sapi asal Bima dikenal tidak berlemak karena liar dan lebih banyak memakan rumput, dedaunan, dan jerami.
”Kemarin diangkut pakai tiga truk tronton sampai sini sehat semua. Jadi, ini sapi padang rumput, bukan ternak. Jadi, tanpa lemak. Kami jualnya sampai Jabodetabek,” ucapnya.
Begitu pula dengan penjualan kambing. Ali (36) yang berjualan kambing jenis boer dari Subang, Jawa Barat, mengatakan, belum ada peningkatan yang signifikan. Pembeli biasanya mulai berdatangan seminggu menjelang hari raya. Ali dan Anton juga berjualan secara daring sehingga pembeli bisa memesan tanpa harus datang ke lapak mereka.
”Orang yang sudah langganan pasti pesan setiap tahun, jadi kami tinggal kirim ke alamatnya. Cuma ada beberapa orang yang 'fanatik' ingin memilih langsung ke kandang,” tutur Ali.
Ali menjual kambing dengan rentang harga Rp 2,5 juta untuk kambing yang paling kecil dengan bobot 18-22 kg sampai yang termahal Rp 4,5 juta dengan bobot 39-43 kg. Dia memastikan semua kambing yang dijualnya telah mengantongi sertifikat dari Dinas KPKP Jawa Barat. Hal itu bisa dicek ditanda yang terpasang di setiap kuping kambing.