Ikhtiar Warga Ibu Kota Menopang Biaya Kematian
Di Ibu Kota yang apa-apa serba mahal, biaya pengurusan kematian bisa menjadi beban bagi keluarga yang ditinggalkan. Lantas, bagaimana masyarakat menyiasatinya?
Kematian yang bisa datang kapan saja pada setiap orang layaknya diurus dengan cara layak. Proses mengurus kematian membutuhkan biaya yang tentu tidak sedikit, apalagi di Jakarta yang dikenal memiliki gaya hidup tinggi. Realitas ini membuat sebagian masyarakat ibu kota mempersiapkan fasilitas hingga dana, lewat iuran sosial di lingkungan tempat tinggal, komunitasnya, atau melalui lembaga pengurus kematian.
Warga Rukun Warga 003, Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, misalnya, menyiapkan layanan transportasi untuk digunakan warga yang membutuhkan layanan kedukaan. Setahun lalu, mereka membeli mobil Suzuki APV Ambulance berwarna abu-abu untuk dipakai secara gratis oleh 623 keluarga atau sekitar 3.000 jiwa di wilayah RW tersebut.
”Mobil ini lunas baru tiga bulan lalu. Kami pengurus RT dan RW swadaya mengumpulkan uang, tidak melibatkan warga. Benar-benar dari uang kas RW dan RT. Saya kan dapat uang dari pemerintah Rp 2,5 juta, Pak RT dapat Rp 2 juta, dari situ kami urunan beli mobil jenazah,” kata Ketua RW 003 Didi Mawardi (43), Rabu (7/6/2023).
Baca juga : Krisis Makam Jakarta
Tidak hanya menyiapkan mobil, pengurus pun bersedia menggunakan uang kas untuk biaya bensin, tol, sampai sopir jika dibutuhkan. Layanan ini pun sudah mengantarkan jenazah warga RW 003 sampai ke Lampung dan Banyuwangi, Jawa Timur.
Fasilitas pengantaran jenazah hingga ke luar kota sangat berguna kala membantu warga yang sulit mendapatkan lahan makam di Jakarta. Tempat pemakaman umum (TPU) di dekat wilayah mereka seperti TPU Tegal Alur, Kalideres, dan Al Kamal di Kedoya saja sudah penuh. Sebagian warga pun memilih memakamkan keluarga yang berpulang di luar Jakarta.
Inisiatif pengurus RW 03 pun secara keseluruhan sangat dirasakan baik oleh warga. Salah satunya Hendy (35) yang tidak mengeluarkan biaya sedikit pun sampai 100 hari setelah meninggalnya sang ibu. Semua biaya pemulasaran, pengantaran jenazah, hingga doa bersama dibiayai oleh pengurus lingkungan.
Baca juga: Terjangkit FOMO, Bertaruh Segalanya demi Mengais Perhatian
”Tiga harian, tujuh harian, 40 harian kemarin cukup air mineral saja dari pengurus lingkungan. Tidak ada iuran khusus untuk kedukaan, swadaya saja. Kalau ada yang meninggal, langsung bergerak semua,” kata Hendy.
Layanan mobil jenazah yang disiapkan pengurus RW pun membantu keluarganya mengantar jasad ibunda ke tempat peristirahatan terakhir yang layak di wilayah Tangerang, Banten. Di sana, keluarganya tidak kesulitan mendapat lahan makam seperti jika harus dimakamkan di sekitar tempat domisili mereka.
”Ibu saya KTP DKI. Cuma belum ada keluarga atau ahli waris yang dimakamkan di TPU Tegal Alur. Kalau ada bisa tumpuk, susah kalau mau buka makam baru. Jadi, kalau meninggal, mending dibawa ke kampung saja deh,” ujarnya.
Untuk membantu meringankan biaya mengurus kematian, warga Rukun Warga 010 Kramat Jati, Jakarta Timur, membuat iuran sosial bersifat sukarela. Rafinah (49), anggota sekaligus satu dari tujuh ketua kelompok penghimpun iuran, mengatakan, iuran ini sudah berjalan belasan tahun di tempat tinggalnya.
”Mau ikut karena belajar dari pengalaman orang lain dan untuk jaga-jaga juga, ya. Sekarang biaya makam saja kalau di tanah wakaf bisa jutaan rupiah. Belum tetek bengek lainnya yang kadang lebih mahal dari biaya makam. Yang pasti juga harga barang dan jasa bakal naik terus, kan,” tuturnya saat ditemui di rumahnya, Sabtu (3/6/2023).
Kesadaran itu memang tidak dipikirkan banyak warga lainnya. Rafinah saat ini hanya menghimpun iuran dari 25 warga di dua RT. Jumlah itu tidak sebanding dengan ratusan keluarga di dua RT yang ia kelola.
Rafinah sendiri pertama kali bergabung di 2015. Ia mendaftarkan keluarganya dengan biaya pendaftaran sekitar Rp 100.000 dan iuran Rp 10.000 per keluarga per bulan. Iuran yang dibayar itu nantinya bisa diberikan kembali sebesar saat ada anggota keluarganya yang dirawat karena sakit atau meninggal. Uang Rp 300.000 akan diberikan kepada keluarga yang anggotanya sakit dan Rp 1,5 juta jika ada yang meninggal.
Ternyata ini berguna saat pandemi Covid-19 kemarin. Banyak anggota kami yang meninggal secara mendadak dan butuh biaya yang juga tidak sedikit (Rafinah)
Namun, sejak sebelum 2020, kebijakan itu berubah dengan menghilangkan biaya pengganti perawatan keluarga yang sakit. Pembayaran pendaftaran pun naik menjadi Rp 200.000 per keluarga. Iuran itu kini sepenuhnya digunakan untuk kebutuhan kedukaan sehingga anggota bisa mendapatkan manfaat sebesar Rp 2 juta.
”Ternyata ini berguna saat pandemi Covid-19 kemarin. Banyak anggota kami yang meninggal secara mendadak dan butuh biaya yang juga tidak sedikit,” katanya.
Sistem pencairan iuran untuk kedukaan ini pun cepat. Pada saat ketua kelompok mengetahui ada anggota yang meninggal dunia, mereka segera mengabari ke bendahara agar menyiapkan uang untuk diberikan kepada ahli waris. Uang itu diberikan secara tunai dan bisa digunakan tanpa perlu mempertanggungjawabkan penggunaan uang.
Sejumlah warga RW di tempat Rafinah tinggal juga ada yang memilih menabung dana kedukaan di lembaga pengurusan kematian, seperti Yayasan Bunga Kemboja. Salah satu warga, Siskawati (52), mengatakan, ia menjadi anggota yayasan tersebut sejak 2019 karena melihat sendiri pengalaman saudara jauhnya yang tinggal di Jakarta Barat.
”Waktu itu ada saudara saya yang meninggal. Kami keluarga besar mau bantu di luar pemakaman. Ternyata sudah ada yang mengurusi, dari yang mandiin, ustaz yang menshalatkan, sampai kain kafannya,” katanya.
Dari pengalaman itu, ia mencari tahu bahwa kemudahan dalam pengurusan kematian itu didapat setelah bergabung dengan Yayasan Bunga Kemboja. Kompas pun mengonfirmasi hal ini langsung ke pihak yayasan yang berkantor di Jalan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (9/6/2023).
Pembina Yayasan Bunga Kemboja (YBK), Theodorany Walandouw, menjelaskan, yayasan yang didirikan sejak 1960 ini berkecimpung dalam pengurusan kematian. Mereka menghimpun dana anggota dan memberikan berbagai pelayanan, khususnya di wilayah DKI Jakarta.
Yayasan ini menyediakan layanan kepada anggota yang meninggal dalam bentuk perawatan (memandikan/merias) jenazah lengkap dengan tenaga amil yang merupakan karyawan tetap yayasan, lalu ada juga pembuatan peti jenazah bagi yang beragama Nasrani.
Mereka juga menyediakan bahan-bahan pemakaman hingga layanan antar jenazah dengan kendaraan milik yayasan. Nilai manfaat dari layanan itu mencapai Rp 6,3 juta. Ada juga tambahan uang duka wafat senilai Rp 100.000 untuk setiap anggota.
Manfaat ini bisa didapat anggota yang memiliki KTP atau ingin untuk dimakamkan di Jakarta suatu hari nanti. Setiap anggota wajib membayar uang pangkal Rp 110.000 di muka dan iuran Rp 15.000 per jiwa per bulan. Layanan pengurusan kematian itu baru aktif setelah anggota aktif selama enam bulan.
Selain melayani sekitar 92.000 anggota dengan sekitar 69.000 anggota aktif di wilayah Jabodetabek, YBK juga bisa diminta mengurus jenazah bukan anggota dengan tarif sekitar Rp 5,7 juta. Yayasan ini rata-rata melayani 200 jiwa, baik anggota maupun bukan anggota, setiap bulannya.
”Faedah yang diperoleh dari layanan kami adalah meringankan beban Anda dan tidak membebankan keluarga, tetangga, atau orang lain di saat kedukaan,” kata Theodorany, membacakan pesan dari pendiri yayasan.
Bantu sesamaSistem iuran yang diterapkan Yayasan Bunga Kemboja secara tidak langsung juga berguna untuk membantu sesama anggota yang membutuhkan lebih dulu.
”Yayasan Bunga Kemboja kan tidak ada subsidi, semua fasilitas yang diberikan murni dari dana anggota yang diputar. Kalau ada yang tanya, uang saya ke mana aja? Uang peserta lama yang belum dipakai tentunya untuk membantu peserta yang membutuhkan lebih awal,” kata salah satu pengawas yayasan, Jearrau Talon.
Adapun keuntungan yang mereka dapatkan dari layanan di luar iuran anggota digunakan untuk membantu anggota lain yang dilayani khusus, sebagai bentuk kepedulian sosial yayasan. Anggota lain itu adalah lansia dari lima panti jompo di wilayah Jakarta. Anggota spesial ini bisa bergabung tanpa membayar uang muka dan hanya perlu iuran Rp 7.000 per bulan.
”Kami kasih keringanan buat mereka. Itu pun diambil dari balik modal usaha kami setelah belasan tahun di luar iuran. Dana itu kita pakai membantu yang lain,” ujarnya.
Gerakan kolektif masyarakat untuk saling membantu sesama yang mengalami kedukaan juga dilakukan oleh kelompok keagamaan, seperti Paguyuban Lingkaran Sahabat bersama Uskup Agung Jakarta, Monsinyur Ignatius Suharyo yang menginisiasi gerakan Berkhat Santo Yusuf (BKSY) sejak 2013.
Gerakan ini mengajak umat Katolik di lingkungan Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) untuk menyisihkan uang bagi mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Setiap peserta akan dimintai iuran hanya Rp 80.000 per tahun atau Rp 6.700 per bulan. Dengan begitu, peserta bisa mendapatkan bantuan senilai Rp 10 juta bagi ahli waris ketika meninggal dan Rp 100.000 per hari jika sakit dan dirawat inap.
Total umat KAJ yang menjadi peserta setiap tahunnya mencapai sekitar 25.000 orang, angka ini masih rendah dibandingkan dengan total jumlah umat Katolik di lingkungan KAJ yang mencapai sekitar 500.000 orang.
Baca juga: Uang Receh, Bernilai Penting dan Penyelamat di Kala Sulit
Ketua BKSY Kaduhu Sasrayuda menegaskan, ini bukan program asuransi, melainkan berdasarkan semangat membantu sesama.
”Tujuannya belarasa bukan asuransi. Kalau asuransi, kita pasti akan berharap mendapatkan sesuatu. Karena untuk mendapatkan Rp 10 juta itu harus mengumpulkan 125 orang. Inilah bentuk bela rasa sesungguhnya, satu orang meninggal ditopang 125 orang," kata Kaduhu saat ditemui di Sekretariat BKSY, Pejompongan, Jakarta Pusat, Jumat (9/6/2023).
Tahun ini tercatat sudah ada 146 peserta meninggal dan 1.012 hari orang sakit yang terbantu dengan program ini. Bantuan ini paling dirasakan selama tiga tahun pandemi Covid-19. Pada rentang 2020 sampai 2021 ada 70.439 orang menjadi peserta yang membantu 877 orang meninggal dan 9.154 hari orang sakit yang terbantu.
Kaduhu berharap, seluruh umat di 66 paroki di lingkungan KAJ bisa mengikuti program ini karena manfaatnya sangat membantu bagi mereka yang membutuhkan.