Pembahasan Jam Kerja untuk Atasi Kemacetan Berlanjut Pekan Depan
Kemacetan lalu lintas di Jakarta menempati peringkat ke-29 dunia berdasarkan laporan Tomtom Traffic Index 2022. Waktu tempuh untuk perjalanan 10 kilometer di pusat kota mencapai 22 menit 40 detik.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembagian jam masuk kerja pukul 08.00 dan pukul 10.00 menjadi salah satu upaya mengurangi kemacetan Jakarta yang kian bertambah. Pembahasan lanjutan secara rinci akan berlangsung dalam diskusi kelompok terpumpun atau FGD pada 17 Mei pekan depan.
Kemacetan lalu lintas di Jakarta menempati peringkat ke-29 dunia berdasarkan laporan Tomtom Traffic Index 2022. Pemeringkatannya merujuk variabel jarak dan durasi tempuh, biaya perjalanan atau bensin, dan emisi karbon dioksida yang dihasilkan di 389 kota dari 56 negara di dunia.
Dalam laporan tersebut, waktu tempuh untuk perjalanan 10 kilometer di pusat kota mencapai 22 menit 40 detik. Waktu ini lebih lambat 2 menit 50 detik ketimbang tahun 2021.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, terjadi peningkatan kepadatan lalu lintas yang signifikan hingga mencapai 53 persen. Padahal, sebelumnya kepadatan lalu lintas ada di angka 34 persen. Artinya, diperlukan perhatian serius seperti pembagian jam masuk kerja.
”Kami diskusikan secara utuh masukan dari semua pihak, saran solutifnya seperti apa. Nanti akan dibahas tanggal 17 Mei. Kami akan bahas lebih detail, tentunya agar ada pemecahan masalah kemacetan,” ucap Syafrin, Rabu (10/5/2023).
Pemprov DKI Jakarta akan mendiskusikan pembagian jam kerja bersama Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, asosiasi pengusaha, pengelola gedung, pusat perbelanjaan, lembaga swadaya masyarakat, operator angkutan umum, dan pihak lain yang terkait.
FGD yang direncanakan berlangsung pekan depan merupakan kelanjutan dari diskusi penerapan kebijakan pengaturan jam kerja di Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (1/11/2022).
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono berharap pembagian jam masuk kerja dapat mengurangi kepadatan lalu lintas setidaknya hingga 30 persen. Ketentuannya membutuhkan pembahasan secara matang karena berdampak luas.
Peneliti mobilitas penduduk Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional, Inayah Hidayati, menyebutkan, kemacetan tak lepas dari pergerakan warga dari kota satelit atau aglomerasi ke Jakarta. Mobilitas ulang-alik itu makin tinggi dan pada saat yang sama sarana atau prasarana transportasi sudah mencapai beban maksimal.
Mobilitas ulang-alik tersebut merujuk Survei Komuter Jabodetabek. Survei pada tahun 2019 menunjukkan, ada 1,25 juta komuter dari wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang berkegiatan utama di Jakarta. Sebagian besar komuter bekerja (83 persen), sisanya sekolah dan kursus (17 persen).
Pergerakan komuter menambah jumlah penduduk Jakarta pada siang hari. Penambahan tersebut tak sebanding dengan jumlah warga Jakarta yang berkegiatan utama di luar Jakarta yang tercatat 250.575 orang. Alhasil, sebagian besar pekerja yang tidak bermukim di Jakarta menambah kepadatan, seperti yang jamak terjadi di halte dan stasiun serta di area bisnis dan perkantoran.