Merayakan Lengang Jakarta dengan Transportasi Umum
Pemandangan jalanan Jakarta yang bebas macet adalah sesuatu yang mahal, maka dari itu momennya harus dirayakan. Merayakannya pun tidak perlu ingar-bingar, cukup berkeliling kota naik transportasi umum.
Oleh
Stephanus Aranditio, REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
Jalanan Jakarta yang lengang pada hari Lebaran 2023 dimanfaatkan masyarakat berwisata keliling Ibu Kota. Mereka menikmati kota dengan menggunakan transportasi umum yang sudah terintegrasi, mulai dari kereta MRT, bus Transjakarta, hingga bus wisata gratis.
Caesar Dwi (29) bersama 10 anggota keluarga besarnya kompak mengenakan kaus berwarna kuning untuk perempuan dan hijau untuk laki-laki. Mereka sengaja datang dari Karawaci, Tangerang, dengan menggunakan dua mobil ke Blok M, Jakarta Selatan.
Setiba di Blok M, mereka parkir kemudian jalan kaki berpindah ke stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Blok M. Caesar kemudian membagikan satu per satu kartu pembayaran elektronik ke semua anggota keluarganya agar bisa masuk ke dalam stasiun.
Tak lama berselang, kereta Ratangga tiba, mereka masuk dan berjalan menuju stasiun Bundaran HI. Hal yang dilakukan oleh Caesar dan keluarganya ini dinamakan konsep parkir dan berkendara atau park and ride. Ini merupakan satu satu konsep pengurai kemacetan di perkotaan.
”Saya kerja di Bali, ini libur pulang ke rumah. Hari ini kebetulan tiga keluarga lagi kumpul di rumah, saya ajak saja semua ke Jakarta naik MRT. Kebetulan orangtua saya juga belum pernah naik MRT. Mumpung Jakarta sepi,” kata Caesar di Halte Bundaran HI, Jakarta.
Setelah 15 menit di kereta MRT dari stasiun bawah tanah Bundaran HI, mereka langsung naik ke Halte Bundaran HI yang sudah terintegrasi. Tangga stasiun yang cukup tinggi dan teriknya matahari pukul 11.00 WIB siang itu tidak membuat semangat mereka kendur. Ibu-ibu dalam rombongan keluarga Caesar langsung mengenakan topi pikniknya dan kacamata hitam untuk bergaya.
Meski tidak merayakan Idul Fitri 1444 Hijriah, mereka juga turut merasakan kebersamaan bersama keluarga sambil melepas penat dari kesibukan kerja sehari-hari. Halte yang baru diresmikan pada Oktober 2022 ini menjadi menjadi magnet baru bagi masyarakat untuk menikmati Jakarta.
Puluhan warga berbondong-bondong datang dan berfoto di atas halte berbentuk kapal pesiar dengan latar belakang Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta yang sangat ikonik. Keluarga besar Caesar tak mau ketinggalan, mereka ikut mengantre karena anjungan ini dibatasi maksimal 20 orang demi keamanan.
Ruang publik ini juga menjadi ruang interaksi masyarakat seperti Caesar yang meminta warga lain untuk memotret satu keluarga besarnya. Setelah satu sampai puluhan pose diabadikan, mereka turun dan bergabung dalam antrean bus Transjakarta tujuan Blok M.
”Jadi tadi udah naik MRT, sekarang coba naik Transjakarta. Kapan lagi Jalan Sudirman-Thamrin sepi begini. Nanti nongkrongnya baru di Blok M, ngopi-ngopi,” ucap Caesar.
Selain Caesar, ada pula Dani (44), warga Rawamangun, Jakarta Timur, yang mengajak istri dan dua anaknya jalan-jalan ke Bundaran HI menggunakan bus Transjakarta. Bagi Dani, liburan itu tidak perlu mewah-mewah, cukup mengajak keluarga melihat pusat kota yang jarang dilihatnya sehari-hari lalu makan bakso di warung pinggir Mal Grand Indonesia.
Sehabis itu mereka kembali lagi ke atas Halte Transjakarta Tosari yang juga berbentuk kapal pesiar. Di atas sini, anaknya sempat bertanya ke Dani saat melihat kain berwarna hitam-merah-kuning di seberang halte.
”Itu bendera Jerman kak, di situ kantor Kedutaaan Besar Jerman,” kata Dani kepada anaknya. Menurut pegawai swasta itu, liburan dengan transportasi umum sangat baik untuk memberikan edukasi bagi anak-anak. ”Saya setiap hari kerja, momen ini pas Jakarta sepi sangat langka jadi saya manfaatkan sebesar-besarnya untuk kumpul dengan anak istri,” kata Dani.
Seperti Dani, Adel Dachlan (44) juga mengajak anaknya berkeliling Jakarta selagi jalanan lengang. Ia mengajak anaknya, Arsaka (4), menjajal berbagai rute yang dilewati bus wisata Transjakarta atau bus Jakarta Explore. Dua di antaranya rute BW2 atau Sejarah Jakarta dan BW 4 atau Jakarta Modern.
”Sengaja mengajak anak hari ini mumpung jalanan Jakarta sepi ditinggal mudik. Kalau hari-hari biasa macet kasihan anak nunggu lama di jalan dan keburu bete,” ucap Adel, warga Pamulang, Tangerang Selatan, itu.
Sepanjang perjalanan dari Bundaran HI ke Monumen Nasional (Monas), Arsaka menempelkan mukanya ke jendela antusias melihat gedung-gedung pencakar langit yang berderet di Jalan Sudirman-Thamrin. Arsaka beberapa kali bertanya kepada ibunya tentang hal-hal baru yang ia lihat, seperti saat terkesima pada Patung Arjuna Wijaya atau biasa dikenal dengan Patung Kuda di Jalan Merdeka Barat. Menurut Adel, berlibur saat Jakarta lengang dengan menggunakan kendaraan umum juga menjadi momentum baginya untuk mengenalkan berbagai tempat dan ikon di Jakarta.
Sementara itu, Ida Fauziyah (51) mengajak suami dan anak, serta adik, adik ipar, dan keponakannya, menghabiskan waktu libur Lebaran di Monumen Nasional atau Monas. Dari Jatinegara, Jakarta Timur, mereka beramai-ramai menggunakan mikrotrans yang kemudian dilanjut dengan Transjakarta untuk sampai ke Monas.
Sesampainya di Monas menjelang pukul 12.00, Ida sekeluarga menuju ke area taman. Tanpa mengenakan alas, mereka duduk di atas rerumputan dan segera mengeluarkan bekal makanan. Selain nasi dan ayam goreng, Ida juga membawa mi instan cup, air minum kemasan, dan beberapa saset kopi hitam. Tak lupa termos juga turut dibawa untuk menyeduh mi ataupun kopi.
Setiap tahun, kata Ida, keluarganya selalu berwisata memanfaatkan libur Lebaran dan jalanan Jakarta yang tidak terlalu padat. Destinasi yang jadi pilihan pun beragam, mulai dari Ancol, Taman Margasatwa Ragunan, hingga Monas. Tahun ini, Monas menjadi pilihan karena keponakannya, Iqbal (8), belum pernah ke tempat ikonik Jakarta itu. Meski tidak kebagian tiket untuk masuk ke puncak Monas, ia sudah cukup senang tetap bisa berlibur bersama keluarga meski dengan cara sederhana.
”Rekreasi enggak harus mahal, yang penting terjangkau. Namanya juga kaum ke bawah, yang bisa buat anak senang, saya ikuti saja. Di sini enak, luas, jadi anak-anak bisa bebas main,” kata ibu dua anak ini.
Selain untuk mobilitas sehari-hari, transportasi umum terbukti telah menjadi solusi perkotaan yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang interaksi dan tempat wisata alternatif bagi masyarakat. Pembangunan kota juga seharusnya mengutamakan fasilitas bagi pejalan kaki lalu transportasi umum, bukan kendaraan pribadi.