Bulan Ramadhan memang ibadah wajib umat Muslim, tetapi semangat Ramadhan bisa dilakukan siapa saja. Bulan Ramadhan juga menjadi semangat memperkuat keberagaman dan saling menjaga keharmonisan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
Selama tiga hari dari Kamis hingga Sabtu (13-15/4/2023), ratusan anak-anak berkumpul untuk berbuka puasa di dalam Wihara Dhanagun atau Klenteng Hok Tek Bio, Kota Bogor, Jawa Barat. Lantunan ayat suci Al Quran, selawat, hingga iringan rebana mengema di wihara berusia sekitar 3,5 abad itu menemani sekitar 400 anak yatim piatu serta 200 disabilitas sebelum buka puasa.
Suara-suara yang terdengar itu membuat sejumlah pengendara atau orang yang melintas di depan wihara Jalan Suryakencana sempat teralihkan perhatiannya. Tak hanya mereka, anak-anak yang berada di dalam wihara pun merasa heran. Bagi sebagian anak-anak, buka puasa sekaligus mengaji dan berselawat di sebuah wihara merupakan pengalaman pertama.
”Ini buka puasa di sini baru pertama kali. Kok, ada pak ustaz, kok ada lainnya (pemuka agama seperti pendeta dan pastur). Asik bisa kumpul di klenteng, bahkan shalat di sini juga,” kata Heru (13), yang juga baru pertama kali menginjakkan kakinya masuk ke dalam Wihara Dhanagun.
Rasa penasarannya pun terjawab terkait isi dan aktivitas di wihara yang selama ini tidak diketahuinya. Rasa cangung saat pertama datang hilang karena keramahan orang-orang di sekelilingnya.
Rahmat Ramdani (15) juga pertama kali ikut berbuka puasa di tempat berbeda dan orang-orang dari latar belakang berbeda pula. Pengalaman itu membuat Rahmat belajar untuk saling menghormati dan menghargai sesama. Harmoni dan tolerasi bisa tercipta jika semuanya duduk bersama. Bahkan, klenteng atau wihara bisa digunakan untuk aktivitas keagamaan, seperti shalat dan mengaji.
”Ya, setuju, hidup damai dan tolerasi beragama. Kita di sini bisa duduk bersama,” katanya.
Tidak hanya pengalaman dan belajar tentang keberagaman, bagi Rahmat buka puasa bersama ini menghilangkan rasa rindunya kepada dua orangtuanya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.
”Senang juga karena bisa kumpul teman makan bareng. Dulu bareng bapak dan ibu, tetapi sekarang bareng teman,” ujarnya sembari lahap menyantap sajian makan yang disiapkan di atas daun pisang.
Kami ingin menjadikan Wihara Dhanagun sebagai tempat bagi semua golongan dan umat. Tempat kita berkumpul dan bersilaturahmi bersama. Tempat kita bergembira dan berbagi bersama-sama. Salah satunya di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.
Berbagi
Ketua Panitia Hettyana Yasin Rahardja menuturkan, kali ini Wihara Dhanagun bisa kembali menggelar buka bersama setelah sebelumnya terhenti karena pandemi Covid-19 pada 2000-2022. Acara buka bersama ini telah dimulai sejak 2015.
”Kami ingin menjadikan Wihara Dhanagun sebagai tempat bagi semua golongan dan umat. Tempat kita berkumpul dan bersilaturahmi bersama. Tempat kita bergembira dan berbagi bersama-sama. Salah satunya di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini,” tutur Hettyana.
Menurut Hettyana, panitia yang terlibat dalam acara buka bersama di Wihara Dhanagun dari latar belakang agama dan suku. Mereka mempunyai satu tujuan, yaitu ingin memberikan kasih sayang, peduli, dan melayani anak-anak anak yatim piatu serta disabilitas.
Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Bogor TB Muhyidin mengatakan, buka puasa bersama di Wihara Dhanagun menjadi simbol kebersamaan. Ibadah Ramadhan juga membuka hati dan tindakan kepada siapa saja yang ingin berbagi. Tangan-tangan baik yang hadir di Wihara Dhanagun diharapkan juga menjadi semangat berbagi kepada yang sangat membutuhkan di tempat lainnya di Indonesia.
Bulan Ramadhan memang ibadah wajib umat Muslim, tetapi semangat Ramadhan bisa dilakukan siapa saja. Bulan Ramadhan juga menjadi semangat memperkuat keberagaman dan saling menjaga keharmonisan.
”Keberagaman ini takdir dari Allah bukan dari kita. Allah yang memilih manusia untuk beragam. Untuk itu, kita menjaga kerukunan dan keberagaman yang telah diberikan Allah. Insya Allah Kota Bogor dan kota lainnya tidak ada konflik,” katanya.
Hal senada disampaikan Uskup Bogor Paskalis Bruno Syukur. Menurut dia, pengalaman dan perkenalan anak-anak dari buka puasa bersama di Wihara Dhanagun menjadi pelajaran untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghormati.
”Pengalaman hidup bertolerasi seperti ini menjadi kenangan indah yang akan mereka ciptakan kelak saat sudah dewasa. Pengalaman ini penting untuk membentuk karakter kuat sebagai manusia yang cinta damai dan berbeda itu indah. Kita saling mengenal dan bisa berbagi kebahagiaan,” ujarnya.