Aroma Takjil dari Wihara yang Menggugah Persaudaraan
Kebaikan bersifat universal. Ia meluruhkan sekat-sekat perbedaan, dari suku bangsa hingga agama. Di Kota Bogor, Jawa Barat, para pemuda wihara merayakan keberagaman dengan menebar kebaikan lewat pembagian takjil.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
”Kalau niatnya baik, yang menerima juga kecipratan senangnya. Enggak masalah agamanya berbeda, yang penting saling menghargai dan berbagi,” kata Adah Jubaedah (50), warga Cisarua, Bogor, seusai menerima takjil gratis dari anggota Viharaga Dhanagun, Bogor, Minggu (9/4/2023). Di ”Kota Hujan”, pembagian takjil dan buka bersama yang dilakukan umat wihara merupakan contoh perwujudan semangat persaudaraan di tengah keberagaman.
Beberapa tahun lalu, Bogor termasuk sebagai kota intoleran. Berdasarkan indeks kota toleran yang dikeluarkan Setara Institute pada 2017, Bogor menempati peringkat ke-92 dari 94 kota. Mendapati fakta itu, Pemkot Bogor dan masyarakat berbenah. Kini Kota Bogor menduduki peringkat ke-17. Indeks ini naik dari tahun 2021 yang ada di peringkat ke-33. Secara nasional, Bogor bahkan termasuk kota yang indeks toleransinya naik secara signifikan.
Semangat saling menghargai di Bogor terlihat dari kehidupan sehari-hari. Selama bulan Ramadhan, komunitas Persaudaraan Muda-mudi Viharaga Dhanagun rutin membagikan takjil gratis. Selain berbagi takjil, Vihara Dhanagun juga menggelar acara buka puasa bersama anak yatim pada Kamis (13/4/2023) dan difabel pada Sabtu (15/4/2023).
Pengurus Vihara, William, menuturkan, kegiatan-kegiatan itu dilakukan sebagai bagian dari upaya merayakan keberagaman dan menebar kebaikan. ”Ramadhan, kan, bulan yang suci dan baik bagi umat Muslim. Kami ingin turut berbuat kebaikan di bulan suci tersebut,” kata William.
Adah merasa senang mendapatkan takjil gratis dari anggota komunitas Persaudaraan Muda-mudi Viharaga Dhanagun. Ia tak menyangka dapat takjil gratis karena kebetulan sedang melintas di Jalan Suryakencana yang letaknya di depan wihara. Saat itu, ia hendak menuju ke Plaza Bogor yang terletak di samping wihara. Saat sedang berjalan, umat wihara memberinya sebungkus plastik berisi buras, kurma, dan es sirup selasih.
Pemberian itu membuatnya merasa senang. Perempuan yang tengah menjalani ibadah puasa itu tak perlu pusing mencari takjil untuk berbuka puasa bersama kedua anaknya. Terlebih, berburu takjil juga dianggapnya kerap menghabiskan banyak waktu. Pemberi takjil yang menganut agama berbeda bukanlah suatu persoalan. Sebab, menurutnya, yang penting ialah niat baik.
Bulan suci Ramadhan tidak hanya memberikan kebahagiaan bagi umat Islam. Umat Tao, Buddha dan Konghucu, yang biasa beribadah di Viharaga Dhanagun juga menyambut bulan baik itu. Mereka berpartisipasi dengan mendukung umat yang berpuasa dengan berbagi takjil gratis.
”Yok… takjil gratis yook…” Suara Erhua (30) lantang terdengar di depan Vihara Dhanagun. Tangan kiri Erhua memegang baskom, sedangkan tangan kanannya mengambil satu bungkus plastik dari wadah tersebut. Plastik berisi buras, kurma, dan es sirup selasih itu diserahkan kepada sopir yang melambatkan laju angkutan kota (angkot). Gerakan serupa dilakukan beberapa kali agar seluruh penumpang di dalam angkot turut kebagian bungkusan.
Erhua membantu sekitar 20 anggota Persaudaraan Muda-mudi Viharaga Dhanagun Bogor (PMVDB) yang setiap hari Minggu selama Ramadhan membagikan takjil gratis. Sebanyak 300 paket takjil dibagikan kepada masyarakat yang melintas di depan wihara. Penerima takjil datang dari beragam latar belakang, seperti sopir, penumpang angkot, tukang ojek daring, warga yang hendak belanja, pesepeda, dan pengendara sepeda motor.
Ketika baskom yang telah berkali-kali diisi ulang bungkusan plastik itu kosong, Erhua tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Ia bersorak sambil mengangkat baskom kosong itu. Hanya dalam 20 menit, ratusan takjil habis terbagi.
”Biasanya, 'kan, kita mikir pengin berbuat kebaikan atau pengin berbagi, tetapi enggak tahu caranya. Makanya, dengan berbagi takjil, saya senang karena sudah tahu caranya dan punya kesempatan melakukannya,” kata Erhua, yang sehari-hari bekerja di Vihara Dhanagun.
Ketua PMVDB Hansen mengungkapkan kebahagiaan serupa. Ketika berbagi, kata Hansen, kebahagiaan itu memenuhi ruang-ruang hatinya. Itu dirasakan teman-temannya lain sehingga mereka konsisten berbagi takjil sejak lima tahun terakhir.
Lima tahun sebelumnya, lanjut Hansen, mereka berkeliling menggunakan sepeda motor untuk membagikan takjil. Namun, karena dirasa tidak terlalu efektif, komunitas yang bersisi kelompok pemuda berusia 15-23 tahun itu memutuskan membagikan takjil di depan wihara.
”Kami selalu diajarkan berbagi dan bermanfaat bagi masyarakat. Momen Ramadhan ini momen yang tepat. Kami berbagi kepada mereka yang berpuasa, berbagi tanpa terhalang sekat-sekat agama,” ucap Hansen.
Sekretaris Jenderal Badan Lintas Agama Arifin Himawan mengatakan, semangat keberagaman dan toleransi terbangun baik di Kota Bogor. Selain pembagian takjil dan buka bersama dengan anak yatim dan difabel, akan digelar pula buka bersama lintas agama di Gereja Zebaoth, Bogor, pada Senin (17/4/2023).
Di luar Ramadhan pun, tutur Arifin, semangat itu terus digaungkan melalui beragam hajatan, termasuk perayaan Cap Go Meh. Dalam acara itu, ada pembacaan doa bersama oleh enam tokoh agama secara bergantian di hadapan umum. Menurut Arifin, ini menunjukkan Kota Bogor sangat menghargai keberagaman, termasuk keberagaman agama.
Keberagaman juga ditunjukkan lewat susunan kepanitiaan Cap Go Meh yang tak didominasi orang-orang dengan satu agama tertentu. Begitu pula dengan seni dan budaya yang ditampilkan saat perayaan. Keberagaman yang ditunjukkan melalui barongsai, ogoh-ogoh, ondel-ondel, dan reog. Ada juga penampilan hadrah atau kasidahan dengan rebana.
”Kami berharap agar toleransi bukan sekadar slogan. Kami ingin terus mewujudkannya dengan merayakan keberagaman dan menghargai sesama. Semangatnya tak hanya untuk kami warga Bogor, tetapi juga mereka yang berkunjung ke sini,” tutur Arifin.
Pada akhirnya, tidak ada perbedaan yang dipikirkan. Ramadhan atau bukan, kebaikan dan keberagaman terus dirayakan di ”Kota Hujan”.