Mengenal Halte Cikoko, Simpul Integrasi Antarmoda di Kawasan Pancoran
Halte Transjakarta Cikoko di Pancoran, Jakarta Selatan, akan mengintegrasikan penumpang bus Transjakarta dengan angkutan publik berbasis rel di Stasiun Cawang, Jakarta Timur.
Oleh
Ayu Nurfaizah, Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Halte Cikoko Stasiun Cawang yang terletak di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, akan mengintegrasikan layanan bus Transjakarta dengan angkutan publik berbasis kereta di Stasiun Cawang. Saat ini, Halte Cikoko Stasiun Cawang sedang dalam penyelesaian revitalisasi. Secara umum, bangunan halte sudah rampung. Namun, masih ada beberapa bagian penghubung yang belum tuntas dibangun, seperti tangga utara dan lift dari stasiun kereta.
Penumpang kereta akan langsung bertemu dengan pembangunan lift menuju Halte Cikoko ketika mereka keluar dari stasiun KRL melalui pintu barat. Pada Rabu (18/1/2023) siang, beberapa kerangka besi dan beton fondasi lift dipasang di lokasi ini. Adapun di pintu keluar stasiun sebelah timur terdapat tangga yang terhubung ke arah trotoar halte.
Halte Cikoko dibangun di dua sisi Tol Dalam Kota Grogol-Cawang. Dari luar, badan kedua halte ini tampak sudah rampung. Bagian jembatan penghubung antara tangga halte di sebelah utara dan selatan juga sudah terbangun. Adapun stasiun LRT sudah terhubung di bagian selatan Halte Cikoko.
Namun, tangga, lift, dan bidang miring (ramp) halte di sebelah utara belum rampung. Ramp dibangun di atas trotoar dan hanya menyisakan 30-40 sentimeter untuk digunakan pejalan kaki yang tidak melalui halte.
Selama revitalisasi, halte ini belum berfungsi. Sekitar beberapa meter dari halte, jalur bus di bagian utara dipasangi penghalang dan digunakan untuk menaruh material bangunan. Adapun jalur bus bagian selatan belum dipasangi penghalang sehingga pengendara bisa menggunakan jalur ini.
Selama revitalisasi pula, warga hanya bisa menggunakan tangga terowongan untuk menyeberang dari sisi sebelah selatan ke sebelah utara menuju stasiun kereta. Umumnya, mereka ini adalah para pengguna bus atau transportasi lain dari arah timur dan hendak ke stasiun kereta Cawang.
Salah satunya adalah Anesya (20), warga Kramatjati, Jakarta Timur, yang sehari-hari menggunakan bus dari arah Universitas Kristen Indonesia (UKI) menuju Stasiun Cawang. Selama jembatan penyeberangan orang yang terhubung dengan halte direvitalisasi, ia harus melewati tangga dan terowongan untuk sampai di stasiun kereta.
Kondisi tangga menuju terowongan tampak rusak dan kotor di beberapa anak tangga. Selain itu, pada Rabu siang, terowongan yang dilalui orang pada satu sisi timur ini juga gelap. Beberapa petugas proyek yang mengerjakan pembangunan halte sedang istirahat di sisi lain.
”Adanya jembatan baru jelas lebih membantu, lebih aman juga karena pengguna tidak lewat terowongan. Saya tidak tahu apakah jarak menyeberang akan lebih singkat saat melewati jembatan ini. Namun, fasilitas ini pasti akan mempermudah pengguna yang harus transit berbagai moda, seperti LRT dan kerata,” tuturnya.
Apresiasi serupa juga disampaikan oleh Stefani (26) warga Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, yang sehari-hari mengakses fasilitas ini untuk pergi ke kampus. Ia berharap halte dan jembatan ini segera diresmikan agar mempermudah akses pengguna jalan.
”Menurut saya, jembatan yang lama juga sudah rusak dan memang perlu diperbaiki. Baiknya memang dalam pembangunan ini ada fasilitas yang lebih ramah pengguna kursi roda dan penyandang disabilitas. Sepertinya akan dibangun lift dan trem di bagian sisi utara halte. Itu akan sangat membantu mereka dan baiknya di sisi selatan juga diberi fasilitas serupa,” kata Stefani.
Salah seorang penjual makanan keliling di area trotoar halte, Novi Sari Handayani (29), berharap pembangunan halte yang terintegrasi ini mampu mendongkrak omzetnya. Pedagang gemblong dari Depok Baru, Kota Depok, Jawa Barat, ini berniat akan tetap berjualan di lokasi ini dan melihat bagaimana perkembangan pengguna fasilitas Stasiun Cawang dan Halte Cikoko.
Menurut pengamat transportasi Budiyanto, revitalisasi Halte Cikoko yang terintegrasi dengan Stasiun Cawang harus diiringi dengan konsistensi menekan selisih waktu antarbus (headway) Transjakarta. Upaya ini akan mencegah penumpukan penumpang Transjakarta di halte.
Headway merupakan waktu antara dua sarana transportasi angkutan umum untuk melewati suatu tempat pemberhentian atau interval antara kendaraan satu dan kendaraan berikutnya. Di setiap angkutan umum pada rute atau koridor tertentu, headway harus terjadwal atau ditentukan dan pengendaliannya dapat dibantu dengan teknologi.
Adapun headway Transjakarta oleh manajemen operasional PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) telah ditentukan lima menit antara kendaraan satu dan kendaraan berikutnya. Kepastian ini sangat diperlukan oleh para pengguna jasa sehingga perhitungan waktu pemberangkatan tidak meleset.
”Konsistensi headway merupakan suatu keniscayaan. Namun, apa yang sering terjadi dengan kondisi angkutan umum di Jakarta, khususnya Transjakarta, berkaitan dengan headway,” ujar Budiyanto.
Siklus atau mobilitas Transjakarta sering mengalami pergeseran headway yang berdampak pada antrean atau penumpukan penumpang. Headway Transjakarta sering mengalami pergeseran interval waktu karena berbagai hal, antara lain koridor atau jalur khusus Transjakarta tidak steril dan sering terjadi hambatan pada ruas penggal jalan yang bercampur dengan kendaraan selain Transjakarta atau ada kecelakaan.