Tanpa ”Chester Bennington’” Link In Park Diresmikan Januari Ini
Link In Park, taman di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, yang akan diresmikan bulan ini. Warganet merespons taman di perbatasan tiga kota itu dengan mengasosiasikannya dengan band rock asal Amerika Serikat, Linkin Park.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Link In Park atau Taman Link In yang berada di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, akan segera diresmikan Januari ini. Taman yang pembangunannya sudah memasuki tahap akhir ini dinamai Link In Park dengan maksud ”terhubung” karena letaknya dekat dengan perbatasan Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan Jakarta Timur.
Luas Link In Park sekitar 5.500 meter persegi dengan fasilitas, antara lain, area skateboard, fasilitas fitness luar ruangan, dan area bermain anak. Pada Rabu (11/1/2023) siang, lebih dari 10 pekerja sedang melakukan pembangunan tahap akhir pada taman yang terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani, Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, ini.
Para pekerja sibuk membenahi lantai di area skateboard. Beberapa pekerja lain memoles lantai pemandu untuk penyandang disabilitas serta membersihkan area pejalan kaki dan jalur joging yang berwarna-warni. Para pekerja diawasi dua petugas keamanan yang juga mengawasi pengunjung agar tidak masuk ke area yang masih dalam pembangunan.
Link In Park juga memiliki rumah Hobbit. Terinspirasi dari film dan novel The Hobbit, rumah ini dibangun di bawah bukit kecil yang memiliki pintu berbentuk lingkaran. Di dalam rumah Hobbit juga terdapat toilet pengunjung dan ruang keamanan.
Link In Park belum diresmikan karena masih tahap pembangunan. Namun, namanya sudah dikenal warganet melalui unggahan di Instagram Dinas Taman dan Hutan Kota (Distanhut) DKI Jakarta. Pada Selasa (10/1/2023), Distanhut mengunggah enam foto yang menggambarkan titik-titik di taman tersebut seperti area depan, rumah Hobbit, area fitness, hingga area skateboard.
Keesokan harinya, Rabu (11/1/2023), Instagram @jktinfo mengunggah ulang foto-foto ini lengkap dengan keterangannya. Baru empat jam dipublikasikan, unggahan ini sudah disukai 10.000 orang dan dikomentari lebih dari 300 kali. Mayoritas komentar warganet mengaitkan nama taman itu dengan grub band rock Linkin Park asal Amerika Serikat. Mereka berkomentar sambil menghubungkan dengan lirik lagu, anggota band seperti Chester Bennington sang vokalis, hingga kenangan dengan band beraliran rock itu.
Ditemui secara terpisah, Kepala Seksi Taman dan Hutan Kota Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Pusat Amri Ramadhan mengatakan, nama Link In Park bukan diambil dari band rock asal Amerika Serikat itu. Nama ini dipilih karena lokasi taman dekat dengan perbatasan wilayah administrasi Jakarta Pusat, Timur, dan Utara.
”Pembangunan mulanya diajukan sejak 2020, namun anggarannya kemudian digunakan untuk penanganan pandemi Covid-19. Alhasil baru dilaksanakan Oktober 2022 dengan anggaran Rp 5 miliar dari anggaran pendapatan belanja daerah. Sekarang sudah tahap akhir dan saya berharap bulan ini bisa diresmikan dengan mengundang Wali Kota Jakarta Pusat dan Penjabat Gubernur DKI,” tutur Amir.
Ia melanjutkan, konsep pembangunan taman ini, yaitu menghadirkan fasilitas skateboard dengan melibatkan komunitas skateboard dan sepeda bicycle motocross atau BMX dalam pembangunannya. Komunitas ini beberapa kali memberi masukan terkait material, desain, hingga urutan rintangan dan lengkungan.
”Selain itu taman ini juga dilengkapi kolam retensi dan bioswale yang berfungsi untuk menampung air hujan,” kata Amir.
Inisiator Komunitas Ayo ke Taman, Niken Prawestiti menjelaskan, pemerintah perlu mempertimbangkan polusi udara ketika membangun taman yang dekat dengan jalan raya seperti Link In Park. Taman bisa dilengkapi dengan pohon yang mampu menyerap polusi dan diletakkan di antara jalan raya dan taman. Hal ini bertujuan agar anak-anak dan orang dewasa yang beraktivitas di taman menjadi nyaman dan tidak langsung terpapar polusi.
Pemilihan pohon dan jenis vegetasi taman juga dilakukan untuk mengkonservasi keanekaragaman hayati. Salah satunya seperti menarik kembali burung-burung yang tercerabut dari ekosistem sebelumnya.
”Taman merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang menampung fungsi ekologis dan sosial. Fungsi sosial ini meliputi aksesibilitas dan pemanfaatan, yaitu mudah dijangkau oleh kelompok yang tinggal di lingkungan tersebut,” kata Niken.
Menurut Niken, permasalahan di Jakarta adalah tidak semua wilayah memiliki taman karena terhalang ketersediaan lahan. Idealnya, taman bisa diakses 10-15 menit berjalan kaki dari rumah, namun di Jakarta masyarakat masih perlu menempuh jarak jauh untuk sampai di taman terdekat dari rumahnya.
Warga RW 2 Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Citos Tubagus Rang Rang (28) tertarik untuk datang ke Link In Park bersama keluarga dan temannya. Menurut ia, taman ini bisa berfungsi bagi pekerja yang ingin beristirahat, apalagi jika dilengkapi tempat duduk yang memadai.
”Sebelumnya memang lahan kosong. Daripada tidak terpakai, mending dijadikan taman,” ujar warga yang sehari-harinya berdagang sepatu di Kampung Melayu, Jakarta Timur ini.
Warga RW 2 Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, Andre Siregar (28) menilai, taman ini cocok digunakan untuk bersantai oleh keluarga yang membawa anak-anak. Selain karena terdapat area bermain anak, taman ini juga dikelilingi pagar sehingga aman.
”Kalau sudah dibuka pasti ramai ya, mungkin juga akan ramai dengan pengemudi ojek daring yang beristirahat. Namun, biasanya saya lebih memilih tempat yang ada colokan listriknya untuk mengisi daya ponsel,” kata pengemudi ojek daring yang sering beristirahat di area kosong depan Link In Park ini.