Kepolisian Menutup Penyelidikan Kasus Bunuh Diri di Ciputat
Rasio bunuh diri di DKI Jakarta mencapai 0,19 per 100.000 populasi. Artinya, jika saat ini penduduk DKI Jakarta mencapai 10,6 juta, 20 orang di antaranya melakukan bunuh diri.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian tidak melanjutkan penyelidikan kasus sepasang kekasih yang diduga tewas bunuh diri di apartemen di kawasan Ciputat, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten. Permintaan tersebut datang dari keluarga kedua korban dan juga tercantum dalam surat wasiat yang ditinggalkan oleh mendiang Reynaldi (26) dan Putri (24).
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Komisaris Besar Endra Zulpan mengatakan, dugaan bunuh diri itu muncul setelah Kepolisian Resor Tangerang Selatan menemukan barang bukti sebungkus racun berupa potas, yang diduga mengakibatkan kedua korban tewas. Atas permintaan keluarga kedua korban, lanjut Zulpan, kepolisian berhenti menyelidiki kasus tersebut.
”Permintaan juga terdapat dalam surat yang ditinggalkan oleh kedua sejoli tersebut. Mereka meminta kepolisian untuk tidak mengusut kematian mereka karena dilakukan atas kesadaran mereka berdua,” ujar Zulpan kepada wartawan, Jumat (6/1/2023).
Zulpan menambahkan, surat wasiat yang ditulis kedua korban telah diterima oleh keluarganya masing-masing dan pihak keluarga telah berkoordinasi dengan kepolisian. Surat tersebut, lanjut Zulpan, ditujukan baik kepada keluarga Renaldi maupun Putri.
”Mereka meminta agar pesan dalam surat wasiat tidak dipublikasikan kepada publik,” tambah Zulpan.
Sebelumnya, publik dihebohkan dengan penemuan sepasang jenazah laki-laki dan perempuan di sebuah kamar penginapan di kawasan Ciputat, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, Selasa (3/1/2023). Kejadian itu bermula saat salah seorang pekerja kebersihan hendak memberitahukan penyewa kamar nomor 52 lantai 8 penginapan tersebut bahwa telah tiba waktunya check out.
Namun, penghuni kamar tidak memberikan respons sehingga karyawan tadi membuka pintu kamar dengan kunci duplikat. Begitu terbuka, Reynaldi dan Putri ditemukan tidak bernyawa dalam kondisi berpegangan tangan dan mengenakan busana serba hitam. Berdasarkan hasil pemeriksaan, polisi juga tidak menemukan adanya bekas luka pada kedua jenazah tersebut.
Kini, kedua jenazah itu telah diterima oleh keluarganya masing-masing. Diketahui, Renaldi merupakan pria kelahiran Jakarta, sedangkan Putri merupakan perempuan kelahiran Medan, Sumatra Utara.
Di kompleks pemakaman yang terletak di Jakarta Pusat, jenazah Reynaldi (26) disemayamkan. Terdapat bunga-bunga yang menancap serta bertebaran di atas gundukan tanah yang pada ujungnya tertera tanggal kematian Reynaldi pada Selasa (3/1/2023).
Jamat (51), perawat makam, menyampaikan, setelah dikubur pada Kamis (5/1/2023) siang, hingga hari ini keluarga Renaldi belum mengunjungi kembali makam tersebut. Padahal, menurut Jamat, biasanya pihak keluarga akan mendatangi makam dalam beberapa waktu setelah jenazah dikuburkan dan meminta salah seorang penjaga makam untuk merawat makam itu.
Terkait penanganan kasus bunuh diri, Presiden Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia Sandersan Onie menyampaikan, sampai saat ini, pihaknya belum mendapatkan akses data kasus bunuh diri secara lengkap dari pemangku kepentingan. Saat ini, Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia belum menerima data kasus bunuh diri, melainkan data dengan metode acak dari setiap daerah.
Bisa jadi seseorang yang stres berat itu bunuh diri. Tapi, ada juga orang yang tidak terdiagnosis stres melakukan bunuh diri.
”Sampai hari ini, belum ada datanya. Jika data terbatas, terbatas pula upaya yang untuk penanggulangannya. Di Indonesia, upaya penanganan bunuh diri baru mencapai 2 persen sampai 3 persen dan deteksi awal untuk bunuh diri itu sulit dilakukan,” kata Sandersan.
Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia menyebut, lebih dari 303 persen kasus bunuh diri di Indonesia tidak terlaporkan. Sementara DKI Jakarta memiliki rasio bunuh diri 0,19 per 100.000 populasi. Artinya, jika saat ini penduduk DKI Jakarta mencapai 10,6 juta, 20 orang di antaranya melakukan bunuh diri.
Menurut Sandersan, kasus bunuh diri merupakan persoalan kompleks yang juga dihadapi oleh negara-negara maju. Kecenderungan untuk bunuh diri, bagi Sandersan, tidak serta-merta merujuk pada faktor tunggal, seperti depresi.
”Kasus yang di Ciputat, itu saya menyebutnya bisa dikatakan umum, tapi juga jarang. Bisa jadi seseorang yang stres berat itu bunuh diri. Tapi, ada juga orang yang tidak terdiagnosis stres melakukan bunuh diri,” ujar Sandersan.
Dengarkan mereka
Psikolog klinis Nirmala Ika Kusumaningrum menyampaikan, generasi Z atau mereka yang saat ini berada di usia 14 sampai 27 tahun merupakan kelompok rentan bunuh diri. Salah satu penyebabnya adalah mereka merasa kurang didengarkan.
Menurut Nirmala, secara psikis, generasi Z menjadi kelompok rentan karena mereka lahir dan tumbuh di era banjir informasi. Hal itu membuat tantangan sekaligus cara pendekatan terhadap mereka berbeda dengan era sebelumnya.
”Kita tidak bisa membandingkan masalah yang dialami oleh mereka dengan yang kita alami. Mereka hanya butuh pendengar atas cerita mereka tanpa adanya penghakiman,” kata Nirmala.
Nirmala menambahkan, persoalan asmara sebagai salah satu faktor yang disebut menjadi alasan orang memilih untuk mengakhiri hidup hanya sebatas pemicu. Dibalik itu, lanjut Nirmala, terdapat pergulatan pribadi yang mungkin tidak sempat disampaikan kepada orang-orang terdekat, seperti keluarga maupun teman sejawat.