Cegah Kemacetan di Akhir Tahun, Karyawan Swasta Diimbau Kerja dari Rumah
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengimbau karyawan swasta bekerja dari rumah dari akhir Desember hingga awal Januari. Imbauan ini antara lain untuk mencegah kemacetan di periode tersebut.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Cuaca ekstrem seperti hujan lebat dan angin kencang diprediksikan akan terjadi di Jakarta dan sekitarnya mulai akhir tahun 2022 hingga awal Januari 2023. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengimbau masyarakat khususnya karyawan swasta bekerja dari rumah untuk meminimalkan dampak bencana dan kemacetan selama periode tersebut.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, pemerintah mengimbau karyawan swasta dapat bekerja dari rumah (work from home/WFH) selama periode 30 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023. Hal ini untuk menghindari kemacetan, bencana, dan pemborosan bahan bakar yang dapat terjadi sepanjang cuaca ekstrem melanda Ibu Kota.
Selain itu, untuk mengantisipasi cuaca ekstrem, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mengoperasikan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk merekayasa cuaca. Pemprov DKI Jakarta akan bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) untuk pengoperasian TMC.
”Menjelang Januari dan Februari (2023), kami bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan melakukan TMC dan memetakan kembali kerawanan bencana. Belajar dari kota-kota lain, kami akan melakukan pencegahan bencana akibat cuaca ekstrem seperti revitalisasi sekolah dan bangunan pemerintah,” ujar Heru di Graha BNPB, Jakarta Timur, Selasa (27/12/2022).
Sebelumnya, pada kesempatan yang berbeda, Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Firman Santyabudi mengatakan, salah satu cara mengurai kemacetan akibat cuaca ekstrem selama mobilisasi Natal dan Tahun Baru adalah dengan bekerja dari rumah. Dia berharap karyawan swasta yang akan berlibur atau berwisata pada Tahun Baru diberikan kesempatan WFH selama 2-3 hari agar tidak berbarengan pulang pada 1 Januari.
”Kami tidak pernah bosan mengusulkan WFH kepada masyarakat karena pemerintah tidak menentukan cuti bersama. Kami harap masyarakat mengatur waktu yang tepat untuk pulang liburan,” tutur Firman ketika mengikuti peninjauan serta rapat koordinasi bersama dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Pelabuhan Merak, Banten, Sabtu (24/12/2022).
Menurut Firman, kemacetan di jalan tol dan jalan arteri akan terjadi akibat mobilisasi arus balik. Hal ini diperburuk dengan cuaca ekstrem yang diprediksikan akan terjadi berbarengan dengan liburan Natal dan Tahun Baru. Oleh karena itu, pihaknya mengusulkan perusahaan swasta menerapkan WFH untuk mengurangi dampak kemacetan selama periode arus balik mudik di akhir tahun.
Hujan lebat akan mulai melanda kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan sekitarnya pada 30 Desember. Hujan ekstrem tersebut bercurah 150 milimeter per hari.
Kepala Badan BMKG Dwikorita Karnawati menuturkan, potensi cuaca buruk selama periode akhir tahun akan terus terjadi akibat fenomena-fenomena anomali dinamika atmosfer yang terjadi secara bersamaan. Hujan lebat, angin kencang, dan peningkatan gelombang laut akan terus terjadi hingga awal Januari.
Dalam konferensi pers pada Selasa (27/12/2022), Deputi Meteorologi BMKG Guswanto menuturkan, cuaca hujan dari sedang hingga lebat akan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia sampai awal Januari. Hujan lebat akan mulai melanda kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan sekitarnya pada 30 Desember. Hujan ekstrem tersebut tercurah 150 milimeter per hari.
”Tanggal 30, kemungkinan cuaca buruk akan melanda Jabodetabek dan Jawa Barat berupa hujan ekstrem. Dari tanggal 27 dan 28 Desember akan ada hujan, tetapi belum masif. Tanggal 29 Desember akan ada hujan lebat tapi dari laut. Masifnya baru tanggal 30 Desember,” kata Guswanto.
Secara terpisah, Kepala BNPB Suharyanto mengatakan, cuaca ekstrem yang sering terjadi mesti mendapat perhatian serius masyarakat. Sebab, meskipun cuaca ekstrem hanya terjadi beberapa saat, dapat berdampak besar. Untuk itu, ia mengingatkan agar semua pihak, termasuk masyarakat, memperhatikan informasi cuaca secara berkala dan waspada akan potensi bencana.
”Apakah ada potensi bencana itu dilihat kalau sudah hujan lebat selama satu jam berturut-turut. Kita lihat jarak pandang di depan, apabila obyek dalam jarak 100 meter sudah tidak kelihatan, kita harus hati-hati,” katanya dalam keterangan tertulis.
Suharyanto menyampaikan, masyarakat yang akan berwisata perlu memperhatikan lagi kondisi dan informasi cuaca kedepan. Apabila cuaca tidak memungkinkan, perlu dipertimbangkan untuk tidak melakukan wisata demi keamanan dan keselamatan.