Warga Kurang Terlibat dalam Revitalisasi Trotoar Depok
Revitalisasi trotoar di Depok mendapat tanggapan pro dan kontra dari masyarakat. Untuk itu, pemerintah diimbau untuk melibatkan warga yang tinggal di area pembangunan dalam perencanaan dan pembangunan revitalisasi itu.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·4 menit baca
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
Seorang pejalan kaki sedang menggunakan trotoar Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, Selasa (29/11/2022). Revitalisasi trotoar ini direncanakan selesai akhir 2022.
DEPOK, KOMPAS — Revitalisasi trotoar Depok terutama di Jalan Margonda Raya ramai dibicarakan oleh masyarakat, baik yang bernada setuju maupun yang tidak. Pasalnya, pemerintah dianggap kurang melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan revitalisasi trotoar tersebut. Maka dari itu, pemerintah diminta untuk melibatkan warga dalam revitalisasi yang sedang berlangsung.
Direktur Eksekutif Urban Policy Nurfahmi Islami Kaffah mengungkapkan, akibat dampak revitalisasi trotoar Jalan Margonda Raya, muncul masyarakat yang pro dan kontra dengan pembangunan tersebut. Ini karena tahapan revitalisasi, mulai dari pengerjaan hingga penyelesaian, berdampak langsung pada aktivitas masyarakat, baik pengguna jalan maupun yang tinggal di sekitar area revitalisasi.
Menurut dia, penolakan masyarakat Depok semakin menguat di akhir November ini akibat pemberitaan mengenai kasus-kasus dampak revitalisasi trotoar yang mengganggu masyarakat baik di media arus utama maupun media sosial. Hal ini perlu menjadi pengingat bagi pemerintah untuk mengevaluasi kembali tepat atau tidaknya revitalisasi trotoar bagi kepentingan publik.
”Depok banyak disorot di pemberitaan nasional terkait masalah (revitalisasi) trotoar ini. Ini menjadi pertanyaan bagi pemerintah, khususnya seluruh stakeholder, apakah pembangunan trotoar ini betul-betul melibatkan publik, baik dalam tahapan perencanaan, eksekusi, maupun menjelang evaluasi pembangunan,” ujarnya dalam acara diskusi publik bertajuk ”Benarkah Depok Butuh Trotoar?”, Selasa (29/11/2022).
Nurfahmi juga menyoroti kondisi terkini dari suara masyarakat Depok terkait revitalisasi trotoar Jalan Margonda Raya. Ia mengungkapkan, masyarakat banyak mengkritisi sistem transportasi publik yang belum diseriusi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Depok. Hal itu diprediksi menyebabkan kemacetan yang semakin parah di Jalan Margonda Raya pascarevitalisasi.
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
Kondisi revitalisasi trotoar Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat sudah mulai rampung, Selasa (29/11/2022). Terlihat masih ada beberapa sepeda motor yang diparkir di sepanjang trotoar tersebut.
Revitalisasi trotoar di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, dimulai sejak periode awal September 2022. Memasuki bulan Oktober, mulai muncul keluhan baik di masyarakat maupun pemberitaan di media terkait dampak revitalisasi trotoar terhadap aktivitas warga. Pada awal November, revitalisasi mendapat perhatian luas karena kasus pintu masuk SD Negeri Pondok Cina 1 yang terhalangi oleh pembangunan trotoar tersebut.
Sebelumnya, pada 10 November lalu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Pemkot Depok Citra Indah Yulianti meminta maaf akibat kasus tersebut. Namun, ia menegaskan, revitalisasi trotoar di sekitar Jalan Margonda Raya sudah sejalan dengan perencanaan. Selain itu, revitalisasi ini ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2022, yakni awal Desember.
Selasa siang kemarin, proses revitalisasi di sepanjang Jalan Margonda Raya, terutama dari arah Jakarta sampai lampu pengatur lalu lintas dekat Jalan Tol Cinere-Jagorawi mulai rampung. Lantai beton dengan variasi keramik hitam putih merah dengan lebar hampir 5 meter ini sudah dapat digunakan oleh pejalan kaki.
Kondisi trotoar di Depok masih memprihatinkan karena banyak pengguna jalan belum menghormati hak pejalan kaki. Selain itu, infrastruktur trotoar yang aman, nyaman, serta inklusif masih kurang.
Selain itu, jalur kuning di sepanjang tengah trotoar juga sudah hampir terpasang sepenuhnya. Hanya tersisa beberapa lubang drainase yang perlu ditutup, dan material bangunan yang masih berserakan. Adi (33), pejalan kaki yang sedang melintas di trotoar tersebut, mengatakan, trotoar jauh berbeda dari kondisi sebelum revitalisasi. Kini lebar trotoar membuat pejalan kaki dapat semakin leluasa.
Meski begitu, ia melihat trotoar mulai diokupasi oleh parkir sepeda motor dan mobil. Selain itu, ketika macet, pengendara sepeda motor sering naik ke trotoar. Hal ini karena tiang pengaman di ujung-ujung trotoar masih kurang menghalangi pengguna sepeda motor untuk naik ke atas trotoar. Bahkan, beberapa titik belum dipasangi tiang pengaman sama sekali sehingga pengguna sepeda motor dengan mudah naik ke atas trotoar.
Ketua Koalisi Pejalan Kaki (KoPK) Alfred Sitorus mengatakan, kondisi trotoar di Depok masih memprihatinkan karena banyak pengguna jalan belum menghormati hak pejalan kaki. Selain itu, infrastruktur trotoar yang aman, nyaman, serta inklusif masih kurang. Berdasarkan survei koalisi pejalan kaki yang diadakan KoPK pada tahun 2020, Depok mendapatkan rapor trotoar dengan nilai 3,2. Padahal, rata-rata rapor kota dan kabupaten di Indonesia adalah 4,9.
”Revitalisasi trotoar menjadi susah karena budaya pemikiran pembangunan infrastrukturnya masih car-oriented, bukan pedestrian-oriented. Masalahnya, pembangunan trotoar di Depok masih menjadi masalah kuantitas, bukan kualitas. Akibatnya, banyak fasilitasnya masih kurang memadai,” ujarnya dalam acara yang sama, yang dihadiri Nurfahmi.
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
Suasana trotoar di depan SD Negeri Pondok Cina 1, Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, Selasa (29/11/2022). Terlihat pejalan kaki sedang menggunakan trotoar. Terlihat pula sejumlah sepeda motor diparkir di trotoar tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Depok Eko Herwiyanto mengatakan, trotoar merupakan salah satu instrumen yang penting untuk efektivitas penggunaan jalan. Dalam hal ini, trotoar masuk dalam misi infrastruktur yang merupakan salah satu misi strategis Pemkot Depok. Menurut dia, revitalisasi trotoar yang dimulai di Jalan Margonda Raya menunjukkan upaya pemerintah untuk menyediakan hak-hak pengguna jalan.
Terkait pelibatan publik, ia menjelaskan, pemerintah telah menyosialisasikan kebijakan revitalisasi dengan warga melalui pemberitahuan kepada masyarakat setempat di area pembangunan. Selain itu, pemerintah juga terus bekerja sama dengan lembaga riset dan lembaga wadah pemikir untuk menyusun kebijakan yang tepat.
”Selanjutnya, bersama DPUPR, akan ada revitalisasi trotoar di beberapa jalan di Depok, seperti Jalan Komjen Yasin dan Jalan Grand Depok City,” ujar Eko.