Luasnya Penyebaran Pengungsi, Tantangan bagi Tenaga Kesehatan
Sebanyak 3.175 tenaga kesehatan dari berbagai disiplin ilmu disebar ke 194 lokasi pengungsian di delapan kecamatan. Luasnya wilayah terdampak dan sebaran pengungsi gempa menjadi tantangan mereka.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Ribuan tenaga kesehatan membantu pemulihan warga pengungsi setelah gempa Cianjur bermagnitudo 5,6. Luas dan banyaknya pengungsi yang menyebar menjadi tantangan dalam penanganan kesehatan sejauh ini.
Sebanyak 3.175 tenaga kesehatan dari berbagai disiplin ilmu disebar ke 194 lokasi pengungsian di delapan kecamatan, meliputi Kecamatan Pacet, Cugenang, Gekbrong, Warungkondang, Mande, Cilaku, Cibeber, dan Cianjur.
Selasa (29/11/2022), tenaga kesehatan itu diberangkatkan ke berbagai lokasi penugasan. Salah satunya, Weni Andriani, bidan dari Puskesmas Kademangan, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Hari ini ia bersama tim berangkat ke Desa Sukamulya, Kecamatan Karangtengah.
Ia dan tim membantu pelayanan kesehatan ibu dan anak beberapa hari terakhir. Beberapa tantangan dihadapi dalam memberikan pelayanan kepada warga yang mengungsi.
”Mayoritas pengungsi tidak di satu posko. Tantangannya dengan medan seperti ini apalagi hujan kita jadi lebih ekstra. Beda kalau pengungsi ditaruh di satu posko,” ujarnya saat ditemui di Kantor Bupati Cianjur.
Berdasarkan data Klaster Kesehatan Penanganan Gempa Bumi Kabupaten Cianjur, sampai Senin (28/11/2022), ada 100.330 warga yang mengungsi di 204 lokasi pengungsian, di 151 desa terdampak. Penyakit yang paling banyak dialami pengungsi dari hasil pemeriksaan di pos kesehatan dan puskesmas, per Minggu (27/11/2022), adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), gastritis, hipertensi, diare, dan diabetes.
Penyakit yang muncul di pengungsian menjadi tantangan lainnya bagi tenaga kesehatan. Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, petugas kesehatan yang tergabung dalam tim sanitarian kini melaksanakan pengambilan dan pemeriksanaan kualitas air di 20 lokasi pengungsian.
”Selain itu, pemantauan jentik dan pengasapan turut dilakukan di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang. Guna mendukung pelayanan gizi di lokasi pengungsian, telah dibuka dapur Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) di 2 lokasi, yaitu Kecamatan Cugenang dan Warungkondang,” tuturnya dalam keterangan tertulis hari ini.
Pelayanan kesehatan secara intensif juga diberikan kepada kelompok ibu hamil dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Imbauan dan edukasi terkait promosi Kesehatan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) juga terus dilakukan oleh sukarelawan kesehatan di tiap lokasi pengungsian.
”Aktivitas pelayanan kesehatan yang dinaungi oleh Kementerian Kesehatan ini telah melakukan pengamatan dan pendataan untuk mencegah penyakit atau wabah serta penyerahan logistik kesehatan ke dinas terkait,” imbuhnya.
Ada masalah air bersih, kemudian belum traumanya. Ini yang perlu kita tindaklanjuti. Kita akan lihat, kalau daerah bisa dilepas, ya, kita selesaikan. Kalau tidak kita dampingi terus. (Kartini Rustandi)
Di samping itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur telah melakukan rapid health assessment, melakukan mobilisasi untuk memberikan pelayanan kesehatan di beberapa lokasi pengungsi. Mereka juga melakukan pendataan ketersediaan obat, kelompok rentan, dan tren penyakit di pengungsian.
Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kartini Rustandi, yang memantau layanan kesehatan di lapangan, hari ini, mengatakan, Kemenkes perlahan mulai melepas penanganan kesehatan sepekan setelah kejadian gempa.
”Tapi, kita tetap memantau kesehatan masyarakat karena kesehatan masyarakat tidak cepat terselesaikan. Ada masalah air bersih, kemudian belum traumanya. Ini yang perlu kita tindaklanjuti. Kita akan lihat, kalau daerah bisa dilepas, ya, kita selesaikan. Kalau tidak kita dampingi terus,” katanya.