Berdasarkan data BNPB, jumlah anak korban gempa Cianjur mencapai 51 orang yang berusia di bawah 15 tahun. Basarnas mencatat, dari 39 korban hilang, lima orang adalah anak-anak.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·3 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Situasi SDN Sukamaju I, Kampung Pangkalan, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang rusak berat akibat gempa, Kamis (24/11/2022).
CIANJUR, KOMPAS — Hingga saat ini 34 persen atau 51 dari 165 korban gempa Cianjur, Jawa Barat, yang teridentifikasi adalah anak-anak. Tingginya angka ini karena saat gempa, anak-anak berada di dalam gedung sekolah.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, 34 persen korban gempa Cianjur, Jawa Barat, yang telah teridentifikasi adalah anak-anak. Hingga Kamis (24/11/2022), dari 165 jenazah yang telah teridentifikasi, 51 adalah anak.
”Per hari ini total yang telah dievakuasi 272 orang dan 165 jenazah telah diidentifikasi. Untuk perkembangan jumlah korban anak di bawah 15 tahun tidak bertambah dari kemarin, yaitu 51 anak,” katanya di Kantor Bupati Cianjur, Jawa Barat.
Abdul menjelaskan, berdasarkan usia, kelompok yang rentan terdampak saat terjadi bencana, khususnya gempa bumi, adalah anak-anak dan warga lansia. Waktu terjadinya bencana juga menentukan probabilitas keparahan dan jumlah korban pada kelompok usia ini. Kedua hal ini berkaitan dengan kemampuan anak-anak dan warga lansia menyelamatkan diri.
”Ketika gempa terjadi siang biasanya banyak korban adalah anak-anak karena mereka sedang di dalam gedung sekolah. Lain hal ketika mereka bermain di luar sore hari, justru biasanya warga lansia terdampak parah pada waktu ini karena mereka berada di dalam rumah. Adapun ketika kejadian gempa malam, korban berasal dari semua kelompok usia,” kata Abdul.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Salah satu buku rencana pelaksanaan pembelajaran di SDN Sukamaju I, Kampung Pangkalan, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, di antara puing-puing kerusakan akibat gempa, Kamis (24/11/2022).
Liaison Officer Badan Pencarian dan Pertolongan (SAR) Nasional Gempa Cianjur Joshua Banjarnahor memaparkan, dari 39 korban yang dilaporkan hilang, lima di antaranya anak-anak. Usia anak yang belum ditemukan ini dari 1 hingga 15 tahun.
”Hingga saat ini kami masih mencari orang hilang yang dilaporkan ke BNPB. Semua yang terlaporkan kami cari dengan menyeluruh dengan proses yang sama,” kata Joshua.
Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang melakukan penilaian kerusakan sekolah. Penilaian ini akan dilaksanakan secepatnya agar hasilnya juga keluar segera.
Kepala BNPB Suharyanto memaparkan, 6.000 orang telah dikerahkan untuk mencari korban yang hilang. Jumlah ini merupakan gabungan dari BNPB, tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, hingga sukarelawan dari berbagai kementerian.
”Saat ini kami sedang mencari 39 korban hilang. Sebanyak 32 orang merupakan warga Cijendil, Cugenang, sedangkan tujuh lainnya merupakan warga yang melintas di area itu ketika terjadi gempa,” kata Suharyanto.
Kerusakan sekolah
Berdasarkan data BNPB, hingga saat ini 31 sekolah hancur di seluruh Cianjur dari berbagai tingkatan, termasuk pesantren. Untuk penilaian jenis kerusakannya, Abdul menjelaskan, saat ini pemerintah sedang melakukan penilaian.
”Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang melakukan penilaian kerusakan sekolah. Penilaian ini akan dilaksanakan secepatnya agar hasilnya juga keluar segera,” ujar Abdul.
Abdul menjelaskan, perintah Presiden Joko Widodo mengutamakan rehabilitasi konstruksi rumah penduduk yang rusak akibat gempa. Hal ini dilakukan agar warga tidak terlalu lama bertahan di tenda pengungsian dan segera bisa kembali ke rumah.