Bantuan Tenda dan Kebutuhan Kelompok Rentan Mendesak
Korban gempa Cianjur masih membutuhkan bantuan berupa tenda, terpal, dan selimut. Selain itu, kelompok rentan juga mengeluhkan minimnya bantuan khusus untuk mereka.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·3 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Korban gempa di Cianjur, Jawa Barat, masih memerlukan beberapa barang kebutuhan mendesak, seperti tenda, terpal, selimut, tikar, kebutuhan perempuan dan anak, alat penerangan, serta makanan siap saji. Beberapa bantuan telah didistribusikan, tetapi tidak merata.
Beberapa tenda pengungsian di Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, pada Kamis (24/11/2022) telah mendapatkan bantuan selimut dan tenda yang memadai. Tenda-tenda yang berada di pinggir jalan ini disekat-sekat dengan selimut dan bantal untuk setiap penghuninya. Beberapa tenda bahkan memiliki dapur sendiri dengan sayur-sayuran tergeletak di meja.
Namun, beberapa tenda pengungsi yang letaknya cukup jauh dari jalan belum mendapat bantuan serupa. Afis Nafisa (40), warga RT 003 RW 004 Gasol, mengaku telah meminta bantuan tenda ke posko terdekat. Namun, hingga saat ini ia belum mendapatkannya.
”Kami kekurangan tenda, hanya ada satu dari Kementerian Sosial (Kemensos), satunya dari terpal. Dua tenda ini menampung 30 orang, 12 di antaranya anak-anak, tetapi kami tidak memiliki selimut yang cukup. Kasur yang layak pun hanya ada satu, tetapi sedang dijemur karena kemarin kehujanan,” ujar Afis.
Dua tenda yang didirikan oleh keluarga Afis dan delapan keluarga lain berjarak sekitar 60 meter dari jalan. Lokasinya sebenarnya cukup terlihat dari jalan meskipun aksesnya melalui jalan setapak. Di beberapa sisi terpal banyak lubang yang menyebabkan kebocoran saat hujan.
Tidak hanya kebutuhan untuk bersama, kebutuhan khusus untuk perempuan dan anak juga masih sulit didapatkan. Sadiah (20), yang berada di tenda yang sama dengan Afis, mengatakan, hingga saat ini ia kesulitan mendapatkan pembalut. Ia juga membutuhkan celana dalam bersih karena tidak banyak pakaian yang bisa diselamatkan dari puing-puing rumahnya yang hancur akibat gempa pada Senin (21/11) lalu.
Serupa dengan Saidah, Siti Maimunah (18), warga RT 003 RW 004 Gasol, mengaku, para perempuan di tendanya memotong sarung untuk dijadikan pembalut. Mereka kemudian mencuci, mengeringkan, dan menggunakannya lagi. Padahal, saat ini tendanya sedang kesulitan deterjen dan tidak banyak uang yang tersisa.
”Di sini juga ada empat anak-anak yang membutuhkan susu formula. Salah satu anak balita membutuhkan susu formula karena baru saja operasi bibir sehingga masih susah minum air susu ibu,” ujar Siti yang juga berusaha mengumpulkan bantuan dari guru dan teman-temannya di wilayah lain.
Analisis Kebencanaan Ahli Muda Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Usep Supdana mengakui, hingga saat ini pasokan logistik untuk kelompok rentan memang tidak sebanyak bantuan kebutuhan pokok. Hal ini termasuk pembalut untuk perempuan dan susu formula untuk bayi.
”Salah satu yang menyulitkan penyediaan dan distribusi karena belum ada data yang spesifik kelompok rentan, seperti jumlah bayi dan lansia yang saat ini tinggal di tenda pengungsian,” ujar Usep, yang bertugas mendampingi penerimaan bantuan logistik, mengawasi gudang, hingga pendistribusian bantuan gempa Cianjur.
Beberapa warga telah mengeluhkan perizinan yang berbelit-belit karena harus menghubungi pihak RT dan RW agar bisa mengajukan bantuan ke camat.
Saat ini, BPBD Jawa Barat dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki prosedur standar operasi (SOP) dalam pengelolaan logistik bencana gempa di Cianjur. SOP ini mengatur cara masyarakat mengajukan permohonan bantuan.
Langkahnya ialah diajukan ke camat masing-masing untuk diajukan kepada BPBD pada pukul 08.00-12.00 WIB. Setelah diajukan, bantuan ini akan diverifikasi oleh BPBD Jawa Barat dan akan disalurkan melalui kepolisian sektor (polsek) setiap kecamatan.
Menanggapi hal ini, Kepala BNPB Suharyanto mengatakan, dirinya akan kembali mengevaluasi sistem ini. ”Tadi saat evaluasi, semua camat mengatakan distribusi bantuan logistik berjalan lancar. Namun, kami juga akan menampung aspirasi masyarakat dan menjadikannya bahan evaluasi,” ujarnya.