Hari ini sebagian murid SDN Pondok Cina 1 masuk belajar ke dua sekolah lain. Hal ini karena sekolah mereka akan dialihfungsikan menjadi bangunan masjid. Masih ada sebagian murid yang tetap bertahan di sekolah tersebut.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·4 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Di tengah kisruh persoalan alih fungsi lahan Sekolah Dasar Negeri Pondok Cina 1 yang akan dibangun masjid, sudah ada orangtua memindahkan 99 murid ke sekolah lain mengikuti aturan dari Dinas Pendidikan Kota Depok, Jawa Barat. Sebagian orangtua lain bertahan di SDN Pondok Cina 1 sembari menuntut kejelasan relokasi dan dialog dengan Pemerintah Kota Depok.
Pada Kamis (17/11/2022), 99 murid SDN Pondok Cina 1 mulai bersekolah di SDN Pondok Cina 3 dan SDN Pondok Cina 5. Pelaksana Tugas Kepala Sekolah SDN Pondok Cina 1 Sri Widayati mengungkapkan, ada 26 muridnya mengikuti kegiatan belajar di SDN Pondok Cina 5. Adapun 73 murid lainnya hadir di SDN Pondok Cina 3. Jumlah seluruh murid SDN Pondok Cina 1 sendiri adalah 362 anak, berarti masih ada 263 murid yang belajar tanpa guru di sekolah tersebut.
”Orangtua murid mulai menyetujui anaknya masuk ke SDN Pondok Cina 3 dan SDN Pondok Cina 5 karena sebentar lagi anak akan menghadapi ulangan akhir semester. Guru-guru juga ada yang membujuk agar orangtua lain menyetujui agar anaknya belajar di sekolah-sekolah ini. Soalnya kalau bangunan baru, masih harus menunggu anggaran dan pembangunan,” ujarnya ketika dihubungi Kompas.
Sri menjelaskan, guru-guru tidak hadir di SDN Pondok Cina 1 karena mengikuti arahan dari Dinas Pendidikan (Disdik) melalui surat edaran 3 November yang lalu. Dalam aturan tersebut dijelaskan mengenai arahan agar mulai 14 November 2022, murid sekolah tersebut akan dipindahkan ke SDN Pondok Cina 3 dan SDN Pondok Cina 5 dengan mengikuti waktu belajar yang ditentukan.
Untuk diketahui, jarak SDN Pondok Cina 1 dengan SDN Pondok Cina 3 sekitar 40 meter. Sementara dari SDN Pondok Cina 1 ke SDN Pondok Cina 5 sekitar 600 meter. Ketiga sekolah tersebut berada di Kecamatan Beji, Depok.
Salah seorang wali murid, ketika dijumpai di SDN Pondok Cina 3, mengatakan, dirinya sudah mengantar anaknya belajar di sekolah tersebut sejak Rabu (16/11/2022). Orangtua yang tidak mau disebutkan namanya ini mengaku, anak yang sekarang berada di kelas lima sudah ketinggalan materi pelajaran, terutama matematika. Ia khawatir materi yang diajarkan orangtua di SDN Pondok Cina 1 tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya.
Sebelumnya, semenjak guru-guru tidak datang mengajar di SDN Pondok Cina 1, para orangtua tetap mengadakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah dengan mengambil alih tugas mengajar. Hingga Kamis (17/11/2022), orangtua masih mengadakan kelas untuk anak-anak mereka dengan menggunakan materi yang dikirimkan beberapa guru lewat komunikasi daring.
Selain itu, beberapa orangtua masih melakukan unjuk rasa tuntutan demi kejelasan relokasi sekolah mereka. Mereka tidak menolak alih fungsi lahan sekolah menjadi bangunan masjid, yang mereka tuntut adalah peleburan SDN Pondok Cina 1 dengan sekolah lain serta penundaan proses alih fungsi sebelum ada bangunan sekolah yang baru.
Masalah dari alih fungsi ini adalah masalah orang dewasa yang dampaknya merugikan pendidikan anak.
Hendri Isnanto (40), salah satu orangtua murid SD Negeri Pondok Cina 1 yang masih bertahan di sekolah tersebut, mengatakan, orangtua masih menuntut kejelasan relokasi sekolah anak-anak mereka. Masalahnya, belum ada dialog pemerintah bersama orangtua murid untuk membahas hal tersebut. Ia sendiri tidak lagi percaya dengan janji yang disampaikan pemerintah mengenai penyediaan lahan dan bangunan baru untuk sekolah mereka.
”Kalau cuma bicara rencana, itu hanya omongan, hanya janji. Harus ada komitmen konkret, jangan sampai janji itu diingkari nanti. Harus ada komitmen berupa surat keputusan supaya ada legitimasi hukum. Biar ke depannya, orangtua bisa menagih janji di kemudian hari secara jelas,” ujar Hendri.
Ia menanggapi pernyataan Wali Kota Depok Mohammad Idris, Rabu (15/11/2022), yang mengatakan, pemerintah tengah merencanakan untuk membeli lahan dan menyediakan bangunan baru bagi SDN Pondok Cina 1. Idris menjelaskan, murid SDN Pondok Cina 1 hanya akan menumpang sementara di sekolah lain hingga bangunan sekolah baru mereka selesai. Namun, belum jelas kapan dan di mana sekolah tersebut akan dibangun.
Peneliti Lembaga Pengembangan Insani, Asep Sapa'at, mengatakan, masalah dari alih fungsi ini adalah masalah orang dewasa yang dampaknya merugikan pendidikan anak. Menurut dia, pengajaran yang dilakukan orangtua murid di sekolah bisa jadi salah satu cara agar anak tetap mendapatkan pendidikan, tetapi hal ini dibatasi oleh kompetensi orangtua dalam mengajar. Di sisi lain, solusi pemerintah untuk meleburkan murid SDN Pondok Cina 1 ke sekolah lain mestinya dilakukan dengan mempertimbangkan tuntutan orangtua.
”Ini adalah masalah orang-orang dewasa yang kemudian membuat anak menjadi korban. Karena masing-masing pihak belum menemukan kesepahaman, akhirnya anak yang jadi korban. Pemerintah dalam memutuskan aturan, terutama yang berkaitan dengan pendidikan anak, harus juga mempertimbangkan perspektif orangtua,” ujarnya.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Jasra Putra, mengatakan, solusi yang tepat adalah dengan mengikutsertakan orangtua dalam perencanaan relokasi. Sembari menunggu itu, siswa siswi perlu segera kembali belajar normal dengan guru.