Dari Sistem Kanal Bertransformasi Menjadi Trem dan Kini MRT
Munculnya kembali rel trem yang dibangun lebih dari 100 tahun silam saat proses pembangunan MRT menguak perjalanan dan transformasi pembangunan sistem transportasi publik di Jakarta.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·5 menit baca
Melihat kesibukan pekerja di area penggalian arkeologi yang terletak di depan Halte Central Bus Harmoni, Rabu (16/11/2022), mata seketika membelalak. Permukaan aspal jalan yang sudah dibuka memperlihatkan jalur rel trem tua.
Para pekerja di lokasi itu sibuk membersihkan cekungan-cekungan rel dari aspal, membersihkan dan memindahkan batu-batu yang menutupi bentangan rel, hingga di sudut lainnya. Mesin ekskavator disiagakan untuk pekerjaan penggalian itu.
Saat proses penggalian, diketahui rel trem itu ada di 27 meter di bawah permukaan aspal pelapis jalan. Bentang yang ditemukan sepanjang 1,4 km tepatnya di proyek contract package atau paket kontrak (CP) 202 Fase 2A MRT Jakarta yang akan membangun jalur MRT dari Harmoni ke Mangga Besar. Sebelum ini, tim MRT Jakarta juga menemukan adanya rel trem di proyek CP 203 dari Glodok ke Kota.
Melongok ke struktur rel yang masih dalam kondisi bagus, juga bantalan kayu yang masih utuh meski sudah lama terpendam, ahli arkeologi dari Universitas Indonesia yang juga anggota tim arkeologi MRT Jakarta, Charunia Arni Listiya di lokasi penggalian menjelaskan, hasil penggalian itulah yang akan diidentifikasi dan didata serta didokumentasikan. Setelahnya dilakukan upaya pelestarian.
Menurut Charunia, bentangan rel trem itu merupakan bagian dari rute pertama trem. Rute itu terbentang dari Kota Tua menuju Harmoni, kemudian nantinya terus ke Jalan Meester Cornelis yang sekarang Jatinegara.
Rel trem itu memang merupakan peninggalan sistem transportasi tua di Jakarta. Namun sebelum ada trem, di belahan utara Jakarta, sudah ada sistem transportasi yang memanfaatkan aliran sungai dan kanal.
Norviadi Setio H, Kepala Bidang Perlindungan Kebudayaan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dalam Forum Jurnalis MRT Jakarta akhir September 2022 silam menjelaskan, pembangunan MRT Jakarta fase 2A, membuka lebih lebar sejarah Jakarta, khususnya transportasi umum. Di masa VOC, Kota Batavia dibangun dan memiliki sistem transportasi sendiri.
Pada saat itu, sistem transportasi yang dibangun adalah melalui sistem air sehingga di area Kota Tua waktu itu banyak dibangun kanal-kanal. Itu membuat ketika kapal-kapal besar dari Belanda berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa, akan ada kapal-kapal kecil yang mengangkut komoditas atau usaha dagang dari area dalam kota tua ke kapal besar itu.
Kapal-kapal kecil itu akan masuk ke jalur-jalur air itu sampai ke Pintu Kali Besar Timur, Kali Besar Barat. Setelah komoditas terkumpul, kapal besar akan bertolak kembali ke tempatnya atau ke negara asalnya.
Dalam perkembangan, setelah masa VOC, Pemerintah Hindia - Belanda kemudian membangun jalur rel trem di Batavia yang kini berada di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Dibangun pada 1869, sistem transportasi trem yang diperkenalkan adalah sistem trem yang ditarik dengan kuda.
Ahli arkeologi nasional yang juga tim arkeologi MRT Jakarta Junus Satrio Atmodjo secara terpisah menjelaskan, trem merupakan sistem angkutan yang sudah dikenal di Eropa. Namun, di zaman itu bahkan di negeri Belanda belum ada.
Trem-trem yang ditarik dengan kuda itu beroperasi beberapa tahun lantaran banyak kuda mati karena beban yang terlalu berat.
Di lokasi penggalian, Listiya menjelaskan, trem yang ditarik kuda biasanya terdiri atas dua atau tiga gerbong. Kuda penariknya antara dua atau empat ekor kuda. Dengan beban yang begitu berat, banyak kuda yang mati.
Dengan ditarik kuda, wajah kota juga tidak bersih karena kuda membuang kotoran sembarangan di sepanjang jalur rel. Dari sana, kemudian diperkenalkan trem yang digerakkan dengan uap.
Yang kita lihat sekarang adalah sisa dari rel trem listrik, bukan rel trem uap, bukan rel trem tenaga kuda. Tapi ketika di Pintu Besar Selatan, kami menemukan bekas-bekas tapal kuda juga
Trem uap mulai dioperasikan pada 1881. Energi uap ini berasal dari kanister. “Tetapi ini seperti bom waktu karena sering meledak. Kanister kadang bocor, meledak, membuat orang mati,” kata Junus.
Trem uap tersebut kemudian diganti dengan trem listrik pada 1885. Listiya menyebutkan, elektrifikasi trem selesai pada 1934.
“Yang kita lihat sekarang adalah sisa dari rel trem listrik, bukan rel trem uap, bukan rel trem tenaga kuda. Tapi ketika di Pintu Besar Selatan, kami menemukan bekas-bekas tapal kuda juga,” ujar Listiya.
Jalur yang dilayani trem tua itu juga meluas seiring jumlah keterangkutan orang atau ridership. Awalnya Jakarta Kota - Harmoni, kemudian meluas ke arah Jatinegara bahkan ke Kampung Melayu.
Charunia menambahkan, seiring perkembangan angkutan, jalur rel trem malah diputuskan untuk ditutup. Selain menimbulkan kemacetan dan sering terjadi kecelakaan, penutupan juga dilakukan saat Indonesia bersiap menjadi tuan rumah Asian Games pada 1963.
“Trem itu mulai diputuskan untuk ditiadakan sekitar tahun 1950-an. Trem betul-betul tidak ada di tahun 1963 ketika persiapan Asian Games,” imbuh Charunia.
Penutupan jalur trem tidak dilakukan pembongkaran. Namun, bentangan rel trem langsung ditimpa dengan lapisan aspal.
Terjadi perubahan kehidupan budaya masyarakat Jakarta. Sejak jalan hanya dilalui kendaraan darat hingga nantinya hadir kendaraan yang bergerak di bawah tanah
Sebagai moda transportasi publik, trem tersebut sudah mengisi kebutuhan angkutan umum perkotaan berbasis rel yang pertama di Indonesia. Trem juga mengubah sistem transportasi di Batavia, dari sebelumnya sistem air menjadi angkutan permukaan di darat.
Norviadi menambahkan, perubahan itu menunjukkan adanya evolusi peradaban sistem transportasi. Evolusi itu kian ditegaskan dengan segera hadirnya MRT Jakarta fase 2A di 2025 dan 2027 mendatang.
Sama-sama sebagai transportasi umum berbasis rel. Namun MRT fase 2A akan berada di bawah tanah, menembus perut Jakarta dari sisi selatan mulai dari Bundaran HI menuju Kota.
“Terjadi perubahan kehidupan budaya masyarakat Jakarta. Sejak jalan hanya dilalui kendaraan darat hingga nantinya hadir kendaraan yang bergerak di bawah tanah,” kata Norviadi.