Tim Labfor Kembali Selidiki Rumah Keluarga Tewas Misterius di Kalideres
Tim Laboratorium Forensik Polda Metro Jaya melanjutkan penyidikan kasus kematian misterius satu keluarga di Kalideres. Mereka mengumpulkan sejumlah barang untuk diteliti.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim Laboratorium Forensik atau Labfor Polda Metro Jaya bersama Polres Metro Jakarta Barat melanjutkan penyelidikan di rumah keluarga yang tewas secara misterius di Kalideres. Hasil penyelidikan dari tim Labfor dibutuhkan untuk mengetahui penyebab pasti kematian keluarga itu.
Minggu (13/11/2022) pukul 12.00 hingga pukul 12.30, tiga mobil yang ditumpangi tim Labfor bersama penyidik dari gabungan Polda Metro Jaya bersama Polres Metro Jakarta Barat datang ke kompleks Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat. Mereka melakukan penyelidikan lanjutan di RT 007 RW 015, tepatnya di rumah blok AC5/7 yang merupakan tempat tinggal satu keluarga yang tewas secara misterius.
Sekitar pukul 13.00, tim Labfor terlihat selesai mengumpulkan sejumlah barang bukti yang ditemukan dalam rumah. Mereka memasukkan sebagian barang dalam kotak plastik berwarna putih dan sebagian lagi dalam kantong-kantong plastik.
Ketika ditanya oleh wartawan terkait barang-barang yang dikumpulkan, pihak kepolisian tersebut menolak memberikan keterangan. Mereka mengimbau agar menunggu hasil laboratorium yang nanti akan diumumkan dalam waktu yang tak disebutkan.
Secara terpisah, Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Hengki Haryadi, di Jakarta, Minggu, mengatakan, polisi melakukan penyidikan secara induktif dan deduktif guna mencari penyebab kematian yang akurat.
”Kami sedang menunggu hasil dari kedokteran forensik ataupun laboratorium forensik, toksikologi, dan histopatologi mengenai sebab-sebab kematian secara akurat,” ujarnya (Kompas.id, 13 November 2022).
Satu keluarga yang ditemukan tewas tersebut adalah pasangan suami istri RG (71) dan MG (68); DF (42), anak perempuan mereka; serta BG (69), adik laki-laki RG. Jasad mereka ditemukan warga pada Kamis (10/11). Jasad RG dan MG sudah mengering saat ditemukan, sedangkan BG dan DF dalam kondisi berair. Saat ditemukan di kediaman mereka, jasad RG berada di kamar belakang, BG di ruang tamu, sedangkan MG dan DF di kamar depan.
Rumah korban memiliki pagar berterali warna merah bata setinggi lebih dari 2 meter. Kini, ada garis polisi berwarna kuning melintang di tengah pagar tersebut. Sebelumnya, pagar hanya tertutup dengan fiber plastik sekitar 1,5 meter dari bawah, menyisakan bukaan di atas pagar. Bagian atas pagar tersebut telah tertutup rapat dengan plastik bening sehingga menjadi sulit untuk melihat ke dalam rumah.
Kami menunggu hasil dari kedokteran forensik ataupun laboratorium forensik, toksikologi, dan histopatologi mengenai sebab-sebab kematian secara akurat.
Rumah itu memiliki ukuran kira-kira 6 meter x 15 meter. Di sebelah kanan rumah ini berdempetan dengan jajaran rumah tetangga dengan ukuran yang lebih kurang sama. Hampir setiap rumah di sekeliling rumah tersebut juga tertutup rapat dengan pagar teralis. Di samping kiri rumah tersebut ada rumah yang akan dijual. Sebelumnya, warga menduga rumah milik RG juga akan dijual karena terlihat kosong beberapa bulan belakangan.
Dari depan rumah itu masih tercium bau menyengat yang bercampur dengan disinfektan dan aroma bubuk kopi. Ini karena pihak kelurahan telah melakukan sterilisasi, bersamaan dengan penutupan plastik di pagar dan jendela rumah tersebut pada Sabtu (12/11/2022) malam. Melihat ke dalam rumah dari celah pagar, jendela-jendela bagian depan rumah juga ditutupi oleh plastik.
Tepat di samping rumah rumah tersebut adalah kediaman milik Ibu Tio Siu Hoa (58). Tio adalah tetangga yang pertama melaporkan bau menyengat pada ketua RT setempat.
Menurut dia, sebelum mayat diambil oleh pihak kepolisian, bau menyengat tercium hingga ke dalam kamarnya. Ia sampai harus memasang kipas angin untuk mendorong aroma bau itu keluar.
Sekarang bau tersebut mulai berkurang. Namun, Tio masih terganggu dengan sisa-sisa bau sehingga ia harus menyemprot sekitar rumahnya dengan semprotan antiserangga dengan harapan bau menyengat tertutup oleh bau semprotan tersebut.
”Sekarang sudah tidak terlalu bau lagi, tetapi saya harus tetap nyalakan kipas angin untuk dorong keluar baunya,” ujarnya.
Ketua RT 007 RW 015 Kelurahan Kalideres Tjong Tjie Kian atau Asiung mengatakan, keluarga tersebut terkenal tertutup dan jarang bersosialisasi. Mereka jarang ikut serta dalam kegiatan lingkungan tetangga dan tidak partisipatif dalam kelompok jejaring media sosial rukun warga.
”Biasanya kalau kegiatan peribadatan harusnya terlihat kan kalau pergi ke rumah ibadah. Tapi saya jarang melihat mereka (berangkat beribadah),” ujarnya.
Asiung terakhir kali bertemu pihak keluarga tiga bulan yang lalu. Setelah itu, ia hanya berinteraksi dengan keluarga melalui aplikasi jejaring media sosial. Dalam pembicaraan terakhir melalui kontak daring,Asiung mengingatkan pesan tagihan listrik yang dititipkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk disampaikan kepada keluarga tersebut.