Hubungan Renggang Keluarga yang Tewas di Kalideres
Kematian satu keluarga di rumah mereka di Kalideres, Jakarta Barat, masih menyisakan misteri. Pihak keluarga besar menyebut keluarga itu sudah jarang berkomunikasi.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pihak kerabat dari satu keluarga yang ditemukan tewas di rumahnya di Kalideres, Jakarta Barat, memberikan keterangan lanjutan di Polsek Kalideres, Sabtu (12/11/2022). Berdasarkan keterangan kerabat, hubungan keluarga korban dengan keluarga besar mulai renggang sejak kepindahan mereka sekitar 20 tahun silam.
Kerabat korban itu adalah pasangan suami-istri, Handoyo (64) dan Ris Astuti (64). Ris Astuti adalah adik kandung RN (68). RN ditemukan tewas bersama suaminya, RY (70), dan anak perempuan mereka, DF (42), serta BG (69), adik laki-laki RY. Keempat korban ditemukan pada Kamis (10/11/2022) di rumah mereka di kompleks Citra Garden 1, Kelurahan Kalideres, Kecamatan Kalideres.
Handoyo dan Ris menemui Kepala Polsek Kalideres Ajun Komisaris Syafri Wasdar untuk memberikan keterangan sekaligus mengurus surat izin pengambilan jenazah keluarga. ”Mereka menyampaikan bahwa keluarga ini (korban) terkesan menjauhkan diri dari keluarga inti. Komunikasi terakhir via telepon itu sudah lebih dari satu tahun lalu dan hanya sebatas mengucapkan selamat ulang tahun,” kata Syafri saat ditemui awak media di Kantor Polsek Kalideres.
Dari keterangan warga dan Ketua RT 007 RW 015 Kelurahan Kalideres, Syafri menambahkan, satu keluarga yang tewas itu juga tidak pernah bersosialisasi dengan warga lain. Keterangan tersebut diperkuat dengan keterangan Handoyo dan Ris Astuti.
Sebelumnya, polisi menemukan serbuk bedak bayi dan kapur barus di lokasi kejadian. Syafri mengatakan, menurut dokter forensik, secara umum kedua barang tersebut bisa digunakan untuk menyerap bau.
Terkait penyebab kematian, kepolisian masih mendalaminya karena dokter forensik belum bisa memastikan waktu kematian korban. Menurut dokter forensik, kata Syafri, jenazah yang dalam kondisi meninggal seperti itu memang tidak ada makanan yang masuk dalam dua hari atau lebih.
”Kelaparan bukan berarti tidak ada makanan, tapi keluarga itu tertutup sehingga tidak ada yang tahu kalau dia kekurangan makanan,” ucap Syafri.
Dari tujuh bersaudara di keluarga besar, Ris Astuti merupakan anak keenam dan RN adalah anak keempat. Menurut Ris, hubungan antara keluarga RN dan keluarga besarnya mulai merenggang sejak mereka pindah ke kompleks Citra Garden 1 dari Gunung Sahari, Jakarta Pusat.
”Begitu pindah rumah dari Gunung Sahari, keluarga korban sudah jarang berkontak dengan keluarga besar. Kalau ada acara keluarga, misalnya, kesusahan atau pernikahan, mereka enggak pernah datang,” ucap Handoyo.
Adik ipar korban yang tinggal di Bekasi itu mengaku telah 20 tahun lebih tidak berkomunikasi dengan keluarga korban. Terakhir kali, korban berkomunikasi dengan Ris Astuti untuk mengucapkan ulang tahun sekitar dua tahun lalu. ”Terus terang, kami kaget, ya. Kami tidak menyangka karena sudah sekian lama tidak berkomunikasi. Tiba-tiba, kami mendapat berita seperti itu,” kata Handoyo.
Sebelum peristiwa itu mencuat di media, Ris Astuti telah menerima kabar tersebut dari kakak ketiganya yang tinggal di Gunung Sahari. Kakak Ris mendapatkan kabar tersebut dari adik Asiung, Ketua RT 007 RW 015, Kelurahan Kalideres, yang tinggal di kawasan itu.
Salah satu perilaku RN yang masih diingat oleh Ris Astuti adalah ketika ada teman lelaki DF datang. RN kerap tidak memperbolehkannya masuk ke dalam rumah. Ketika masih tinggal di Gunung Sahari, keluarga RN tinggal bersama dengan orangtuanya atau berada di belakang rumah kakaknya.
Kondisi perekonomian keluarga RN pun dinilai berkecukupan dan tidak pernah mengeluhkan ada kesulitan ekonomi. Sebelumnya, berdasarkan pengakuan Ris Astuti, RN sempat menjadi penjual kue, sedangkan suaminya pernah bekerja di sebuah kantor.
Terkait dugaan tidak ditemukannya makanan di rumah sang kakak, Ris Astuti tidak mengetahui hal itu karena sudah lama tidak berkomunikasi. Padahal, sosok RN di keluarga besar dikenal sebagai orang yang senang bercanda dengan kakak-adiknya.
”Agak aneh juga rasanya, saya juga bingung. Misalnya, kalau dia (keluarga RN) kelaparan karena tidak ada makanan atau kekurangan biaya untuk makan, dia, kan, bisa mengontak ke keluarga,” ucap Ris Astuti.
Minimal interaksi sosial itu pada tetangga terdekat.
Setelah memberikan keterangan di Polsek Kalideres, pihak keluarga masih menunggu surat pengambilan jenazah dari kepolisian. Selanjutnya, keluarga berencana mengkremasikan jenazah para korban di Cilincing, Jakarta Utara, Senin (14/11/2022).
Interaksi sosial
Sementara itu, Wali Kota Jakarta Barat Yani Wahyu Purwoko datang ke Citra Garden 1 untuk melihat lokasi kejadian. Yani mengatakan, peristiwa di Kalideres itu menjadi pembelajaran bersama akan pentingnya interaksi sosial.
”Minimal interaksi sosial itu pada tetangga terdekat. Agama saja, kan, juga menekankan pentingnya silaturahmi. Oleh karena itu, saya mengharapkan tentunya bahwa peran ketua RT, ketua RW, juru pemantau jentik (jumantik), dan Dasawisma ini sangat penting, sangat vital sebetulnya,” kata Yani kepada awak media.
Yani menambahkan, diduga keluarga korban yang ditemukan tewas itu bisa jadi antisosial. Selain itu, masih ada juga stigma kuat di masyarakat bahwa di perumahan, khususnya di kompleks elite, interaksi sosial, kepedulian, serta kebersamaan antarwarga masih kurang.
Dalam kunjungannya tersebut, Yani juga menekankan kepada tiap kelurahan bahwa pemeriksaan jumantik tidak hanya sebagai program sanitasi masyarakat. Sebelumnya, keluarga korban sempat menolak kedatangan kunjungan jumantik pada bulan September.
”Jumantik juga sebagai salah satu sarana interaksi sosial dan meninjau bagaimana kondisi keluarga itu,” kata Yani.