Satu keluarga ditemukan tewas di rumah mereka. Warga sudah mencium aroma tidak sedap di lokasi kejadian sejak seminggu sebelumnya.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Empat orang ditemukan tewas di dalam kediaman mereka di kompleks Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat, pada Kamis (10/11/2022). Satu keluarga yang dikenal tertutup itu meliputi pasangan suami-istri RY (70) dan RN (68); DF (42), anak mereka; serta BG (69), adik RY. Polisi masih menyelidiki penyebab kematian korban.
Dari balik pintu pagar terali merah setinggi lebih dari 2 meter, lalat beterbangan dan aroma busuk masih tercium, Jumat (11/11/2022). Pintu pagar bernomor AC5/7 itu tertutup rapat oleh fiber plastik bermotif bambu dan hanya menyisakan celah di bagian atas sekitar 60 sentimeter. Garis polisi berwarna melintang di bagian tengah pagar tersebut.
Sebelumnya, Ketua RT 007 RW 015 Kelurahan Kalideres Tjong Tjie Kian atau Asiong pada Kamis sore menerima laporan dari warga bahwa ada bau tidak sedap dari rumah yang ada di depan tempat tinggalnya. Bersama sejumlah warga dan satpam kompleks, Asiong membobol gembok pagar besi rumah itu dengan linggis.
Setelah masuk ke rumah, Asiong yang melihat mayat dari balik jendela kamar depan rumah itu segera melaporkannya ke Polsek Kalideres, Jakarta Barat. Setengah jam kemudian, pihak Polsek Kalideres beserta Polres Jakarta Barat datang memeriksa.
Pintu kayu rumah tersebut juga terkunci. Polisi mendobrak pintu kayu tersebut dan menemukan empat mayat di tempat yang berbeda, yakni di kamar belakang, kamar tengah, dan kamar tamu.
Kepala Seksi Humas Polres Metro Jakarta Barat Komisaris Taufik Ikhsan mengatakan, setelah menerima laporan dari warga pada Kamis sekitar pukul 18.00, polisi datang ke lokasi kejadian dan menemukan empat mayat. Lalu, keempat mayat tersebut dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk pemeriksaan lebih lanjut.
”Perkembangan dari hasil pemeriksaan forensik, sementara korban meninggal kurang lebih tiga minggu yang lalu,” ucap Taufik saat dihubungi dari Jakarta.
Taufik menambahkan, berdasarkan keterangan dokter forensik, keempat korban meninggal pada waktu berbeda berdasarkan pembusukan. Dua mayat ditemukan dalam keadaan kering, yakni RY dan RN. Sementara dua yang lain dalam kondisi berair, yakni BG dan DF.
Selain itu, tim forensik tidak menemukan tanda kekerasan pada mayat tersebut. Namun, diduga para korban sudah tidak makan dan minum dalam waktu yang cukup lama karena lambung mereka kosong dan otot-otot mengecil.
Sekitar pukul 13.00, pihak Polsek Kalideres yang dipimpin oleh Kanit Reskrim Polsek Kalideres Ajun Komisaris Subartoyo melakukan pemeriksaan lanjutan di lokasi kejadian. Ketika ditanya awak media terkait hasil temuannya, Subartoyo menolak memberikan jawaban.
”Nanti saja ditunggu,” katanya dari dalam mobil yang langsung pergi.
Berdasarkan pengakuan Asiong, para penghuni rumah tersebut dikenal sangat tertutup. Bahkan, ia jarang melihat para penghuni keluar dari kediaman mereka. Asiong hanya sesekali berinteraksi dengan penghuni saat ada program sensus atau penyemprotan demam berdarah dengue.
Sebelumnya, Asiong menerima kabar dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kalideres bahwa pemilik rumah memiliki tagihan listrik pada Agustus. Kepada pihak PLN, korban sempat meminta PLN untuk memutuskan aliran listrik di rumahnya.
Lalu, pada 5 September, PLN memberikan keringanan pembayaran terhadap korban. Asiong pun menghubungi korban terkait adanya tagihan melalui pesan singkat.
Mau dijual (rumahnya)? ’Tidak, Om’ (jawab korban). Sudah begitu saja.
”Saat itu, saya kirim tagihan listrik melalui pesan singkat. Lalu, anaknya membalas, ’iya om, maaf saya sudah merepotkan, nanti saya kabari’. Dibayar itu tagihannya, tapi tanggal 27 Oktober, pihak PLN menghubungi lagi karena ada tagihan dan tidak ada balasan dari korban sehingga dilakukan pemutusan aliran listrik pada 9 November,” ucap Asiong.
Sekitar satu setengah bulan lalu asisten rumah tangga Asiong sempat melihat sejumlah perabotan dan kulkas milik korban diangkut ke mobil. Lalu, Asiong bertanya kepada anak korban.
”Mau dijual (rumahnya)? ’Tidak, Om’. Sudah begitu saja,” kata Asiong.
Selama puluhan tahun tinggal di kompleks itu, Asiong tidak pernah melihat sanak saudara korban mendatangi rumah itu. Namun, berdasarkan informasi, tambah Asiong, kakak RN yang tinggal di Yogyakarta akan datang ke rumah itu pada Sabtu (12/11/2022).
Dalam keseharian, Asiong juga kerap melihat RN dan DF beberapa kali pergi ke pasar menggunakan sepeda motor di pagi hari. Berdasarkan kartu keluarga yang ditunjukkannya, keempat korban tersebut berstatus sebagai karyawan swasta.
Selama tinggal lebih kurang 20 tahun di kompleks itu, Alvaro Roy (33), tetangga korban yang rumahnya hanya berjarak satu rumah, juga mengenal para penghuni tersebut sebagai orang yang tertutup. Kondisi rumah yang selalu tertutup rapat itu membuat para tetangga hampir tidak pernah melihat adanya aktivitas dari para korban.
Sejak seminggu lalu, Roy telah mencium aroma tidak sedap dari depan rumahnya. Semula ia mengira aroma tersebut berasal dari bangkai tikus.
”Akhirnya, warga pas lagi joging, komplain karena baunya semakin pekat. Lalu, warga bersama ketua RT mendobrak pintu pagar luar (saat itu dalam kondisi digembok). Begitu melihat ada mayat dari jendela, warga melapor ke Polsek Kalideres,” tutur Roy.
Dalam beberapa waktu terakhir, Roy justru mengira para penghuni tersebut telah pindah karena kondisi rumah yang gelap. Selain itu, Roy hanya pernah sekali bertegur sapa dengan salah satu penghuni.
Ratih (29), karyawan warung makan Roy, juga mengaku sempat melihat RN masuk ke kediamannya sekitar satu bulan lalu. Saat itu, korban yang mengenakan daster terlihat berjalan memasuki rumah sekitar pukul 14.00 siang.
Ari (29), kurir yang sering mengirimkan barang dari kompleks tersebut, pernah melihat salah satu korban keluar dari rumahnya. Saat itu, melalui pintu yang terbuka sedikit, korban keluar dari rumahnya untuk mengambil makanan dari ojek daring.