Sesosok Mayat Ditemukan di Aceh Timur, Diduga Korban Pembunuhan
Mayat laki-laki berusia 30 tahun hingga 40 tahun, setinggi 162 cm, mengenakan kaus Homeland Pekanbaru of Melayu Riau dan celana jins biru merek Pergio ditemukan di dalam karung di Sungai Peurelak, Aceh Timur.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
IDI, KOMPAS — Warga Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, dikejutkan dengan penemuan mayat di Sungai Peurelak. Hasil otopsi yang dilakukan petugas Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, Rabu (21/7/2021), menunjukkan mayat itu merupakan korban pembunuhan.
Kepala Kepolisian Resor Aceh Timur Ajun Komisaris Besar Eko Widiantoro menuturkan, mayat berjenis kelamin laki-laki itu berusia antara 30 tahun dan 40 tahun. Tinggi badannya 162 sentimeter. Jasad korban ditemukan pada Selasa (20/7) sore oleh warga. Mayat ditemukan terbungkus karung dan terapung di Sungai Peurelak.
”Kuat dugaan mayat itu korban pembunuhan. Seusai dibunuh, korban dimasukkan dalam karung lalu ditenggelamkan ke sungai, biasanya untuk menghilangkan jejak,” kata Eko.
Saat karung dibuka, terlihat leher, tangan, dan kaki korban terikat tali. Dalam karung itu juga ditemukan sebilah pisau. Pada punggung terdapat dua luka tusukan. Diperkirakan kematian korban sudah seminggu.
Adapun baju yang dikenakan korban adalah kaus bertuliskan Homeland Pekanbaru of Melayu Riau dan celana jins biru merek Pergio. Namun, petugas tidak menemukan kartu indentitas sehingga belum diketahui siapa korban tersebut.
Eko meminta warga yang kehilangan anggota keluarga untuk melapor kepada polisi. Meski demikian, polisi kini sedang mendalami pembunuhan tersebut.
Penemuan mayat itu bukan kasus pertama di Aceh tahun ini. Pada 7 Juni 2021, warga menemukan jasad perempuan korban pembunuhan di Gunung Salak, Aceh Utara. Polisi berhasil mengungkapkan motif pembunuhan itu.
Kuat dugaan mayat ini korban pembunuhan. Seusai dibunuh dimasukkan dalam karung lalu ditenggelamkan ke sungai, biasanya untuk menghilangkan jejak.
Korban adalah sopir taksi daring warga Sumatera Utara, sedangkan pelaku pembunuhan itu adalah warga Bireuen, Aceh. Pelaku membunuh korban agar bisa mengambil mobil korban.
Data yang dihimpun Kompas, sepanjang tahun 2021, sembilan orang tewas dibunuh di Aceh. Persoalan ekonomi, narkoba, dan relasi sosial yang buruk menjadi pemicunya.
Sebelumnya dosen psikolog Universitas Muhammadiyah Aceh, Endang Setianingsih, mengatakan, secara psikologis, persoalan ekonomi termasuk pemicu orang berbuat kejahatan, seperti pencurian, perampokan, dan pembunuhan.
Namun, kata Endang, faktor lainnya adalah pelaku tidak memiliki relasi sosial yang baik dengan lingkungan. ”Tidak ada orang yang memperhatikan dan memberi nasihat sehingga dia tidak merasa bersalah saat melakukan perbuatan melanggar hukum,” kata Endang.
Selain itu, kata Endang, sanksi terhadap pelaku masih rendah sehingga tidak memberikan efek jera. Tak jarang, setelah keluar penjara, pelaku mengulangi kejahatan yang sama.