Baru 30 Persen Korban Pergeseran Tanah Bojong Koneng Dapat Bantuan
Warga terdampak bencana pergerakan tanah di Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, berharap bantuan lanjutan untuk perbaikan rumah segera terpenuhi.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS – Warga terdampak bencana pergerakan tanah di Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, berharap bantuan lanjutan untuk perbaikan rumah segera terpenuhi. Sebelumnya, pemerintah sudah memberi bantuan pada bulan Oktober, tetapi bantuan tersebut baru menjangkau sekitar 30 persen rumah terdampak.
Pergeseran tanah yang terjadi September lalu, melanda empat kampung di Desa Bojong Koneng, yakni Kampung Curug, Kampung Cibingbin, Kampung Garungsang, dan Kampung Gunung Batu. Peristiwa itu menyebabkan sejumlah rumah warga rusak dan permukaan jalan retak.
Total rumah yang rusak akibat pergerakan tanah di empat kampung ini diperkirakan sampai 213 rumah. Namun, hingga saat ini Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) Kabupaten Bogor baru memberi bantuan untuk perbaikan 63 rumah. Masih terdapat sekitar 150 rumah yang belum mendapat bantuan perbaikan.
Ugan (46), salah satu warga Kampung Curug RT 01 RW 15, mengatakan rumahnya masuk dalam kategori rusak berat akibat pergeseran tanah. Namun, bantuan yang ia dapat masih tidak cukup.
Kemarin siang, ia sedang melihat beberapa semen pesanannya datang. Ternyata, semen tersebut bukan bantuan dari pemerintah, melainkan beli sendiri. ”Saya mengeluarkan dana pribadi hingga Rp 10 juta untuk melanjutkan perbaikan rumah,” ucapnya, Rabu, (9/11/2022).
Saat ini, rumah Ugan baru dalam tahap penyelesaian sekitar 50 persen. Meskipun sudah dipasang atap, bangunan di dalam rumah masih belum selesai. Ia dan keluarga hingga saat ini masih menumpang di rumah saudaranya yang berada di RT sebelah.
Darsono (50), salah satu warga Kampung Curug lainnya, juga mengaku mendapat bantuan berupa bahan bangunan seperti semen, pasir, dan lain-lain. Selain itu, pemerintah juga sudah menyiapkan tukang bangunan untuk memperbaiki rumah warga. ”Terkait nominal pastinya, saya tidak tahu,” ujarnya.
Di RT 2 ada 52 rumah yang rusak. Namun baru 22 rumah yang mendapat bantuan.
Pergeseran tanah merupakan perpindahan massa tanah atau batuan pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula, termasuk juga deformasi lambat atau jangka panjang dari suatu lereng.
Mengutip dari Kompas.id (4/10/2022),kondisi pergerakan tanah berbeda dengan longsor yang terjadi dalam waktu seketika, terutama saat hujan dengan intensitas tinggi. Sementara, pergerakan tanah terjadi secara perlahan meski tidak terjadi hujan ekstrem.
Ketua RT 2 RW 15 Enkos Kosasih (35) menyampaikan, jumlah bantuan kepada warga berbeda-beda, tergantung kategori kerusakan. Jika rumah warga termasuk kategori parah, pemerintah memberikan bantuan senilai Rp 40 juta hingga Rp 50 juta dalam bentuk bahan dan tukang bangunan. Untuk kategori ringan, bantuan dari pemerintah berkisar Rp 3 juta.
”Di RT 2 ada 52 rumah yang rusak. Namun baru 22 rumah yang mendapat bantuan. Masih ada 30 rumah yang belum. Takutnya warga yang belum dapat bantuan nanti iri,” ujar Enkos.
Ia menambahkan, sebagian ruas jalan di Kampung Curug sudah diperbaiki dengan menggunakan bantuan dana dari warga setempat. Pemerintah hanya memberi bantuan untuk jembatan di kampung tersebut yang rusak akibat pergeseran tanah.
Beralih ke Kampung Gunung Batu. Di sana juga terdapat pergerakan tanah yang mengakibatkan rumah sejumlah warga rusak. Ketua RT 2 RW 11 Kampung Gunung Batu Khodijah (28), mengatakan, beberapa warga sudah mendapat bantuan untuk perbaikan rumah. Namun, sejumlah warga lainnya baru mendapat bantuan berupa sembako.
Yaya (33), warga kampung Gunung Batu, mengaku dirinya baru mendapat bantuan berupa sembako. Padahal, terdapat beberapa keretakan sekitar 90 sentimeter di dinding bagian depan rumahnya. Ia berharap bantuan akan segera menghampiri dirinya.
Bantuan lanjutan
Salah satu perangkat Desa Bojong Koneng, Suganda, mengatakan, pihaknya sudah mengajukan untuk bantuan lanjutan. Saat ini, ia masih menunggu tanggapan lebih lanjut dari DPKPP.
Menurut dia, DPKPP pernah memberi informasi terkait bantuan lanjutan akan diwujudkan jika perbaikan rumah warga di tahap satu sudah berjalan 80 persen. Namun, saat ini perbaikan keseluruhan rumah warga masih berjalan sekitar 50 persen.
Saya harus mengkaji ulang apakah bantuan belum diterima atau diterima tapi kurang
Menanggapi hal ini, Kepala DPKPP Kabupaten Bogor Ajat Rochmat Jatnika, menyampaikan, pihaknya sudah melakukan perbaikan rumah dan memberi uang sewa mengungsi bagi korban di Kampung Curug selama tiga bulan.
Ia menambahkan, pengajuan perbaikan rumah di Kampung Curug sudah diproses dua minggu setelah terjadi bencana pada September lalu.
”Saya harus mengkaji ulang apakah bantuan belum diterima atau diterima tapi kurang,” ucap Ajat.
Terkait hal ini, pihaknya harus cek lagi ke lapangan untuk menyepakati dan memastikan. Jika terdapat permohonan tambahan, ia harus melakukan penilaian dulu, apakah rumah warga yang diajukan memang berada di daerah rawan bencana atau masih aman.
”Yang jelas, untuk permohonan 63 rumah sudah selesai. Nanti terkait dengan tambahan perbaikan, kami akan mengkaji ulang apakah pengajuannya sudah masuk atau belum agar tidak simpang siur,” kata Ajat.