Melihat Unsur Penting Kota Berkelanjutan di Festival Trotoar dan Taman
Meskipun mulai tertata baik, trotoar dan taman di Jakarta masih kurang diminati. Padahal, trotoar dan taman merupakan bagian penting dari pembangunan kota berkelanjutan.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peran penting taman dan kota dirangkum secara ringkas dalam acara bertajuk Festival Taman dan Festival Trotoar yang berlangsung hari ini sejak pagi hingga menjelang malam nanti di bilangan Taman Langsat serta sekitar kawasan Blok M di Jakarta Selatan. Keduanya, baik taman maupun trotoar, merupakan bagian dari pembangunan kota yang berkelanjutan.
Acara dibuka dengan berjalan di trotoar yang melintasi kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Minggu (30/10/2022). Peserta dibagi dalam tiga kelompok besar dengan tiap kelompok fokus pada tema berbeda di sepanjang rute lintasan, yaitu mencermati taman kota, transportasi publik, dan lanskap bangunan.
”Blok M merupakan kawasan dengan konsep gabungan berbagai ekosistem, seperti bisnis dan ruang publik. Kawasan ini dibangun untuk fokus digunakan berjalan kaki dan transportasi publik,” kata Co-founder Urban+ Ardzuna Sinaga.
Secara umum, trotoar terhubung baik dengan fasilitas stasiun, taman, dan bangunan lain. Jalur pedestrian sudah membentang sebagai penghubung antartempat.
Namun, masih terdapat trotoar yang belum terhubung dengan zebra crossing atau penyeberangan pejalan, contohnya M Bloc Space dan Taman Christina Martha Tiahahu. Selain itu, pada beberapa trotoar terdapat pohon yang menjorok ke badan jalan dan kendaraan bermotor terparkir mengokupasi lajur pejalan kaki ataupun jalur khusus sepeda.
Taman Christina Martha Tiahahu, atau yang lebih populer disebut Taman Literasi, pagi itu dipadati pengunjung baik dari usia dewasa hingga anak-anak. Beberapa di antaranya berteduh seusai berolahraga, membaca buku yang disediakan di lemari, ataupun sekadar duduk dan bercengkerama.
Jarak antara Taman Christina Martha Tiahahu, Taman Sepeda Melawai, Taman Ayodia, dan Taman Langsat sekitar 700 meter. Berjalan kaki antara satu taman dan taman lainnya memakan waktu kurang dari 15 menit.
”Sebaiknya jalan selama 10 menit kita sudah mencapai tempat yang diinginkan. Misalnya. dari stasiun ke tempat makan (rentang waktunya) 10 menit, dari tempat makan ke taman (rentang waktunya) 10 menit,” ujar Ardzuna yang akrab dipanggil Angga ini.
Bangunan usaha berjajar menghadap trotoar sehingga pengunjung dapat melihat secara langsung aktivitas jual beli, bahkan proses pembuatan produk. Perpindahan antara trotoar satu dan lainnya juga cukup rata, pejalan kaki tidak perlu naik dan turun dalam berjalan.
Menurut sejumlah peserta festival, jalur pedestrian sudah baik dan menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya. Yogo Prihartono (30), menyebutkan, pejalan kaki dapat berjalan dengan aman dan nyaman. Hanya, pengguna kendaraan bermotor pribadi harus diperhatikan karena melaju cukup kencang.
Akses pedestrian ke fasilitas transportasi publik, menurut peserta lainnya, Prabanto (50), mudah dan tersedia lift yang semakin memudahkan pengunjungnya. Sama seperti peserta yang lain, ia juga mengeluhkan pengguna kendaraan bermotor yang suka melaju kencang.
Di Jakarta ini ada lebih dari 1.800 taman, tetapi masyarakat masih jarang mengunjunginya. Acara ini difokuskan untuk semakin membumikan ruang publik yang terbuka.
Bagi Maesti yang berkursi roda, jalur pedestrian yang nyaman diakses hanya dari M Bloc ke Stasiun MRT ASEAN. Adapun perjalanan ke Halte Transjakarta Centrale Stichting Wederopbouw (CSW) dan Stasiun MRT Blok M masih belum nyaman.
”Beberapa trotoar masih terputus (aksesnya) sehingga kami dapat terjebak. Secara umum masih belum nyaman,” ujar Maesti.
Selain berjalan kaki melintasi trotoar, peserta dapat mengikuti diskusi dan menikmati berbagai stan, seperti makanan dan minuman. Ada juga pelatihan menjahit, melukis, fotografi, dan pertunjukan seni serta teater.
Menurut Niken Prawestiwi, salah seorang penggagas festival sekaligus Co-founder Ayo ke Taman, acara ini bertujuan untuk meningkatkan atensi masyarakat pada ruang publik, khususnya taman dan trotoar. Semua aktivitasnya dilakukan di ruang publik secara terbuka.
”Di Jakarta ini ada lebih dari 1.800 taman, tetapi masyarakat masih jarang mengunjunginya. Acara ini difokuskan untuk semakin membumikan ruang publik yang terbuka,” ujarnya.
Acara lanjutannya diadakan di Taman Langsat yang memiliki luas 4 hektar dan dikelilingi pepohonan rindang. Beragam jenis pohon, mulai dari yang tinggi hingga pendek, berdaun jarang hingga rimbun, meramaikan Taman Langsat. Rangkaian acaranya berlangsung dari pukul 07.00 dan ditutup dengan meditasi pada pukul 18.00.