Dinas Kesehatan DKI Jakarta melarang obat sirop sesuai edaran dan melakukan surveilans, juga menyiapkan tempat tidur perawatan khusus anak dan mengirim tenaga perawat untuk belajar ke RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 90 kasus dengan diagnosis gagal ginjal akut sejak Januari hingga Oktober 2022. Hasil surveilans menunjukkan bahwa paparan terjadi dalam rentang waktu tujuh hari atau sepekan, mulai dari mengonsumsi obat sirop sampai timbul gejala oliguria atau tidak mengeluarkan urine sama sekali dengan atau tanpa gejala prodormal.
Dari 90 kasus yang terlaporkan itu, 15 anak sembuh, 26 anak dalam perawatan, dan 49 anak meninggal. Sebanyak 56 persen kasus merupakan warga Jakarta, 20 persen dari Jawa Barat, 12 persen warga Banten, dan sisanya dari luar daerah.
”Kasus gagal ginjal meningkat mulai Agustus, September, dan Oktober. Kecepatan pemberian antidot (obat penawar) sangat penting. Kami juga pastikan obat sirop yang dilarang pakai untuk dikarantina atau tidak dipakai sampai ada edaran lebih lanjut,” kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti seusai rapat kerja dengan Komisi E DPRD DKI Jakarta tentang perkembangan kasus gagal ginjal akut, Selasa (25/10/2022).
Dinas Kesehatan DKI Jakarta masih berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk distribusi obat penawar cemaran dalam obat sirop. Obat penawar tersebut bakal diberikan kepada rumah sakit yang merawat kasus gagal ginjal akut.
Dalam rapat tersebut dijelaskan pula belum ada laporan kasus gagal ginjal akut dari Kepulauan Seribu. Akan tetapi, kewaspadaan tetap perlu dengan instruksi tidak meresepkan obat sirop.
Kami usulkan persoalan anak harus jadi perhatian dengan adanya layanan khusus anak. Selama ini selalu sulit cari ruang perawatan anak. Kami juga minta cek dampak kesehatan anak setelah sembuh gagal ginjal akut.
Untuk Jakarta Barat, puskesmas didorong menyosialisasikan masalah gagal ginjal akut dan karantina obat sirop. Apotek juga dilarang menjual obat sirop. Di Jakarta Utara rata-rata kasus gagal ginjal akut terjadi pada anak balita. Tercatat satu kasus usia 0-1 tahun, tiga kasus usia 2-6 tahun, dan dua kasus usia enam tahun ke atas.
Penanganan
Dalam rapat tersebut Widyastuti turut memaparkan upaya yang sudah dilakukan terkait kasus gagal ginjal akut di Ibu Kota. Setelah melarang obat sirop sesuai edaran dan melakukan surveilans, pihaknya juga menyiapkan tempat tidur perawatan khusus anak dan mengirim tenaga perawat untuk belajar ke Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
RSUD Tarakan menyiapkan dua tempat tidur perawatan anak dan satu intensive care unit khusus untuk kasus gagal ginjal akut serta tenaga kesehatan khusus. Sementara RSUD Koja belum menangani kasus gagal ginjal akut. Namun, terjadi antrean di farmasi anak karena obat sirop diganti obat puyer.
Adapun di RSUD Pasar Minggu disediakan 47 tempat tidur perawatan anak, 10 ruang intensif perawatan untuk bayi, dan 2 ventilator. Dokter spesialis anak dan perawat sedang menjalani pelatihan di RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Dari RSUD Pasar Rebo ada kebijakan menandatangani surat pernyataan untuk konsumsi obat sirop bagi anak penderita epilepsi. Hal itu lantaran hanya tersedia obat sirop bagi anak penderita epilepsi.
Di sisi lain, sebagai langkah jangka panjang tengah disiapkan rumah sakit unggulan anak tipe kecil di RS Tebet serta tipe besar di RSUD Koja, RSUD Pasar Minggu, dan Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit.
”Kami usulkan persoalan anak harus jadi perhatian dengan adanya layanan khusus anak. Selama ini selalu sulit cari ruang perawatan anak. Kami juga minta cek dampak kesehatan anak setelah sembuh gagal ginjal akut,” kata anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI-P, Merry Hotma.