Revitalisasi Stasiun Bekasi Belum Menunjang Keamanan dan Keselamatan Penumpang
Revitalisasi Stasiun Bekasi masih berjalan. Fasilitas yang ada masih terus diperbaiki. Namun, kondisi di sekitar stasiun belum sepenuhnya mendukung keamanan dan kenyamanan penumpang.
BEKASI, KOMPAS — Revitalisasi Stasiun Bekasi, Marga Mulya, Kota Bekasi, Jawa Barat, masih berlangsung. Fasilitas dan ruang yang nyaman sudah terlihat. Namun, prasarana di kawasan stasiun belum menunjang kenyamanan dan keselamatan penumpang, seperti tidak adanya jembatan penyeberangan orang dan zebra cross.
Pintu masuk Stasiun Bekasi tersedia di dua sisi jalan. Satu pintu di sisi selatan mengarah ke Jalan Ir H Juanda dan satu pintu di sisi utara mengarah ke Jalan Perjuangan.
Pada Senin (17/10/2022), di trotoar kedua sisi pintu ini terlihat deretan pedagang kaki lima (PKL), angkutan umum, dan pengemudi ojek. Padahal, pada pagar di sisi selatan stasiun terpasang spanduk larangan parkir dan berjualan.
Pedagang yang berjualan di sepanjang trotoar Stasiun Bekasi membuat calon penumpang kereta terpaksa berjalan di badan jalan.
”Cukup mengganggu, ya, karena kan buat orang ngedrop (antar) atau ngepick up (jemput) jemputan. Jadi, susah buat kendaraannya berhenti di titik yang kami tentukan,” ujar Bela (20) di seberang jalan Stasiun Bekasi, Senin.
Ia berharap bisa disediakan tempat atau lahan khusus bagi para PKL supaya tidak mengganggu proses menurunkan dan menjemput penumpang.
Eli (46), pedagang makanan dan minuman di trotoar Stasiun Bekasi, mengaku dirinya salah karena tetap berjualan di area ini.
Baca juga : KAI Commuter Mulai Operasikan Bangunan Baru Stasiun Bekasi
”Dulu dagang di dalam stasiun, ada sponsor yang bangun kios untuk kami. Sekarang sudah enggak boleh dagang di dalam. Karena enggak ada tempat, ya, sudah jadinya dagang di trotoar. Kami sadar enggak boleh berdagang di tempat yang enggak seharusnya,” kata Eli.
Begitu pula dengan Miska (41), pedagang masker dan kaus kaki. Dirinya juga tidak bisa membayar uang sewa kios. Pendapatannya hanya untuk hidup sehari-hari bersama keluarganya.
Mengomentari hal ini, Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bekasi Ade Rahmat menjelaskan, pihaknya rutin mengadakan razia PKL di kawasan Stasiun Bekasi.
”Kami sudah koordinasi dengan pihak lalu lintas Polres Bekasi. Jalur ini memang jalur macet dan PKL harus steril. Kami melakukan penertiban setiap hari. Namun, kami tidak bisa siaga 24 jam,” ujar Ade.
Prasarana umum di sekitar stasiun juga mesti dibenahi, bukan hanya stasiun-nya saja.
Sampai saat ini belum ada kebijakan terkait apakah PKL bisa kembali berjualan di dalam stasiun atau tidak. Ade menambahkan, PKL bisa melapor ke dinas UMKM bagian penataan PKL. Misalnya dari dinas UMKM ada solusi, pihak Satpol PP nantinya akan membantu menertibkan dan mengarahkan para PKL untuk berpindah ke lokasi yang sudah ditentukan.
Prasarana pendukung
Selain itu, prasarana yang dianggap penting pun belum tersedia di Stasiun Bekasi, seperti jembatan penyeberangan dan zebra cross. Pejalan kaki yang ingin menyeberang dari pintu selatan stasiun ataupun sebaliknya mesti menunggu pengendara sepeda motor atau mobil rela melambatkan lajunya.
Hal ini diungkapkan Bela (20), mahasiswi yang sedang menunggu jemputan. ”Menyeberangnya sulit karena enggak ada zebra cross sama JPO, kan. Jadi, tunggu-tungguan sama orang lain biar lewatnya langsung barengan. Sama (tunggu) kendaraan yang mau ngertiin saja,” kata Bela.
Bella juga bercerita, ia bisa pelan-pelan menyeberang ketika kendaraan padat merayap. Namun, akan lebih sulit jika lalu lintas sedang lancar karena kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi. Bela mesti membuang waktu dua sampai tiga menit untuk menunggu agar bisa menyeberang.
Kesulitan juga dirasakan Ajie Setiajie (36). ”Kalau kondisinya hujan enggak nyaman, ya. Selokannya tergenang. Nyiprat juga pas jalan. Macet juga, orang pada buru-buru. Kami pejalan kaki jadi takut menyeberang,” kata Ajie.
Menurut dia, sarana dan prasarana pendukung di sekitar stasiun juga perlu diperhatikan, bukan hanya sistem di perkeretaapian yang dibenahi. Minimal perimeter 500 meter dari stasiun juga dirapikan.
Dari hasil pantauan, di samping Stasiun Bekasi, tepatnya di Jalan Ir H Juanda, terdapat satu JPO berwarna oranye. Namun, pembangunan JPO itu terhenti. JPO itu tidak memiliki tangga di kedua sisinya.
Baca juga : Revitalisasi Halte Stasiun Jatinegara Ganggu Gereja Cagar Budaya
Kepala Bidang Prasarana Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bekasi Johan Budi mengatakan, JPO tersebut merupakan bantuan dari pihak ketiga. Pada tahun 2021, pihak Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kota Bekasi akan meneruskan kepada PT Kereta Api Indonesia (KAI).
”Setelah mendapat izin, pihak ketiga tidak mau meneruskan. Karena posisi pintu masuk stasiun yang baru cukup jauh dan harus dibangun fondasi baru,” kata Johan.
Tahun lalu, Bidang Prasarana Dishub Kota Bekasi membawa hal ini ke dalam kajian fasilitas integrasi Stasiun Bekasi. Dishub Kota Bekasi berkoordinasi dengan PT KAI, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan mendapat izin agar JPO ini bisa terkoneksi dengan pintu masuk stasiun.
”Kami juga meminta bantuan dari pengelola stasiun untuk mengizinkan kami mengakses pintu masuk di lantai dua. Sekarang, tim PU (pekerjaan umum) lagi mencari vendor yang mau meneruskan karena hal ini menyangkut biaya,” kata Johan.
Fasilitas stasiun
Revitalisasi Stasiun Bekasi pun masih berlangsung. Terlihat di sisi kanan, menghadap pintu tap card, area yang masih dirapikan dan ditutup papan. Eskalator pada pintu utara, menuju Jalan Perjuangan, juga masih belum beroperasi. Lift di sisi ini pun masih dalam perbaikan.
Di sisi kiri lantai dua ini tersedia deretan kursi tunggu. Ada kursi yang menghadap ke arah lift tengah dan sisi yang masih direnovasi. Ada juga kursi yang saling membelakangi dan berhadapan satu sama lain. Setiap deret ada sekitar 10 kursi.
Langit-langit stasiun yang tinggi membuat kesan luas pada stasiun ini. Tersedia pula toilet, mushala, ruang kesehatan, dan ruang laktasi.
”Progres perbaikannya yang aku rasa, sih, cepat ya. Loket untuk KRL sudah pindah ke atas, jadi lebih teratur. Tapi, posisi pintu masuknya kurang strategis. Akses lift dan eskalator kan di tengah, kalau bisa pintunya juga ada yang dekat sana,” kata salah seorang penumpang kereta api, Korie Khoeriah (27).
Penumpang lain, Aisyah Nurhalizah (18), juga berpendapat, fasilitas yang ada sudah baik, tetapi masih ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
”Eskalatornya masih sedikit ya, sedangkan tangganya cukup tinggi, lumayan lelah. Kasihan juga sama lansia, apalagi kalau ramai, mau enggak mau kan naik tangga manual,” ujar Aisyah.
Ia juga mengatakan, petugas sekuriti yang berjaga baik dan responsif. Ruang tunggu beserta kursi yang ada juga menguntungkan. Adapun fasilitas yang perlu dipertimbangkan adalah lahan untuk titik jemput dan menurunkan jemputan.