4.000 Warga Muara Angke Tunggu Janji Pipanisasi Air Bersih
Krisis air bersih masih dirasakan sebagian masyarakat Jakarta. Di Muara Angke, Jakarta Utara, 4.000 warga masih menunggu realisasi janji pipanisasi air bersih di permukiman mereka.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian masyarakat Jakarta masih mengalami krisis air bersih hingga saat ini. Ribuan warga di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, misalnya, masih menunggu pemasangan pipa untuk pasokan air bersih dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang telah dijanjikan sejak awal tahun 2000.
Beberapa warga mengeluhkan pemasangan air PAM yang tak kunjung direalisasikan sejak krisis air yang melanda Muara Angke sejak berpuluh tahun silam. Saat ini, 4.000 lebih warga di tiga blok, yakni Blok Empang, Blok Eceng, dan Blok Limbah, hanya mengandalkan jeriken air gerobak yang dijual secara keliling dan air dari sumur bor.
Pada Jumat (14/10/2022) terlihat belasan hingga puluhan jeriken air tertata di luar rumah para warga Blok Empang RT 002 RW 022, Muara Angke, Jakarta Utara. Jeriken-jeriken berwarna biru tua itu sebagian baru diturunkan oleh penjual air gerobak yang melewati rumah-rumah warga.
Kasniah (52), warga Blok Empang sekaligus pemilik warung makanan dan minuman, mengatakan, sejak pindah tahun 2004 sudah merasakan sulitnya dapat air bersih. Selama ini Kasniah hanya mengandalkan air jeriken dari penjual air gerobak dan air dari sumur bor.
”Saya setiap hari pakai air jeriken dan air sumur bor untuk masak, minum, dan mencuci pakaian setidaknya lima jeriken per hari. Kalau untuk mandi, saya pakai air dari sumur bor karena belum ada air PAM,” katanya.
Menurut Kasniah, pihak pemerintah dan Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya beberapa kali bertanya mengenai pemasangan pipa air PAM kepada warga di setiap blok. Namun, warga sempat bingung sebab tidak ada tindak lanjut terkait pemasangan pipa air PAM tersebut.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Giarto (61), pemilik warung makan sekaligus warga pertama yang menjadi ketua kelompok RT 002 RW 022 sebelum terbentuknya RT baru pada tahun 2019. Masalah air bersih masih dirasakan Giarto sejak dirinya menetap tahun 2003 hingga saat ini.
”Masalah air bersih ini sudah bertahun-tahun adanya dan sampai sekarang belum dipasang air PAM. Padahal sudah sempat diukur juga untuk pipanisasi tetapi tidak pernah ada kejelasan,” katanya.
Bahkan, warga Blok Empang, Blok Eceng, dan Blok Limbah pernah melakukan demo di Balai Kota saat bulan puasa tahun 2022 demi menuntut pemasangan air PAM. Pemprov DKI Jakarta mengajukan rencana pembangunan 102 kios air sebagai solusi karena belum dipasang air PAM.
Masih ada masalah
Selain masalah air pam yang tak kunjung dipasang, terdapat masalah lain yang membuntuti warga Muara Angke. Warga merasakan borosnya biaya hanya untuk mendapatkan air bersih, air sumur bor yang kualitasnya sangat buruk, hingga kios air yang belum dapat digunakan hingga saat ini.
Warga bisa mengeluarkan biaya hingga Rp 500.000 per bulan hanya untuk memanfaatkan air jeriken seharga Rp 5.000 per pikul (dua jeriken). Selain itu, warga juga harus membayar sebesar Rp 200.000-Rp 400.000 untuk bisa memanfaatkan air sumur bor yang ditetapkan berdasarkan jumlah anggota keluarga.
Adapun sumur bor dibuat secara mandiri oleh warga yang cukup mampu secara finansial demi mengatasi krisis air bersih. Pemasangan sumur bor ini memakan biaya Rp 30 juta-Rp 40 juta dengan total dua sumur bor yang tersebar di dua blok.
Air sumur bor yang dimanfaatkan oleh warga memiliki kualitas yang tidak higienis sebab bercampur dengan tanah bekas galian dan terdapat banyak kutu air. Hal itu membuat warga terpaksa menggunakan air sumur bor untuk mandi meskipun selalu merasakan sensasi licin tiap selesai mandi.
”Meskipun sekarang kami mengandalkan air jeriken dan sumur bor, tetap saja ada masalah. Air jeriken boros dan air di sumur bor bercampur dengan tanah bekas galian. Belum lagi kios air yang tidak berfungsi,” kata Ahmad Rosyidin, Ketua RT 002 RW 022 Blok Empang.
Diketahui Pemprov DKI Jakarta pernah mengajukan pengadaan sebanyak 102 kios air di Muara Angke demi mengatasi masalah air bersih. Namun, nyatanya hingga saat ini hanya terdapat 7 kios air dari total 40 kios air yang dibutuhkan warga.
”Kami membutuhkan 40 kios air untuk total 4.000 lebih warga di setiap blok di RW 22 ini, tetapi yang diberikan hanya tujuh dan kios air yang kami terima dan sebagian belum bisa digunakan dengan alasan belum ada nota kesepahaman (MOU) dari pihak PAM Jaya,” kata Muslimin, Ketua Koperasi Konsumen Eceng Maju Sejahtera.
Subkoordinator Urusan Perencanaan Bidang Geologi, Konservasi Air Baku dan Penyediaan Air Bersih Dinas Sumber Daya Air (DSDA) DKI Jakarta Elisabeth Tarigan mengatakan, alasan air pam belum dapat dipasang sebab akan ada penataan ulang di kawasan Muara Angke. Menurut dia, sudah ada solusi jangka pendek, yakni penyediaan kios air bersih di beberapa lokasi di Muara Angke yang masih mengalami masalah air bersih.
”Kawasan Muara Angke akan ditata ulang karena PRK sudah dikeluarkan. Oleh sebab itu, pemasangan air pam tidak akan dilakukan dulu hingga penataan ulang selesai. Penataan ulang itu termasuk, saluran drainase, jalan, air bersih, dan air limbah,” kata Elisabeth saat dihubungi, Jumat (14/10/2022).