Dari Januari-Oktober 2022, data BPBD Kota Bogor mencatat ada 243 bencana tanah longsor.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Tanah longsor terjadi di Kampung Warga Mulya, Kelurahan Sukasari, Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat menyebabkan 32 orang harus direlokasi dari tempat tinggalnya. Pemicunya, hujan deras pada Minggu (9/10/2022) yang melanda permukiman di tepi Sungai Ciliwung tersebut.
Bonni Ilyasa (30), warga RT 002 RW 003, Kelurahan Sukasari, mengatakan, tanah longsor yang menimpa rumahnya terjadi sekitar pukul 17.30. Saat itu, ibunya sedang berada di dapur untuk memasak nasi dan air. Ketika tanah longsor terjadi, ia masih sempat menyelamatkan diri.
Menurut Bonni, rumahnya yang tertimpa tanah longsor ada di bagian kamar utama. ”Sekarang saya membersihkan tanah sisa longsor bersama warga lainnya,” katanya, Selasa (11/10/2022).
Menurut Dadang Sutarsa, Ketua RW 003, Kelurahan Sukasari, warga sedang beristirahat di rumah saat sore hari. Saat itu juga terjadi hujan deras sejak pukul 13.00. Kondisi tanah di pinggir kali dan tebingan setinggi 25 meter menyebabkan tanah longsor yang menimpa rumah warga.
”Hari Minggu itu kan terjadi hujan deras dan gempa juga di sore hari, ini membuat tebing tinggi menimpa belakang rumah warga. Ada sekitar dua rumah yang rusak akibat tanah longsor dan lima rumah yang rawan terjadi longsor susulan,” katanya
Terdapat dua korban luka dalam bencana longsor. Korban luka sedang dirawat di Rumah Sakit Vania. Menurut Komandan Regu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor Maruli Sinambela, korban tertimpa reruntuhan tembok kamar rumahnya. Tim BPBD berhasil mengevakuasi korban dari reruntuhan pukul 18.00. Korban bisadiselamatkan dan dirawat di rumah sakit.
”Korban ialah sepasang suami istri, dan mengalami cedera pada tangan dan bahu. Saat ini masih dalam perawatan di rumah sakit,” katanya.
Korban ialah sepasang suami istri, dan mengalami cedera pada tangan dan bahu. Saat ini masih dalam perawatan di rumah sakit. (Maruli Sinambela)
Data BPBD Kota Bogor mencatat tanah longsor dari tebingan dengan tinggi 25 meter dan lebar tujuh meter ini menimpa beberapa rumah warga. Ada delapan keluarga yang terdampak atau 32 orang. Korban yang mengalami kerusakan pada rumahnya akan direlokasi ke hunian sementara yang diberikan BPBD Kota Bogor. Bantuan tersebut berasal dari anggaran BPBD dan akan berlangsung selama 1-3 bulan ke depan.
Sepanjang 2021, data BPBD Kota Bogor menunjukkan bencana tanah longsor terbanyak dibandingkan pohon tumbang, banjir dan bangunan roboh. Terdapat 246 bencana tanah longsor, disusul bangunan roboh ada 196, dan pohon tumbang ada 106.
Frekuensi dan intensitas bencana terus meningkat, terutama yang terkait faktor cuaca dan lingkungan. Dari Januari-Oktober 2022, data BPBD Kota Bogor menunjukkan ada 243 bencana tanah longsor. Kejadian bencana seperti tanah longsor, banjir, dan pohon tumbang juga meningkat dari Agustus terdapat 122 menjadi 136 di bulan September.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperingatkan, cuaca ekstrem yang melanda sejak awal Oktober 2022 diperkirakan terus berlanjut. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai kilat dan angin kencang, diprediksi masih berlangsung hingga 15 Oktober 2022 di sejumlah wilayah.
Sebelumnya, hujan deras dengan intensitas tinggi di Kota Bogor mengakibatkan 21 bencana banjir dan longsor pada September lalu. Pada pemberitaan Kompas (12/9/2022), Kepala Pelaksana BPBD Kota Bogor Theofilio Patricino Freitas mengatakan, dalam seminggu terakhir Kota Bogor dilanda hujan deras, terutama dua hari terakhir pada Sabtu dan Minggu (10-11/9/2022), sehingga mengakibatkan bencana longsor dan banjir.
Dari 21 titik bencana itu, sembilan titik ada di Kecamatan Bogor Barat. Lalu, di Kecamatan Bogor Selatan terdapat enam titik dan enam titik lainnya di Kecamatan Bogor Timur dan Bogor Tengah. Tercatat sekitar 200 orang terdampak bencana tersebut.
”Tercatat ada 21 titik bencana, 8 titik longsor, dan 11 titik banjir lintasan. Tercatat pula ada bangunan dua rumah rusak dan longsor,” katanya.
Kepala Pusat Studi Bencana, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor Doni Yusri mengatakan, cuaca ekstrem yang melanda Jawa Barat, terutama kawasan Bogor, menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana seperti tanah longsor dan banjir. Meluapnya air dari saluran dan gorong-gorong yang melintasi perkampungan dan jalan-jalan jadi permasalahan utama bencana tanah longsor.
Doni mengatakan keterlibatan dari berbagai pihak dalam memberikan solusi mitigasi di daerah rawan bencana. Tak hanya soal kajian mitigasi dan pemantauan daerah rawan bencana saja, tetapi juga aksi nyata berbagai organisasi dan masyarakat mesti cepat dilakukan. Apalagi untuk wilayah sepanjang bantaran sungai yang banyak terjadi perubahan dan tutupan lahan yang ada.
Kajian dan aksi ini diperlukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana atau mengurangi daya rusak atas bencana yang tidak dapat dihindarkan. Pemerintah juga bisa mengantisipasi lokasi yang tidak terduga terjadi bencana dan wilayah yang sudah diprediksi rawan bencana, tetapi dengan skala besar.
”Pemerintah dapat lebih maksimal melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana. Meskipun banyak masyarakat tetap berkeras untuk tinggal di wilayah rentan tersebut,” katanya.