Enam Hari Pascakebakaran, Belum Ada Kepastian Nasib Warga Cikini Kramat
Kebakaran di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, melahap 57 bangunan, termasuk kios dagangan. Warga hanya bisa pasrah dan berharap pemerintah memberikan modal terlebih dulu untuk kembali berdagang.
Oleh
Velicia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hari keenam pascakebakaran pada Selasa (27/9/2022), warga Cikini Kramat, Jakarta Pusat, yang menjadi korban kebakaran mulai merelakan keadaan. Namun, mereka berharap segera ada bantuan dari pemerintah sehingga mereka bisa memulai kembali kehidupannya.
”Sedih banget pasti, tapi mau bagaimana lagi. Enggak bisa nyalahin siapa-siapa juga,” ujar Ayu (37), salah satu korban kebakarannya yang kios dagangnya terbakar, saat ditemui di salah satu tempat kumpul pengungsi, Cikini Kramat, Senin (3/10/2022).
Ayu menceritakan, dirinya baru saja menyiapkan dagangannya subuh itu, tepat sebelum api membakar habis 57 bangunan, termasuk kios dagangnya. Ia mendapatkan Rp 600.000 seandainya makanan tersebut habis terjual, bukan dilalap api.
Wanita yang berulang tahun tepat di hari kebakaran terjadi ini berharap pemerintah memberikan modal terlebih dulu untuk kembali berdagang.
”Kan belum ada kabar soal pembangunan lagi lapak yang terbakar, kita butuh modal buat dagang lagi. Berharapnya sih pemerintah kasih modal buat dagang dulu, ” kata Ayu.
Sebagai pedagang makanan, Ayu membutuhkan kompor, lemari pendingin dan pembeku, serta kebutuhan masak umum lainnya.
Adapun Maman (62), korban lainnya, langsung menuju Jakarta ketika menerima kabar kebakaran ini. ”Anak saya yang tinggal di sini. Waktu kebakaran kemarin, dia langsung telepon saya. Pas sampai sini ya rumah sudah rata,” katanya.
Maman pun langsung membawa anak dan keluarganya ke rumah di Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, untuk mengungsi. Dia tidak bisa menunggu rumahnya yang terbakar dibangun kembali. ”Ya kalau yang punya uang kan bisa langsung bangun rumah lagi. Nah, yang enggak ada uang gimana?” keluhnya.
Saat dihubungi, Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Pusat Asril Rizal menjelaskan, ketika mendapat kabar adanya kebakaran, pihaknya bergegas menuju lokasi. Kawasan yang padat hunian dan akses jalannya sempit menjadi halangan timnya bekerja.
Selain menjalankan pekerjaan utamanya untuk memadamkan kebakaran, pihaknya rutin setiap sore mengitari kawasan Jakarta Pusat untuk mengingatkan antisipasi kebakaran, bahkan dari sebelum kejadian.
”Setiap sore di tiap kecamatan ada kegiatan woro-woro. Jadi, anggota Gulkarmat muter mengendarai kendaraan atau membawa toa masjid, mengingatkan antisipasi kebakaran. Ada 60 titik RW juga melakukan pelatihan simulasi penanggulangan kebakaran,” jelasnya.
Asril juga mengharapkan kesadaran dan kepedulian warga terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran. ”Ya kita tetap menjalankan woro-woro. Tapi, kan, kembali lagi ke masyarakat. Masyarakatnya juga tetap harus waspada. Karena, kan, kita enggak pernah nebak kapan terjadi kebakaran,” katanya.
Kepedulian warga
Warga pun tidak berdiam diri menghadapi situasi bencana ini. Warga berinisiatif mengumpulkan donasi dari warga sekitar untuk didata dan disimpan di rumah salah satu warga. Anggota Karang Taruna RW 001, Wina Abdila (27), salah satunya yang turut mengurusi pasokan donasi yang dibutuhkan warga.
Wina bercerita, donasi yang banyak diterima adalah pakaian. Makanan yang diterima kini hanya berupa makanan olahan. ”Yang paling banyak masuk itu baju. Satu keluarga sudah dapat satu karung pakaian. Kalau makanan, empat hari pertama dikirimi makanan matang dari Badan Amil Zakat Nasional, Suku Dinas Sosial, ada partai juga. Tapi sekarang mengandalkan makanan olahan dari dapur umum saja,” katanya.
Dapur umum dikelola ibu-ibu warga sekitar ataupun perwakilan dari RT, dan tim juru pemantau jentik (jumantik). ”Yang ngurus 15-20 orang. Ada yang masak, ada yang bagiin makanannya. Sekali masak ya dua sampai tiga lauk,” kata salah satu relawan, Utit (58).
Makanan yang sudah matang dan dibungkus dibagikan sesuai data jumlah pengungsi. Pengolahan makanan ini masih mengandalkan stok dari donatur yang ada.