Kontraktor MRT Harmoni-Mangga Besar Ditunjuk Langsung, Konstruksi Resmi Dimulai
Setelah beberapa kali gagal tender, penandatanganan kontrak pelaksanaan konstruksi CP202 Harmoni—Mangga Besar akhirnya dilakukan, Senin (18/7/2022), ditandai dengan terbitnya Surat Perintah Mulai Kerja kepada SAJV.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT MRT Jakarta (Perseroda) memastikan sudah memperoleh kontraktor yang akan mengerjakan konstruksi paket kontrak atau CP 202 dari Harmoni ke Mangga Besar yang merupakan bagian dari fase 2A MRT Jakarta koridor utara-selatan sepanjang 6,3 kilometer. Shimizu Adhi Karya Joint Venture (SAJV) menjadi kontraktor pelaksana CP 202 sepanjang 1,8 km melalui penunjukan langsung.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda) Silvia Halim, Rabu (17/8/2022), menjelaskan, kontraktor terpilih diperoleh melalui proses penunjukan langsung (direct contracting).
Merunut ke belakang, proses mendapatkan kontraktor yang akan mengerjakan CP 202 ini tidak mudah. PT MRT Jakarta sempat mengalami beberapa kali gagal tender.
Setelah ada pembicaraan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang, akhirnya diputuskan proses mendapatkan kontraktor adalah dengan penunjukan langsung. Penunjukan langsung ditujukan kepada para kontraktor yang sudah memiliki pengalaman membangun MRT Jakarta.
Setelah melalui sejumlah proses, didapatlah Shimizu Adhi Karya Joint Venture (SAJV) sebagai kontraktor pelaksana. SAJV merupakan konsorsium kontraktor yang saat ini sedang mengerjakan CP 201 dari Bundaran HI ke Harmoni yang juga bagian dari fase 2A.
Dalam keterangan resmi PT MRT Jakarta, Selasa (16/8/2022), Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta Rendi Alhial menjelaskan, penandatanganan kontrak pelaksanaan konstruksi CP 202 telah dilakukan pada 18 Juli 2022. Hal itu diikuti dengan penerbitan surat perintah mulai kerja (SPMK) kepada Shimizu Adhi Karya Joint Venture (SAJV) sebagai kontraktor pelaksana pada 27 Juli 2022.
”Ini menandai dimulainya pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalur Harmoni hingga Mangga Besar,” jelas Rendi.
Silvia melanjutkan, pekerjaan konstruksi MRT Fase 2A CP 202 meliputi pembangunan tiga stasiun bawah tanah dan terowongan bawah tanah. Rinciannya, Stasiun Harmoni dengan panjang 252 meter dan kedalaman lebih kurang 16 meter, Stasiun Sawah Besar sepanjang 200 meter dan kedalaman lebih kurang 27 meter, Stasiun Mangga Besar sepanjang 220 meter dengan kedalaman kurang lebih 27 meter, serta terowongan bawah tanah sepanjang 1,8 kilometer mulai dari Harmoni sampai dengan Mangga Besar.
Tantangan konstruksi dan perencanaan
Silvia menyebutkan, pekerjaan konstruksi CP 202 ini akan menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa di antaranya ialah kondisi koridor yang sempit, jenis tanah yang kurang baik di area pembangunan, hingga konstruksi berada di kawasan heritage atau cagar budaya.
Untuk koridor yang sempit, Silvia menjelaskan, area konstruksi CP 202 berada di ruas Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk, yang dipisahkan oleh Sungai Ciliwung Gajah Mada. Selain itu, lokasi konstruksi untuk area CP 202 juga sangat dekat dengan bangunan sekitar.
Keberadaan Sungai Ciliwung Gajah Mada tersebut menjadi pertimbangan MRT dalam penempatan posisi stasiun bawah tanah. Stasiun bawah tanah CP 202 akan berada di bawah ruas jalan. Stasiun Harmoni akan ada di bawah Jalan Gajah Mada, Stasiun Sawah Besar akan di bawah Jalan Gajah Mada, sementara Stasiun Mangga Besar akan di bawah Jalan Hayam Wuruk.
Dengan ruas lebar Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk yang terbatas, Silvia melanjutkan, lebar stasiun, khususnya Stasiun Sawah Besar dan Stasiun Mangga Besar, akan menjadi lebih sempit sekitar 14 meter. Situasi itu membuat desain dari kedua stasiun tersebut menjadi lebih dalam sekitar 27 meter dengan 4 lantai di bawah tanah.
Dengan desain yang lebih dalam, jalur atau track MRT Jakarta ke arah selatan dan utara akan berada pada level yang berbeda atau atas–bawah (stacked platform). Kemudian akan ada koridor untuk penumpang yang melintasi bawah Sungai Ciliwung Gajah Mada, yang dibangun dengan metode konstruksi khusus untuk mengakomodasi akses penumpang dari seluruh arah.
Untuk tantangan kedua dengan jenis tanah yang kurang baik (soft soil) pada area pembangunan, MRT Jakarta akan melakukan penanganan khusus terhadap penurunan tanah (land subsidence) dengan peningkatan kondisi tanah eksisting (soil improvement) di ketiga area Stasiun CP 202. Penanganan dikerjakan pada tahap awal konstruksi dengan metode jet grouting dan dilakukan penebalan dinding stasiun (Diaphragm Wall/D Wall).
Selain itu, area konstruksi juga berdekatan dengan bangunan sekitar yang berusia cukup tua sehingga menjadi perhatian khusus dalam menyiapkan metode konstruksi yang tepat. Apalagi, dengan berada di kawasan heritage dan melihat konteks sejarah pada area stasiun, maka dilakukan kegiatan archaeological test pit atau ekskavasi arkeologi.
Kegiatan ekskavasi arkeologi itu bertujuan untuk mengetahui kondisi atau potensi adanya benda bersejarah di area galian proyek. Penanganan obyek cagar budaya (OCB) dan obyek diduga cagar budaya (ODCB) menjadi perhatian khusus dalam pelaksanaan konstruksi CP 202.
Seperti yang sudah diberitakan, selama proses konstruksi berlangsung, akan dilaksanakan pemasangan sensor khusus pada bangunan-bangunan cagar budaya yang berada di jalur CP 202. Pemasangan sensor bertujuan memantau kondisi bangunan cagar budaya selama masa konstruksi.
Pembangunan stasiun-stasiun di CP 202 juga akan dipadukan dengan pengembangan kawasan berorientasi transit atau TOD, terintegrasi dengan moda transportasi lainnya, interkoneksi dengan bangunan sekitar, serta revitalisasi trotoar pada Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk sepanjang lokasi CP 202.
PT MRT Jakarta (Perseroda), disebutkan Rendi, akan mengelola dan memitigasi risiko agar pekerjaan konstruksi dapat berlangsung dengan aman serta memprioritaskan aspek safety, health, environment, and security (SHES) sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku selama pekerjaan konstruksi berlangsung. Selain itu, pembangunan MRT Jakarta CP202 akan memberikan perhatian terhadap perlindungan situs cagar budaya, sekaligus melakukan pelebaran trotoar dan revitalisasi koridor di Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk, serta akan mengembalikan kondisi area konstruksi ke kondisi semula (reinstatement).
Adapun untuk tahap awal pekerjaan konstruksi CP 202, menurut Silvia, akan dilakukan beberapa pekerjaan persiapan konstruksi. Di antaranya pembongkaran fasilitas umum, penebangan pohon, test pit dan relokasi utilitas, serta test pit arkeologi.
Untuk mendukung pekerjaan ini, mulai 18 Agustus 2022 sampai dengan 14 Oktober 2022 akan dilakukan manajemen rekayasa lalu lintas. Utamanya karena akan ada pengurangan lajur lalu lintas.