Sebagian Besar Jembatan Jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung Telah Terbangun
Pengerjaan konstruksi jembatan untuk jalur kereta cepat Jakarta-Bandung sudah mencapai 75 persen sampai Juni 2022 ini.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Pemasangan sebagian jembatan untuk jalur kereta cepat Jakarta-Bandung atau KCJB sudah tuntas. Pengerjaan konstruksi proyek tersebut sudah mencapai 75 persen sampai Juni 2022.
Sinohydro, tim kontraktor di Casting Yard 1, salah satu fasilitas sementara untuk pembuatan dan pemasangan gelagar balok (girder box), menuntaskan pembangunan jembatan untuk dua jalur kereta cepat pada 24 Juni 2022. Fasilitas ini menjadi yang terbesar dibandingkan Casting Yard 2 yang berlokasi di Karawang dan Casting Yard 4 di Bandung.
Tim kontraktor Casting Yard 1 berhasil menyambungkan 1.018 gelagar. Sambungan gelagar itu antara lain melintasi Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Selama empat tahun pengerjaan, Project Manager Sinohydro Xi Zhongwei mengatakan, pemasangan gelagar di jalur itu cukup menantang.
”Pengerjaan ini membutuhkan investasi tinggi karena jalur yang dibangun untuk lintasan kereta dengan kecepatan 200-350 km per jam dibangun di atas 6 saluran listrik, lalu di antara jalan tol dan permukiman padat,” ungkapnya di Bekasi, Jawa Barat, Senin (27/6/2022).
Kita akan terus melakukan pengerjaan proyek ini dengan tahapan yang sangat ketat. Enggak boleh tergelincir. Makanya, setiap minggu kami mengadakan evaluasi.
Penyambungan gelagar bukan dengan alat derek bergerak (mobile crane) agar tidak mengganggu lalu lintas dan rumah penduduk di sekitar jalur KCJB. Berbagai upaya untuk mengatasi dampak pembangunan juga dikerjain PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), misalnya membangun akses jalan baru untuk warga.
KCIC dan PT Jasa Marga, misalnya, tengah membangun jembatan alternatif pengganti jembatan antelop, yang melayang di atas Jalan Tol Jakarta Cikampek, di kawasan Curug, perbatasan Jakarta Timur dan Bekasi. Pembangunan jembatan pengganti ditargetkan rampung pada 10 Agustus mendatang.
Jembatan itu terpangkas celah ketinggiannya dan menyisakan ketinggian 1,7 meter karena gelagar yang melintang di atasnya. Pemasangan gelagar di atas jembatan itu sempat menghebohkan warga di jagat maya karena sempat dilaporkan sebagai Jalan Tol Becakayu yang runtuh.
Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi, di lokasi sama mengatakan, selesainya pekerjaan di Casting Yard 1 akan dilanjutkan dengan pemasangan jalur hingga instalasi listrik. Pemasangan gelagar dari Casting Yard 2 dan Casting Yard 4 juga akan dituntaskan agar jalur kereta cepat sepanjang 142 kilometer tersambung seluruhnya.
”Agustus ini kita akan selesaikan semua pemasangan box girder dari DK 43-87, atau kira-kira 40 kilometer, setelah menunggu hasil preloading (metode prabeban untuk penyesuaian tanah). Setelah selesai, tinggal pasang box girder yang didukung Casting Yard 2 dan 4,” kata Dwiyana.
Sejauh ini, ia menyebut, perkembangan proyek konstruksi fisik telah mencapai 75 persen. Sementara, untuk investasi sudah mencapai 83 persen. Ia pun optimistis KCJB bisa beroperasi pada Juni 2023.
”Kita akan terus melakukan pengerjaan proyek ini dengan tahapan yang sangat ketat. Enggak boleh tergelincir. Makanya, setiap minggu kami mengadakan evaluasi,” ujarnya.
Transfer ilmu dan teknologi
Selesainya pengerjaan proyek oleh Casting Yard 1 menyudahi pekerjaan yang dibantu tenaga kontraktor serta teknologi dari Tiongkok. Mereka diharapkan tidak hanya mentransfer ilmu, tapi juga teknologi untuk pembangunan kereta cepat yang diharapkan ada di daerah lain di Indonesia.
”Pembangunan (grider) ini awalnya dilakukan tenaga kerja dari Tiongkok. Tapi sekarang, sudah dilakukan tenaga kerja lokal. Sebanyak 85 persen tenaga kerja kita dari total 15.500 orang sejak awal itu dari kita. Jadi, kita mengutamakan orang di kanan kiri kita sebagai operator proyek,” kata Dwiyana.
Harno Trimadi, Direktur Prasarana Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, mengharapkan transfer ilmu dan teknologi dengan China terus berlanjut. Hal ini sebagaimana tujuan pembangunan kereta cepat pertama di Indonesia itu untuk 100 tahun ke depan.
”Diharapkan tidak hanya dari segi proyek, tapi transfer pengetahuan ke kontraktor Indonesia. Ini kan untuk beroperasi sampai 100 tahun, jadi butuh pendampingan sampai ke operasi dan perawatan,” pesannya.